17. Hentikan

294 42 10
                                    

"Kalian sudah saling kenal sebelumnya?" tiba-tiba pertanyaan terlontar dari mulut Jennie. Entah sejak kapan dia berdiri di situ.

Jimin dan Rose saling bertatapan dan tidak ada yang berani melontarkan kata. Jennie masih setia menunggu jawaban dari mereka. Lima menit mereka hanya diam.

Jennie tidak sabar lagi. "Baiklah, kalian boleh tidak menjawab." Jennie berbalik dan melangkah pergi. Selera makannya hilang.

"Aku dan Rose berteman sejak kecil. Dia temanku saat kursus tari dan ibunya pelatihnya seperti yang pernah ku katakan," Jimin membuka suara.

Jennie menghentikan langkahnya dan berbalik. "Gadis yang memakai kaos hitam itu Rose?"

"Iya, itu aku." kali ini Rose juga turut bersuara.

"Kenapa dari awal kalian tidak bilang dan seperti baru mengenal?" heran Jennie.

"Aku sudah lama berpisah karena satu hal yang tidak menyenangkan, jadi kita masih merasa canggung," jawab Jimin hati-hati.

Rose mengangguk meyakinkan Jennie. Ia tidak mau melihat Jennie kecewa.

"Terserah kalian saja," Jennie langsung berlari masuk ke kamarnya.

"Bisakah kau tidak berbohong lagi?" kesal Rose.

"Bohong? Aku tidak berbohong. Kau memang pergi entah kemana karena aku mengatakan aku tidak pernah mencintaimu dan aku benci saat kau memasang wajah senang saat Lisa tiba-tiba menghilang," Jimin membela dirinya. Jimin kembali memasang mata tajamnya.

"Karena aku tidak terima saat kau menuduhku melakukan kejahatan pada Lisa! Dia juga temanku, aku tidak akan mencelakainya!!"

"Lalu dimana dia sekarang? Dimana?!" tatapan mata Jimin semakin tajam.

Rose tidak sanggup lagi menatap Jimin. Kenapa sejak dulu ia selalu memasang raut wajah marah saat bertemu dengannya.

"Kau tidak bisa menjawab, kan? Kau tahu hanya dia yang membuatku tertarik dan jatuh cinta hingga aku merebutnya dari saudaraku sendiri. Dan sekarang aku bisa bertemu Jennie, satu-satunya orang yang sangat mirip dengan Lisa,"

"Itu sangat melukainya Jennie jika dia tahu tentang ini," tatapan tak kalah tajam juga mulai terlihat pada mata Rose.

"Jadi kau mau mengancam ku?" Jimin mendekati Rose dan mengurungnya dengan kedua tangan nya.

"Jika kau bertemu dengan Lisa nanti, apa yang akan kau lakukan ha?" Rose menghela nafas. "Dan Jungkook tahu Lisa kembali, lalu kau mau apa? Menyembunyikannya?" Rose menurunkan tangan Jimin yang tadi mengurungnya. "Kau hanya selingkuhannya!!"

Plak!

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi Rose. Rose mengusap bekas merah di pipinya. "Kenapa? kau tak terima? Jennie juga milik Jungkook, kan?" Rose terkekeh kecil.

Jimin tidak mampu berkata-kata lagi.

"Keluarlah dari persembunyian mu," kata Rose sebelum ia beranjak pergi. Belum jauh Rose melangkah, ia berbalik lagi. "Tinggalkan Jennie. Dia butuh seseorang yang bisa menyembuhkan luka dalam karena kepergian kakaknya, bukan seseorang yang mencintai dia karena kemiripan wajahnya dengan orang lain," Rose kembali melanjutkan langkahnya.

Jimin terkesiap mendengar perkataan Rose. Kenapa Rose bisa tahu semua itu?

***

Aroma pagi hari yang sejuk semakin diramaikan dengan aroma bubur brokoli dan wortel yang tengah di aduk oleh seorang wanita paruh baya. Bubur spesial itu akan diberikan untuk anak-anaknya yang sedang sakit. Setelah bubur benar-benar matang, wanita itu memindahkannya ke dalam mangkuk dan membawanya ke kamar anak-anaknya.

Sweet Season (Yoongi X Jennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang