34. Kembali?

250 40 25
                                    

"Dia..." Yoongi mulai membuka suara.

Jennie sangat berharap Yoongi bisa memberikan kesaksian yang kuat.

"Dia bukan ayahku." lanjut Yoongi.

Tn. Taehyong tersenyum mendengarnya. Dia yakin akan segera lolos dari kasus ini dan segera menghabisi Ny. Soojin.

Hakim kembali menutup sidangnya karena sebuah kalimat yang menyatakan bahwa Yoongi mengidap Alzheimer. Yoongi harus diperiksa dan diterapi oleh pihak pengadilan untuk mencari tahu kebenarannya.

Jennie memilih untuk pulang sendiri. Seperti biasa, dia akan berjalan lurus tanpa arah dan dengan tatapan kosong.

"Semuanya, sia-sia... dia tidak akan mengingat itu lagi... aku tak berguna..." Jennie menjatuhkan tubuhnya pada rumput hijau. Dia menatap pada bunga-bunga yang bermekaran.

"Kau pasti bisa. Kau harus berusaha lebih keras lagi." suara yang tak ingin ia dengar kini lancang menyapa indera pendengarannya.

"Aku ingin sendiri. Tolong tinggalkan aku," kata Jennie tanpa menoleh pada Dr. Hoseok.

"Jennie, ini masih belum terlambat..."

"Ku BILANG PERGI!!!" Jennie memegang kepalanya frustasi sambil menangis sejadi-jadinya hingga menarik perhatian orang-orang yang berada di taman.

Dr. Hoseok menghembuskan napas lalu berjalan mendekati Jennie dan duduk di sebelahnya. Dia memegang pundak Jennie.

"Aku harus apalagi?! Hiks.. Dia saja sudah tak mengingatku, apalagi kejadian yang sudah lama,"

"Kau salah Jennie. Memori terbarunya saja yang benar-benar hilang. Aku yakin, untuk keluarga apalagi kejadian yang besar itu, dia masih bisa mengingatnya lagi. Terapi musik itu bisa mengembalikan kenangannya." Dr. Hoseok berdiri lalu melangkah pergi. Beberapa meter dia melangkah, dia berbalik pada Jennie yang membelakanginya. "Jika kau mau. Kau juga bisa menerapi Yoongi dengan musik atau apa saja yang sering kaulakukan untuk Yoongi,"

***

Jennie kembali mendatangi Yoongi di rumah sakit. Kali ini dia membawa kopi Americano yang selalu Yoongi pesan di cafenya. Perkataan Dr. Hoseok kemarin membuat semangatnya untuk berusaha, semakin kuat. Dia membuka pintu kamar Yoongi sambil tersenyum ke arah Yoongi yang juga menatapnya datar. Yoongi duduk di depan piano sambil menekan asal tuts-nya.

"Pagi, Yoongi." Sapa Jennie sambil berjalan memasuki kamar rawat Yoongi.

Yoongi bangkit dari duduknya dan berpindah berbaring di ranjang lalu memejamkan matanya.

Jennie mendengus kesal. Dia masih mencoba mengontrol emosinya. Kini giliran dia yang duduk di depan piano itu. Kembali ia bawakan lagu Spring Day.

Yoongi langsung membuka matanya. Bayang-bayang aneh seperti memaksa masuk ke pikirannya. Tentang sebuah mobil berwarna biru, seorang pria muda, juga ada beberapa pria paruh baya.

"Dia adikmu?haha... Kau bercanda? Sejak kapan kau punya adik selucu itu? Satu-satunya adikmu adalah si nakal yang ada di depanmu ini."

"Kau hanya perebut! Kau bukan adikku! Aku tidak mau melihatmu lagi!"

"Tapi aku suka adikmu..."

"Berhenti!" Yoongi langsung terduduk. Ia sangat terkejut dengan percakapan antara dia dengan seseorang di masa lalunya. Pria yang terlihat sangat membencinya.

Jennie menghentikan permainannya lalu menatap heran pada Yoongi yang menutup telinganya. "Ini bekerja?" monolognya. Jennie meraih ponselnya dan membuka perekam suara untuk merekam apapun yang di katakana Yoongi. Ia berharap ada sedikit petunjuk disana.

Sweet Season (Yoongi X Jennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang