6. Latihan 2

427 55 3
                                    

Isi surat Yoongi :
Kau sudah tidur? Padahal aku baru saja mengingat sesuatu. Agar aku tidak lupa, aku menuliskannya disini. Aku sedikit tahu tentang kakakmu. Dia menderita sakit yang parah. Namun, dia tetap terlihat cantik. Hanya itu yang aku ingat. Besok jangan lupa datang untuk berlatih...

"Apalagi ini?" Gumam Jennie setelah surat itu. Menurutnya ini adalah omong kosong yang sekian kali diucapkannya. "Ku tebak besok dia pasti melupakan tulisannya sendiri. Sangat bodoh." Kesal Jennie. Permainan Yoongi sungguh tidak lucu. Hal yang paling tidak masuk akal pada isi surat itu adalah, kata cantik dan sakit. Kakaknya, Kim Seok Jin jelas seorang pria dan dia sudah lama meninggal.

Jennie bangkit dari duduknya lalu berjalan ke kamar untuk melanjutkan tidurnya. Saat memasuki kamar, dia melihat Jungkook sedang berbaring di ranjangnya. Kenapa pria ini malah tidur disini? Bukannya apa-apa, Jennie tidak suka bau alkohol. Ia sangat yakin Jungkook sedang mabuk sekarang.

"Kenapa hanya berdiri disitu? Kemarilah." Kata Jungkook setelah menyadari keberadaan Jennie.

Jennie mengerutkan dahinya bingung. Perlahan ia mendekati Jungkook. Ia mencium aroma tubuh Jungkook. Bau parfum. Tidak ada bau menyengat alkohol.

"Kau tidak minum?" Tanya Jennie to the point. Jungkook menggeleng. Ia tidak merubah posisi tidur tengkurapnya dan matanya masih terpejam. Jawaban itu membuat Jennie mengulas senyum. Jennie tidur di samping Jungkook. Tangan Jungkook dengan usil membawa Jennie dalam dekapannya. Jennie membiarkannya dan ikut tertidur di tempat ternyamannya.

***

Sinar matahari yang tak terlalu terik, menyinari wajah cantik Jennie melalui kaca jendela kereta yang sedang melaju. Wajahnya masih datar sekarang. Ekspresi aslinya sebelum memakai topeng wajah ceria saat masuk ke sekolah musik. Pandangan Jennie sedari tadi hanya tertunduk menatap lantai. Sampai, sepasang sepatu hitam mengisi lantai yang ditatapnya sejak tadi. Penasaran dengan pemilik sepatu itu, Jennie mendongakkan pandangannya untuk melihat wajahnya.

"Yoongi?" Kaget Jennie. Ia bingung kenapa pria itu tiba-tiba ada dihadapannya.

"Jennie, kau naik kereta? Bukankah rumahmu di atas kafe itu?" Heran Yoongi. Jelas-jelas jalur kereta ini tidak searah dengan rumah Jennie.

"Kau sendiri?" Jennie berusaha menutupi kegugupannya.

"Ya karena aku ingin ke sekolah musik," Jawab Yoongi apa adanya. "Kau kenapa naik kereta?" Yoongi menatap mata Jennie membuat
Jennie bingung harus beralasan apa.

"Aku suka naik kereta.." Akhirnya Jennie berterus terang.

Yoongi terkekeh melihat wajah Jennie yang terlihat seperti terdesak.

"Kenapa kau terus melihatku?!" Kesal Jennie.

Jennie dihadapan Yoongi yang sekarang, membuatnya semakin tertarik. Dia sangat suka sifat Jennie yang ini, tanpa kepura-puraan.

"Jika pria bercelana ketat itu menyukai tertawamu, aku sebaliknya. Aku lebih menyukai nada kesalmu." Kata Yoongi dengan nada bicara yang membuat perasaan Jennie menjadi tak karuan.

Untung saja kereta telah berhenti di depan sekolah musik. Jennie langsung berlari turun dari kereta itu. Baru kali ini ia memperlihatkan sifat aslinya pada seseorang yang baru di kenalnya ditambah Yoongi termasuk pihak sekolah musik itu. Jennie masih berlari sampai masuk ke sekolah musik. Setelah sampai, ia kembali memakai topeng wajah cerianya. Ia menyapa dan memberikan senyuman hangat pada siapa saja yang ditemuinya. Semua orang membalas senyum hangat itu. Kecuali satu orang yang sangat membenci senyum itu, Min Yoongi. Dia mengikuti setiap langkah Jennie sampai masuk ke ruang privatnya. Jennie langsung duduk di bangku piano dan memainkan lagu sakura yang akan ia bawakan untuk konser tahunan nanti.

Yoongi mendekati Jennie, mendengarkan semua note yang ditekan Jennie. Ia mencari-cari kesalahan permainan Jennie. Dari mulai tempo, note, dan melodi. Semuanya tepat. Sangat sempurna.

"Kau sudah hebat. Terlihat jelas dari permainanmu kau sudah sangat siap untuk konser itu," bangga Yoongi. Ia sangat senang Jennie sudah siap dalam waktu sesingkat ini.

'Bukan pilihan lagunya yang membuatku tidak siap, Yoongi' batin Jennie.

"Aku jadi meragukan pernyataan yang sering ku dengar tentang kau yang tak pernah lulus saat konser," Yoongi sangat yakin, kali ini Jennie pasti bisa lepas dari sekolah ini.

Jennie merogoh ke saku kemejanya meraih selembar kertas. "Kemarin kau meninggalkan surat, apa maksudnya?" Ia memberikan surat itu pada Yoongi.

Yoongi membacanya sekilas. Dia menganggukan kepalanya.

"Maksudnya aku lupa. Yang jelas kau harus menyelesaikan konser tahunanmu dengan baik," santai Yoongi lalu melangkah pergi.

"MIN YOONGI!! KAU SELALU MEMBUATKU KESAL!" Jennie menghentak-hentakkan kakinya dilantai melampiaskan kesal yang semakin merasukinya sekarang.

"Aku sakit Jennie," lirih Yoongi saat mendengar suara Jennie sedang meneriakinya.

***

Setelah Jennie pergi sekolah, Jungkook bersiap-siap menemui seseorang. Setelah siap ia pergi ke salah satu kafe. Di kafe Jungkook menyisir pandangan mencari seorang ibu yang ditemuinya kemarin.

Ibu yang dicarinya itu melambaikan tangannya. Jungkook menghampirinya.

"Kau butuh bantuan apa?" Tanya Jungkook to the point. Kemarin saat mengunjungi mall ia bertemu ibu itu dan beliau memohon dengan sangat agar dirinya mau membantunya.

"Baiklah langsung saja. Aku adalah ibu Jennie. Jennie pergi meninggalkanku karena aku selalu mengecamnya untuk tidak mengingat kakaknya." Ibu itu menghela nafas sesaat. "Aku hanya ingin kau menjaganya. Jangan buat dia menangis."

"Aku selalu menjaganya. Tapi maaf, aku masih sering membuatnya menangis." Jungkook menundukkan pandangannya nada bicaranya terdengar sendu.

"Apa yang membuatnya menangis?" Tanya ibu itu.

"Aku sering mabuk dan bermain wanita, padahal aku kekasihnya." Jungkook semakin merutuki dirinya.

"Ubah itu, kumohon. Jika kau benar-benar tulus, jika tidak lebih baik tinggalkan saja. Sebenarnya aku sering mengikutimu. Aku tau kau bukan pria baik-baik. Tapi aku akan memberimu kesempatan." Ibu itu kemudian bangkit dari duduknya lalu beranjak pergi.

Perkataan Ibu itu menjadi cambukan untuknya. Perasaannya untuk Jennie saja masih belum jelas. Wajah Jennie yang mirip seseorang di masa lalunya membuat Jungkook tertarik. Apakah itu bisa disebut sebuah ketulusan?

Jungkook pulang dengan berjalan gontai. Pikirannya masih terpenuhi oleh perkataan ibu Jennie. Apakah ia harus terus bersama Jennie atau harus meninggalkannya? Tak terasa ia sudah melangkah masuk ke dalam kafe. Ia menatap Jennie yang sedang sibuk menyeduh kopi. Dia mengamati wajah Jennie yang benar-benar mirip dengan mantan kekasihnya.

"Kenapa?" heran Jennie setelah sadar Jungkook menatapnya aneh.

"Kau bilang kau tak punya keluarga." Kata Jungkook dingin.

"Aku memang sebatang kara." Jennie masih enggan mengatakan semuanya pada Jungkook. Walaupun notabennya Jungkook adalah kekasihnya namun Jennie masih tidak bisa memberikan kepercayaan terbesarnya untuk Jungkook.

"Kau memiliki ibu dan juga kakak. Kenapa kau tak pernah cerita padaku?" Jungkook menatap dalam mata Jennie. Sedangkan Jennie berusaha memutus kontak dengan pria itu.

"Aku..."

🎼🎼🎼

TBC Kawan...

Akhirnya update lagi maaf ya udah nunggu lama..
Lagi sibuk author tuuuh...

Janji deh gabakal ninggal lama-lama hehe

Jangan lupa Vommennya eaaa muachh

Fake love~ Jungkook

Sweet Season (Yoongi X Jennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang