19. Sedekat Itu?

282 37 8
                                    

'Astaga! Kenapa aku ini? Tidak, tidak boleh. Aku harus menjaga hati Jungkook. Benar, aku harus melepaskan Jimin. Walaupun aku masih.. tidak, tidak, lupakan perasaan bodohku. Jungkook pasti bisa menghangat seperti dulu. Lisa, semua pasti karenanya. Aku sangat membencinya.'

Jennie memang terlihat duduk diam di kereta, tapi tidak pikirannya. Pikirannya terus berlawanan memberontak apa saja yang sedang terjadi pada dirinya. Fakta-fakta baru yang ia temukan sungguh menaikkan kadar kebenciannya pada saudara kembarnya sendiri. Ya, sejak kecil ibunya lebih membanggakan Lisa karena semua keahliannya yang luar biasa. Sedangkan Jennie, tidak ada. Tidak ada yang bisa ia tunjukkan untuk membuat ibunya itu bangga. Semuanya suka Lisa. Bahkan Jimin dan Jungkook juga awalnya menyukai Lisa. Entah apa alasan mereka tiba-tiba bisa memilihnya. Pertemuan singkat di club dengan Jungkook dan pertemuan Jennie setiap hari di sekolah dengan Jimin, itu memang sebuah kebetulan. Ternyata semua ini hanya bersifat sementara? Astaga, sangat menyakitkan.

Kereta sudah sampai di pemberhentian. Jennie turun dari kereta dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jennie sekarang menuju rumah tahanan yang menahan Jungkook. Dan tidak butuh waktu lama Jennie sekarang sudah berhadapan dengan pria tampan itu.

"Kenapa baru sekarang kau kemari?" tanya Jungkook ketika menyadari pujaan hatinya datang.

"Aku sibuk," lirih Jennie. Selalu seperti ini. Ia selalu merasa kaku ketika menghadapi si dingin Jungkook.

Jungkook mengeluarkan tangannya dari sela jeruji dan menangkup pipi Jennie. "Aku merindukanmu," Jungkook tersenyum. Jennie juga turut membalas senyuman itu.

"Aku membawakan kopi Macchiato kesukaanmu." Jennie menyodorkan cup kopi itu dan Jungkook menerimanya.

Sebenarnya tujuan Jennie kemari untuk menanyakan kebenaran dari perkataan Jimin kemarin. Apa benar dia sepupu Jimin juga kekasih dari Lisa? Tapi kenapa saat sudah berhadapan seperti ini, nyali Jennie untuk menanyakan itu tiba-tiba pudar. Ia tidak berani menanyakannya.

"Kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Jungkook. Jungkook bisa menebaknya hanya dengan melihat ekspresi wajah Jennie saja.

Jennie menggeleng pelan. Mungkin lain waktu dia akan membahas itu.

"Jen," Jungkook membelai lembut pipi Jennie. "Katakan."

"Mmm... Kau mengenal Jimin?" Jennie berusaha mengumpulkan keberaniannya.

"Dia pelatih mu di sekolah, kan?" jawab Jungkook seadanya.

"Jimin sepupumu?" meskipun Jennie memang takut dengan Jungkook tapi saat ini, ia tak ragu memancarkan mata tajam yang berselimut emosi di hatinya.

"Apa maksudmu?" heran Jungkook. Ekspresi heran yang sengaja ia buat-buat.

"Katakan saja Jungkook." tegas Jennie.

"Iya. Maafkan aku,"

"Kenapa kau menutupinya?" kecewa Jennie. "Kau tahu aku paling benci di bohongi,"

"Begitu? Sekarang coba katakan di hadapanku, sedekat apa kau dengan Jimin?" inilah hal yang paling Jennie takuti. Pancaran mata tajam dan nada dinginnya terasa menusuk kerapuhan Jennie.

Jennie menunduk, ia tidak sanggup berkata-kata lagi. Seharusnya ia lebih mengontrol emosinya dan tidak mengatakan itu.

"Jawab Jennie." kembali Jungkook menangkup pipi Jennie agar Jennie menatap mata Jungkook. "Kau juga menjalin hubungan dengannya, kan? KATAKAN!"

Tubuh Jennie terasa bergetar. Ia sangat takut.

"Kau ingin tahu alasanku menutupi itu?" Jungkook menghapus bulir bening yang tiba-tiba jatuh dari mata Jennie. "Aku tidak ingin kau sedekat itu dengannya. Seperti... masa laluku dulu,"

Sweet Season (Yoongi X Jennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang