"Kemungkinan terbesar dari keraguan antara maju dan mundur adalah munculnya sebuah keberanian untuk mematahkan pikiran ingin mundur"
.
.
.
.
.
.
.
.Archie membenarkan letak dasi kupu-kupunya agar tampak lebih rapi. Berulang kali ia becermin untuk memastikan penampilannya sempurna.
Bukan Archie namanya kalau tidak bergaya. Ia tipikal orang yang sangat memperhatikan fashion terutama kalau sudah berkaitan akan pergi ke acara penting. Sebisa mungkin cowok itu berdandan setampan-tampannya agar para perempuan senang meliriknya.
Aroma parfume musk menguar begitu saja dari setelan Archie hingga memenuhi tiap sudut kamarnya. Ia memang kerap menyukai aroma tersebut sejak dulu. Aroma maskulin yang menurutnya sangat menggambarkan betapa machonya dirinya.
"Archie buruan! Kamu itu anak cowok apa anak cewek sih?! Lama amat siap-siapnya". Omel Catleen dari depan pintu kamar Archie.
Cowok itu terkekeh sendiri sembari buru-buru membuka kan pintu kamarnya. Terlihat wajah kesal mamanya yang mungkin sudah merasa bosan menunggu Archie sejak tadi.
"Mama aja udah selesai dandan malah kamu yang nggak selesai-selesai". Sambung Catleen lagi.
"Ini udah selesai ma, nggak usah marah-marah dong kan mau ke pesta". Rayu Archie seraya mengiba pada Catleen.
Wanita paruh baya itu menarik nafasnya sesaat lalu perlahan menghembuskannya.
"Cepetan turun, papa udah nunggu tuh dibawah".
"Siap Ma!".
Archie pun segera turun ke lantai satu di ikuti oleh Catleen di belakangnya. Malam ini keluarga mereka di undang ke acara peresmian Starlight Hotel milik kolega papanya.
Sebenarnya Archie tidak ingin ikut pada awalnya namun, setelah mendapat informasi dari orang suruhannya bahwa keluarga Stella juga turut di undang ke acara tersebut jadilah Archie bersemangat untuk datang.
Sekitar 30 menit, limosin yang membawa Archie beserta mama dan papanya tiba di acara tersebut. Banyak sekali media yang meliput mengingat ini merupakan salah satu hotel termewah yang pernah di bangun di Jakarta.
Saat Dewa-- papa Archie turun dari mobil banyak wartawan yang berebut ingin mewawancarainya. Archie jadi jengah sendiri melihat desak-desakan wartawan tesebut, terlebih flash kamera yang berada dimana-mana. Mendadak Archie merasa seperti aktor hollywood yang sedang dikejar-kejar oleh media.
Tapi memang beginilah risiko keluarga mereka. Mempunyai orang tua yang merupakan publik figur memang harus kuat-kuat mental.
Usai menyelesaikan wawancara singkat tersebut, mereka akhirnya berada di ballroom untuk menikmati serangkaian acara.
Saat acara hiburan telah di mulai, Archie memutuskan untuk memisahkan diri dari orangtuanya sejenak. Ia bisa gila kalau ikut papanya yang tidak henti-hentinya membahas bisnis bersama teman-temannya. Begitupun kalau ia mengekori mamanya, yang ada ia malah jadi bahan cubit-cubitan tante-tante sahabat mamanya.
Archie diam-diam mengambil segelas wine yang tersaji disana. Sebisa mungkin ia berusaha meminumnya tanpa terlihat oleh papa atau mamanya. Ya, Archie memang belum mendapat izin untuk mengonsumsi minuman ini. But who's care? Archie menginginkannya dan ini adalah favoritnya.
Saat cowok itu tengah asyik menenggak segelas wine yang nikmat sekali ditenggorokannya, sesosok cewek berambut hitam yang sedang mengenakan gaun berwarna biru pastel dengan aksen headpiece yang cantik sekali berhasil menarik perhatian Archie hingga cowok itu tersedak.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELL ME WHAT IS LOVE (kaistal)
FanfictionArchie adalah cowok dengan karakter sampah yang menurut Stella benar-benar mampu mencemari kehidupannya. Pluviophile bernama Stella Gianni Moon itu tidak pernah merasa nyaman saat berbagai kegiatan entah di sekolah atau di luar mempertemukannya deng...