"Anjir gue masih kepingin ngakak Ar".
Stella memegangi perutnya sambil tertawa. Otaknya terus memutar kejadian tadi dimana mama Catleen tak henti-hentinya mengoceh menceritakan masa kecil Archie.
"Kok lo bodoh bener sih Ar, emang dari kecil lo dah bodoh ternyata".
"Ada nggak sih anak kecil yang mikir kalau pasir bisa gantiin gula?"
"Elo doang kali ya, satu-satunya di dunia ini yang bikin teh pake pasir".
"Aduh gila goblok banget".
Stella tertawa terpingkal-pingkal di dalam mobil. Sampai-sampai air matanya mengalir karena terlalu banyak tertawa.
"Udah kenapa sih? Entar lo kesurupan!". Tegur Archie kesal.
"Nggak bisa anjir hahahahaha".
"Nih anak ya demen banget denger aib gue". Archie jadi bersungut-sungut kesal.
"Ya abisnya lo lucu banget tau Ar, mana nyokap lo heboh banget lagi ceritanya. Anjir perut gue sampai sakit gara-gara ketawa mulu".
"Tuh kan, udahan ketawanya entar perut lo makin sakit".
"Perhatian amat". Sindir Stella dengan wajah mengejek ke arah Archie.
"Apasih lo ngeliatin gue gitu?!". Archie mendorong sedikit tubuh Stella hingga gadis itu kembali tertawa kecil.
"Eh tapi thank you ya". Ucap Archie serius seraya tersenyum tipis.
"Ha? Buat apa?".
"Gue nggak jadi ke Canada berkat elo".
"Ck, apa nih imbalan buat gue? Masa nggak ada?". Stella berdecak sebal lalu merogoh saku celananya dan membuka ponselnya.
Archie tersenyum hangat. "Elo mau dapet imbalan apa emang?".
Stella melirik seraya berpikir keras. "Apa ya?". Gumamnya.
"Apa ha? Lama amat mikirnya". Archie pun mengusap-usap puncak kepala cewek itu sambil terus-terusan tersenyum.
"Anjir kenapa gemes banget sih nih cewek?!". Bathin Archie tak tahan.
"Duh nggak tau ah, terserah lo aja asal bagus". Ucap Stella kebingungan sendiri.
"Lha bisa gitu? Yaudah gue beliin kentang goreng di kfc aja ya". Sahut Archie tak tau diri.
Stella mendelik kemudian menabok kencang pundak cowok itu.
"BUSETT MAIN KEKERASAN MULU!!". Protes Archie dengan wajah kesakitan.
"Ya abisnya lo nyebelin!".
Bibir Stella manyun semanyun-manyunnya melihat tingkah Archie yang selalu saja menyebalkan.
"Elo tuh nggak kasihan apa sama gue, tiap hari kena pukul lo terus?!". Curhat Archie dengan wajah sedih.
"Dih nggak kasian sama sekali. Orang lo emang nyebelin, pantas di KDRT-in". Tukas Stella tanpa basa-basi.
"Kekerasan dalam rumah tangga dong? Berarti lo mau Stel berumah tangga sama gue?". Goda Archie dengan menaik turunkan alisnya.
"Apa sih, enggak!". Bantah Stella membalikkan wajahnya ke arah jendela mobil.
"Eh buruan jalan, anter gue pulang. Dah jam berapa ini woy?!". Protes Stella lagi.
"Dih minta anterin pulang, tadi aja mukulin gue mulu". Ngambek Archie seraya memalingkan wajahnya dengan sengaja.
Stella menghela nafas. "Pake sok-sokan ngambek segala, yang mestinya ngambek tuh gue kali!".
Archie tak bergeming, kini ia malah asyik memainkan ponselnya seolah tak mendengarkan ucapan Stella.
"Woy Ar! He Archie Mavi Damaresh anterin gue pulang cepetan!!".
Stella jadi memukul-mukul lengan cowok itu lagi. Ia yakin Archie pasti tidak akan tahan.
Namun secara tiba-tiba, Archie menangkan kedua tangannya lalu menatap ke arah Stella tajam.
"Mau apa lo liatin gue gitu?!". Stella jadi merinding di tatap Archie seperti itu.
"Bisa nggak lo nggak usah secantik ini?". Ungkap Archie random.
"Ha?".
Stella tidak mengerti sama sekali.
"Lo kalau begini jadi nyiksa gue tau nggak?!".
"Nyiksa gimana sih? Emang pukulan gue itu sakit ya?". Tanya balik Stella dengan wajah terpolosnya.
Archie memegang erat kedua tangan cewek itu, sedari tadi ia menahan mati-matian.
"Ada yang tegang tapi bukan keadilan". Bathinnya konyol.
"Apa sih Ar? Berhenti nggak?!". Protes Stella kesal.
Bibir manyun cewek itu terlihat lagi.
"Anj*ng habislah sudah kesabaran gue!". Bathin Archie berteriak.
Dalam dua detik, tangan kanan Archie langsung meraih belakang kepala Stella dan memagut bibir cewek itu dengan terburu-buru.
Mata Stella membulat tak percaya. Nafasnya langsung tertahan begitu saja mengikuti nalurinya. Kedua tangannya seketika gemetaran memegangi dada Archie.
Sementara, Archie sama sekali tidak berhenti. Ia semakin menempelkan bibirnya di bibir Stella. Seolah tiada batas lagi baginya untuk menikmati rasa dari bibir tersebut.
Sialnya, Archie tidak tahu cara untuk berhenti. Hati dan pikirannya terlalu terbuai dan larut dalam adegan yang sangat menantang dan menegangkan ini.
Stella hampir kehabisan nafas karena gerakan Archie yang tampak menuntut sekali itu. Ia bahkan masih merasa bingung dengan apa yang mereka lakukan ini. Kepala Stella rasanya tidak dapat mencerna kejadian ini semua.
Kenapa dia jadi diam saja?
Dan kenapa rasanya meledak-ledak sekali di dalam dada?
Stella sungguh bertanya-tanya.
"Anjir nggak mungkin gue menikmatinya juga!". Bathin Stella cemas.
Tiiiinggg
Dering notifikasi di ponsel Stella membuat keduanya terkesiap.
Stella otomatis mengerjapkan matanya berkali-kali, merasa ada sesuatu yang meledak-ledak di dalam dadanya. Bahkan degup jantungnya sudah berdetak cepat sekali.
Archie meringis kecil lalu mengamati wajah Stella yang memerah.
"Tampar aja kalau mau nampar". Seloroh cowok itu tanpa dosa.
Stella mengalihkan pandangannya ke arah lain. Merasa malu dan ingin menenggelamkan diri ke laut mati.
"Yaudah, berhubung lo masih ambyar dan nggak bisa ngamuk. Lo gue anter pulang aja ya".
Kerlingan mata Archie malam itu menjadi momok termenyebalkan yang pernah Stella lihat.
Baj*ngan Stella ambyar
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mau minta maaf karena sudah menghilang sangat lama ehehe...Dan ini ku tulis di sela-sela kesibukan bekerja plus ngurus anak, maafin yak seadanya( ͡o ͜ʖ ͡o)
KAMU SEDANG MEMBACA
TELL ME WHAT IS LOVE (kaistal)
FanfictionArchie adalah cowok dengan karakter sampah yang menurut Stella benar-benar mampu mencemari kehidupannya. Pluviophile bernama Stella Gianni Moon itu tidak pernah merasa nyaman saat berbagai kegiatan entah di sekolah atau di luar mempertemukannya deng...