"Sosoknya yang penuh kejutan adalah seni dalam kebencian yang aku rasakan"
.
.
.
.
.
.Archie menelan ludah berat. Saat ini ia bagai di ambang hidup dan mati. Meski cuma ibarat tapi serius ini saat-saat yang menegangkan dalam hidupnya.
Archie tidak tahu akan di apakan oleh papanya sekarang. Yang jelas sudah sepuluh menit pria itu diam, memandanginya dengan tatapan datar, dan tidak bicara sepatah katapun.
Kalau sudah begini, jika Archie nekad memutuskan untuk bicara maka papanya bisa marah besar. Oleh karena itu ia ikut diam saja, tidak berani bersuara apa-apa sebelum papanya memulai pembicaraan.
Well, Archie paham betul sudah melakukan kesalahan yang banyak sekali. Tidak heran sebenarnya kalau kali ini papanya sampai turut menegur. Tapi bukankah lebih baik ia di tegur, di teriaki, atau di pukul satu dua kali saja?
Kalau diem-diem seperti ini, Archie malah tambah merasa bersalah dan juga ketakutan sendiri. Papanya atlit judo yang handal, sekali serang kayanya Archie bisa mental lima puluh meter deh!
Siapa yang nggak merasa takut?
Archie menarik nafas lagi kemudian menghembuskannya perlahan.
Kali ini, ia bisa mendengar papa tampannya itu juga turut menghela nafas.
"Kamu tahu kan papa paling jarang ikut berkomentar mengenai kehidupanmu?". Tanya Dewa dengan suara berat khasnya.
Archie menelan ludah takut-takut lalu mengangguk.
"Papa paling malas menegurmu bukan karena papa tidak peduli atau setuju dengan sikapmu selama ini Archie. Papa hanya menunggu kesadaranmu sendiri, dimana kedewasaan yang semestinya sudah kamu punya?".
Jlebb!
Archie merasa sangat tertohok dengan pertanyaan papanya tersebut. Lihat, begini lah hasilnya kalau membiarkan seorang Bapak Dewa marah. Kalimatnya mungkin tidak bernada memaki seperti mamanya, tapi siapapun yang mendengarnya sudah pasti merinding karena aura intimidasi yang kuat dari beliau.
"Maafin Archie pa".
Archie menunduk dalam. Ia tidak berani menatap mata papanya.
"Papa tidak meminta maafmu, papa selama ini hanya meminta kamu untuk bisa bersikap lebih dewasa. Selain dari itu, papa tidak mau mengatur-ngatur hidupmu".
"Iya, Archie tahu. Maaf Archie belum bisa dewasa, masih suka main-main, masih sering bikin masalah".
"Suatu hari nanti saat jantung papa berhenti berdetak, cuma kamu yang bisa papa harapkan. Maka pikirkan perubahan atas hidupmu dari sekarang. Hanya itu pesan papa".
Dewa berdiri dari kursi ruang tamu dan naik ke lantai dua. Pria itu tidak menoleh lagi ke arah Archie dan juga tidak bicara apa-apa lagi.
Tersisalah Archie dengan ribuan hembusan nafas yang sejak tadi terasa membebaninya.
Papanya memang begitu, semarah apapun tidak akan bicara terlalu banyak. Namun, setiap perkataan yang keluar dari mulut papanya selalu menjadi cambukan keras bagi diri Archie.
Seperti merasakan sebuah pukulan hebat padahal tubuhnya sama sekali tidak di pukul oleh pria itu.
"Kasian deh looo". Suara cempreng yang semriwing seketika menyapa telinga Archie.
Itu adalah suara mamanya yang tengah berbahagia melihat penderitaannya.
"Makanya jangan jadi anak bandel, untung kamu nggak di sunat papa lagi. Coba kalau iya, auto ilang masa depan". Ejek Catleen.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELL ME WHAT IS LOVE (kaistal)
Hayran KurguArchie adalah cowok dengan karakter sampah yang menurut Stella benar-benar mampu mencemari kehidupannya. Pluviophile bernama Stella Gianni Moon itu tidak pernah merasa nyaman saat berbagai kegiatan entah di sekolah atau di luar mempertemukannya deng...