"Seberapa banyak pun aku takut dan mencoba lari, perasaanku sendiri lah yang menghalangi"
.
.
.
.
.
.
"Heh onta-onta, lo tau nggak gue pulang bareng Stella tadi? Kali ini TANPA paksaan sama sekali!!! Gila nggak tuh? Mantap nggak tuh? Keren kan gue??".Davis dan Alvi berpandangan seakan teman mereka yang baru saja datang ini adalah orang gila.
Archie yang datang-datang dengan heboh, langsung nyerocos menceritakan tentang keberhasilannya pulang dengan Stella tanpa ada adegan pemaksaan seperti biasanya.
"Udah gue duga sejak awal, Stella tuh emang suka sama gue. Tapi yah namanya juga cewek pasti malu-malu gitu lha nggak mau ngaku". Sambungnya lagi sambil memeluk-meluk tiang rumah Davis.
Lindsay-- mamanya Davis yang baru saja dari dapur seketika kaget melihat kelakuan keponakannya yang memeluk tiang dengan wajah jatuh cinta.
"Loh Vis, Archie kenapa?". Bisik Lindsay.
"Tadi pulang sekolah pala nya kepentok lampu merah perempatan ma". Sahut Davis asal disusul tawa geli oleh Alvi.
Lindsay cuma geleng-geleng kepala. Tidak heran kalau Archie bisa bersikap begitu. Keponakannya yang satu ini memang kerap kali bertindak ajaib. Ia pun memilih acuh dan naik ke lantai dua.
Sementara itu, Archie yang masih ambyar sambil memeluk tiang seketika mendapat getokan di kepalanya oleh Davis.
"Lo yakin Stella mau lo anter pulang karena emang pengen atau karena kepepet aja?". Tanya Davis telak yang seketika membuat senyum di wajah Archie luntur tak bersisa.
"LO BISA NGGAK SIH NGGAK NGERUSAK KEBAHAGIAAN HATI GUE VIS?". Archie emosi, wajahnya cemberut menahan kesal.
"Lah elo yang geblek, kepedean duluan. Stella tuh bukan kek cewek lo yang dulu-dulu, dia mau di anter pulang bukan berarti dia dah suka sama lo. Bisa aja ada alasan lain. Elo mah kepedean meleeee".
Davis geleng-geleng kepala merasa prihatin terhadap mental sepupunya tersebut. Semenjak jatuh cinta pada Stella, otaknya makin tidak waras.
"Lagian Ar lo tuh ya, kalau emang mau dapetin Stella harusnya lo pakai cara yang lebih serius. Kok makin kesini gue liatnya lo kaya cowok yang ngemis-ngemis gitu sih? Malah kesannya lo jadi kaya nggak serius gitu, kaya main-main doang, makanya Stella mikirnya lo bohongin dia doang". Timpal Alvi yang sudah gemas sejak dulu ingin berpendapat.
Garis wajah Archie pun menurun. Ia menarik kursi di dekat Alvi dan duduk dengan wajah sedih.
"Emang gitu ya Vi?". Tanyanya lirih.
Entah kenapa selama ini Archie tidak pernah berpikir sampai kesana. Ia pikir caranya dalam mengejar Stella sudah benar. Tapi yang di katakan Alvi ada benarnya juga.
Karena ia yang terlalu agresif, jatuhnya Stella jadi menganggapnya hanya bercanda selama ini.
Makanya cewek itu selalu mengatakan Archie ngaco, Archie ngawur, Archie bohong, dan sebagainya.
"Makanya ngegas cewek tuh liat-liat sikon dulu. Ini tahu ngegas aja, tapi lo nggak mikirin responnya Stella bakal gimana kan?". Sambung Alvi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELL ME WHAT IS LOVE (kaistal)
FanfictionArchie adalah cowok dengan karakter sampah yang menurut Stella benar-benar mampu mencemari kehidupannya. Pluviophile bernama Stella Gianni Moon itu tidak pernah merasa nyaman saat berbagai kegiatan entah di sekolah atau di luar mempertemukannya deng...