•farm•

585 86 22
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi Stella untuk menyelesaikan ulangan harian biologinya. Selain karena persiapannya yang matang sekali, ia sendiri memang sudah belajar jauh-jauh hari.

Entah kebetulan atau bagaimana dirinya mengumpul lembar jawaban dengan waktu yang hampir bersamaan dengan Gita.

Cewek berambut pendek model bob itu tersenyum manis ke arahnya. Gita memang tipikal murid yang ceria dan supel. Tidak heran sih banyak yang senang berteman dengannya.

Lebih-lebih cewek itu punya julukan jenius. Karena meskipun tidak belajar mati-matian ia tetap mampu menyelesaikan semua ulangan dengan nilai sempurna. Satu hal yang mungkin begitu ingin Stella miliki.

Andai ia seperti Gita, mungkin ayahnya tidak akan bersikap seperti sekarang ini kepadanya. Bahkan mungkin ia bisa saja lebih banyak mendapatkan kasih sayang di banding Mbak Dela.

Stella melangkahkan kakinya keluar kelas. Ini memang belum jam istirahat pertama tapi guru biologi meminta yang sudah menyelesaikan ulangan agar segera keluar untuk istirahat lebih dahulu.

Jadilah hanya Stella dan Gita yang baru keluar dari kelas.

"Stella". Suara ceria khas Gita seketika membuat Stella menoleh.

"Ya?".

"Ngobrol bentar bisa?". Tanya Gita dengan seulas senyum miliknya.

Tanpa pikir panjang Stella mengiyakan saja. Ia cenderung jarang sebenarnya bicara dengan oranglain, apalagi kalau itu Gita. Satu-satunya teman yang sering mengajak Stella bicara hanya Devi.

Mereka berdua pun duduk di bangku taman utama sekolah. Stella hanya diam menunggu kira-kira apa yang akan Gita sampaikan.

"Kayanya kita ngobrol itu bisa di hitung pake jari ya berapa kali, padahal kita selalu sekelas loh". Ungkap Gita dengan sedikit terkekeh.

Stella menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Merasa agak canggung dengan penuturan yang Gita utarakan.

"Hehe iya ya".

Gita pun berdehem sebentar kemudian melanjutkan apa yang ingin ia katakan.

"Maaf ya Stel, bukan gue kepo atau gimana nih. Gue nanya ini nggak bermaksud apa-apa kok. Cuma gue pengen tau yang sebenarnya aja. Yah lo tau sendiri kan banyak banget akhir-akhir ini yang suka ngegosipin elo di sekolah".

Garis wajah Gita mendadak serius saat menatap ke arah Stella.

"Gapapa, tanya aja". Ucap Stella.

"Lo sama Archie itu lagi deket ya? Maksud gue, lo sama dia itu ada apa sih? Sorry, gue cuma mau tau kebenarannya aja biar tau mesti percaya omongan siapa. Gua nggak mau ikut sana sini gosipin orang". Jujur Gita.

Rasa salut dalam hati Stella benar-benar ia berikan pada Gita. Pasalnya, cewek itu memilih bertanya langsung secara baik-baik padanya ketimbang mempercayai apa yang orang lain bicarakan.

Stella menghela nafas sebentar.

"Sebenernya gue juga jengah banget sama sikap cowok itu, gue juga nggak ngerti kenapa dia kekeuh banget deketin gue. I mean, gue juga nggak pengen ada dalam posisi ini. Lo tau sendiri gue bukan tipe orang yang seterbuka ini kan? Dan entah untuk alasan apa sampai sekarang Archie terus aja kaya gitu meskipun tau gue sama sekali nggak suka deket dia. Ya gue lelah aja, gue juga nggak suka sama dia, gue nggak kepingin jadi siapa-siapanya dia juga. Tapi bikin tuh cowok berhenti ternyata gak segampang yang gue kira, dia sekeras kepala itu emang!". Papar Stella dengan perasaan kesal mengingat semuanya.

Archie yang tak ada juntrungannya itu tiba-tiba saja mengejar-ngejarnya seolah-olah Stella adalah tuan puteri cantik dari negeri dongeng. Membuat semua orang berpikir bahwa Stella yang menggoda cowok itu, atau istilah menyebalkannya Stella yang kegatelan mau jadi pacar cowok itu.

TELL ME WHAT IS LOVE (kaistal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang