Terungkap

11.9K 583 19
                                    

Part ini ditulis tanggal 12 juni 2019 dimana hari itu Rum merasa kehilangan seseorang yang bahkan nggak pernah Rum miliki.

Best friend-iKON

"Bunda kenapa nggak bikin toko kue aja? Serius cake ini enak banget, Bun."

      Cake tiramisu bikinan bunda ini enak banget. Aku memang suka sama tiramisu dan cake bunda ini tidak kalah sama cake yang udah punya brand.

    Sekarang aku sedang di rumah bunda. Setelah selesai mengunjungi makam nenek, aku mengantarkan Bunda pulang ke rumah. Yang mengejutkan adalah, ternyata makam almarhumah kak Fira juga berada satu makam bersama Yangti dan nenek.

Bunda banyak bercerita tentang almarhumah kak Fira terutama selama kakak masih hidup.
Aku tidak berani bertanya alasan kak Fira bunuh diri, terlebih setelah raut wajah bunda yang berubah ketika obrolan kami mengarah ke sana.

"Bunda cuma nerima pesanan aja paling," jawab bunda sambil meletakan sup ikan "__Bunda udah tua, nggak bisa kerja capek."
Mendengar alasan bunda, aku menggeleng tak setuju. Sebab Bunda memang terlihat masih muda dan berbakat untuk mengembangkan usahanya.

"Masih muda gini, kok. Bunda juga masih cantik." candaku pada Bunda setelah menelan habis potongan cake terenak ini.

Kemudian kami saling tertawa setelah bunda mencubit pipiku.

"Bunda boleh minta tolong panggilin Gavin, nak?"

Hah

Aku sampai terbatuk mendengar perintah bunda. Cake tiramisu yang tadinya enak berubah menjadi hambar dan susah sekali ditelan.

Apa bunda nggak tahu aku lagi menghindari Gavin sekarang.

'"Tapi bun, Gendis__"

"Tolong ya, bunda nyiapin sambal dulu. Gavin nggak bisa makan kalau nggak ada sambalnya."

Aku menghela napas panjang, sebelum beranjak meninggalkan meja makan, lalu, berjalan menuju kamar Gavin yang udah ditunjukin bunda tadi.

Sejak aku datang kerumahnya, aku belum bertemu dengan Gavin.
Kata bunda, Gavin biasanya tidur setelah pulang sekolah.

      Semenjak kejadian kemarin, aku merasa tak lagi punya celah untuk bersama Gavin.

Bukan karena aku menyerah, tapi rasanya segala sesuatu yang berhubungan dengan Vierna aku tidak akan pernah menang.

Papa pasti tidak akan tinggal diam kalau tahu aku juga mencintai Gavin.
Yang lebih egois, sekarang aku ingin membenci Gavin meski keadaan maksaku terus berada di dekatnya.

Seperti sekarang, aku mengatur degup jantung yang kian menggila ketika kakiku berdiri di depan pintu kamarnya.

Aku kemudian mengetuk pintu kamar Gavin tanpa memanggilnya.
Hingga setelah ketukan ketiga tak juga ada sahutan dari dalam, aku memberanikan diri memanggilnya saja.

"Gav, Kata bun__" da.

"Sebentar Bun, Gavin ganti baju," sahutnya dari dalam.

Aku memejamkan mata dan menghembuskan napas lega karena Gavin mengira aku adalah bunda.

Baru hendak berbalik, aku dibuat kaget saat mendengar suara pintu terbuka.

Saat hendak meneruskan langkah, aku terpekik karenamerasa bahuku ditarik kebelakang, hingga membuat tubuhku kehilangan keseimbangan.

Aku hampir terjatuh kalau tidak ada sesuatu entah apa menyangga tubuhku.

Ternyata Gavin menahan tubuhku dengan lengan kirinya melingkari pungungku. Seketika mataku Langsung terkunci dengan sorot mata Gavin yang sangat tajam dan menakutkan.

Broken Home [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang