Maaf

9.3K 693 49
                                    

Selamat membaca dan doubel update💞💞

Sepanjang perjalanan kami lebih banyak diam. Hanya suara musik dari radio yang bikin suasana mobil nggak terlalu sepi. Aku memilih mengalihkan pandangan ke luar, menikmati lalu lalang penguna jalan.
Beberapa kali Bintang mengajakku bicara, tapi aku masih enggan menjawabnya.

Mendengar helaan napas keras Bintang, aku menoleh. Siku kanannya yang bertumpu pada bagian jendela mobil kulihat memijit pelipisnya. Sementara tangan kirinya memegangi stir mobil dengan pandangan lurus pada jalanan.

"Kita baru mulai tapi kayaknya lebih banyak berantemnya dari pada yang-yangnya" ucapnya setelah beberapa saat diam.

"Berarti kita nggak cocok," Jawabku ketus. Ini adalah kalimat pertama yang aku katakan sejak Bintang membawaku tadi, entah mau kemana.
Aku juga malas bertanya.

"Yang udah keluarga aja banyak nggak cocoknya, apa lagi kita yang masih proses kenal, Iya kan? "

Aku medengus keras.

Siapa juga yang mau berkeluarga dengan dia?

"Lagian pacaran kan buat nyatuin ke enggak cocokan kita, Dis. Pacaran sama orang yang punya karakter sama itu biasa," Ujarnya percaya diri.

"Kita masih SMA, berhenti bicara tentang sesuatu yang bahkan besok aja kita enggak tahu masih sama-sama apa enggak!" Selaku kemudian.

Perkataanku membuat Bintang seketika menoleh, tapi aku hanya meliriknya lewat ekor mataku.

"Kalau kita enggak berupaya bersama jangankan besok, bahkan hubungan kita bisa berakhir sekarang juga."

"Kurasa itu ide bagus, aku juga jengah berhubungan dengan orang yang main-main sama perasaan orang lain."

Sekian kalinya dia menghembuskan napas kasar, lalu diam. Tidak lagi membalas ucapanku. Sampai Bintang memarkirkan mobilnya di depan sebuah ruko di daerah Bintaro, dia masih tetap diam. Rahangnya terkatup rapat tanpa menoleh padaku barang sekalipun.

"Turun!" titah Bintang setelah melepas seatbeltnya.

Aku masih diam bergeming. Bahkan saat dia membuka pintu dan beranjak keluar.

"Turun, atau kupaksa lagi?"

Tahu-tahu Bintang yang kulihat tadi sudah berjalan keluar, kembali membuka pintu mobil untukku.
Saat tahu aku hendak beranjak keluar, dia berjalan lebih dulu membiarkan aku mengekorinya di belakang.

Dahiku mengeryit ketika langkahnya mulai masuk kesebuah kedai minuman yang namanya cukup belakangan ini. Yang bikin aku heran karena di dalam kedai itu kulihat Juni, Lucky, Fajar dan Kriss berbagi tugas melayani para pengunjung yang sedang antre. Pengunjung yang rata-rata anak muda seusiaku sedang berbaris antre untuk memesan minuman, lalu sebagianya terlihat duduk dibangku panjang menunggu pesanan.

"Ayo!" aku terjengit kaget saat merasa seseorang menggengam tanganku.

Aku hanya diam melihat gandengan tanganku dan Bintang, sampai dia menariknya pelan hingga kami melewati beberapa pengunjung yang sedang menunggu pesanan.
Beberapa kali Bintang melempar senyum pada pengunjung yang menyapanya.

Aku tahu sapaan itu cuma untuk menarik perhatian Bintang, sebab setelah Bintang melempar senyum pada segerombolan cewek, mereka memekik girang.

Sesuatu yang bikin aku makin kesal, entah karena apa.

Melewati tangga, rupanya Bintang membawaku menuju lantai dua.
Di sana ada dua ruangan, tapi Bintang membawaku keruangan sebelah kiri tangga. Saat kami masuk ke ruangan itu, mataku menjelajah ruangan yang sepertinya belum 100% di renovasi.

Broken Home [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang