Bintang Semesta

15.3K 633 24
                                    

     Happy reading❤❤

  Aku menyimak penjelasan Guru seraya menopang dagu menggunakan telapak tangan.
Rasanya membosankan duduk bersebelahan dengan seseorang yang mendiamkanku.

Suasana menjadi canggung dan aku nggak terbiasa begini.

Menghela napas panjang, aku mulai mengemasi buku ke dalam tas saat bel istirahat berbunyi.
Beberapa siswa sudah lebih dulu keluar kelas hingga hanya menyisakan beberapa siswa lagi.

Aku benar-benar masih tersulut emosi karena ulah Almira.
Rasanya ingin sekali mematahkan tulangnya sekalian kalau ingat bagaimana dia memperlakukan Lala tadi pagi.

"Dis, aku minta maaf. Gara-gara aku kamu bermasalah lagi. Padahal aku sering___"

Aku menoleh kesamping, Lala menatapku dengan wajah menyesal.

"Nggak perlu jadi teman, siapapun orangnya, aku benci ngelihat orang lain ditindas. sory, kalau aku lancang." potongku saat Lala belum menyelesaikan kalimatnya.


Rasanya jengah juga melihat Lala yang selalu nampak baik-baik saja.
Padahal kenyataanya aku tahu dia cukup tertekan dikelas ini.

"Jadi perempuan jangan lemah." ucapku datar, "kalau kamu diinjak orang lain, injak balik. Mereka bukan siapa-siapa yang berhak menyakitimu," ujarku seraya berdiri meninggalkan Lala yang masih diam.
Mungkin karena kaget dengar kalimat ketusku barusan.

    Dan disinilah sekarang aku berada sekarang.
Duduk sendiri di salah satu meja tengah kantin Bakti Nusa sambil mengaduk soto yang tersaji didepanku. Sesekali pandanganku menjelajah setiap sudut kantin.

Pergerakan mataku berhenti saat melihat Gavin duduk bersebelahan dengan___

Vierna.

Ya, tidak salah lagi, sebab aku hafal betul adik tiriku itu setiap hari sering memakai bando.

Seketika pemandangan itu membuat mood-ku semakin buruk.
Jika tidak memikirkan keadaan perut yang belum terisi nasi dari kemarin rasanya ingin sekali aku keluar dari kantin sekarang juga.

"Hay" aku mendongak dengan alis sedikit terangkat.

Sebab merasa tak asing dengan seseorang yang tengah berdiri di depanku ini.

Lelaki berkulit putih pucat,  seragamnya berantakan dengan seluruh kancing terbuka menampilkan kaos warna putih sebagai dalamanya.

Aku tidak memungkiri cowok di hadapanku itu terlihat sangat tampan. Hidungnya yang macung dengan bibir merah alami membuat pesona cowok itu terlihat berbeda.

"Aku boleh duduk?" tanyanya padaku.
Padahal meja itu bukan hanya ada aku saja, ada dua siswi perempuan lain yang juga sedang menikmati makannya.

"Meja yang lain pada penuh dan cuma tersisa ini yang masih agak kosong."

Refleks aku memperhatikan sekelilingku, memang ternyata keadaan kantin sudah penuh.

"Silahkan," jawabku datar.

Cowok itu tersenyum tipis lalu mengambil posisi duduk tepat di depanku.

Broken Home [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang