Senjani Rahma (2)

10.6K 620 10
                                    

        Aku berdiri didepan rumah sederhana. Rumah yang barang kali tak sebesar rumahku, tapi justru bisa memberiku kehangatan yang tidak pernah kudapatkan dirumah.

     Menunggu beberapa detik setelah Bintang mengetuk pintu, munculah gadis kecil berambut rapi dikepang dua.

"Dola!" Matanya membulat menatap boneka yang kupeluk.

"Ibu, kak Gendis bawa Dola besal!"
tubuh kecilnya berlari cepat kedalam, untuk mengadu pada ibu.

"Ayo masuk!" ajakku pada Bintang dan temannya yang sedang berdiri rapi dibalakangku.

Aku melangkahkan kaki menuju ruang tengah. Jangan harap akan ada sofa di rumah ini.

Ibu hidup dengan keterbatasan ekonomi, beliau hanya tukang buruh cuci yang menempati rumah kontrak petakan kecil.

Aku menyuruh mereka untuk duduk di tikar yang tergelar rapi di ruang depan. Entahlah aku sama sekali tidak tahu, apa mereka akan nyaman di rumah ibu. Toh, sebelumya aku sudah menceritakan keadaan ibu pada mereka tapi mereka juga bersikeras ingin ikut.

Jadi, ya, jangan salahkan aku.

      Saat aku menyusul ibu ke dapur, rupanya beliau sedang menyiapkan minuman untuk kami dan dibantu Dewa.

"Assalamualaikum, bu"

Aku mencium pungung tangan Ibu, lalu beliau memelukku erat seperti biasa.
"Waalaikumsalam, kak."

Setelah melepas pelukan ibu, aku menoleh pada Jani yang merentangkan tangannya, memintaku untuk mengendongnya.

"Jani turun, Kak Gendis capek."
Tegur ibu pada Jani yang sudah aku gendong. Kepala Jani menggeleng di cengkuk leherku, membuatku terkekeh.

"Ibu bawa keluar minum dulu, Kak Gendis bawa teman berapa?"

"Lima, bu."

"Mereka nggak apa-apa kesini, Dis? maksud Ibu, mereka pasti anak-anak orang kaya, memangnya mau emang makanan ibu?"

"Mereka yang maksa ikut kok, Bu."

      Sepertinya mereka memang anak orang berada. Tapi nyatanya, mereka mudah sekali menempatkan diri.
Aku bahkan tak menyangka mereka sama hangatnya dengan sahabat sahabatku di Cendrawasih.

****

      "Ibu, Jani cantik, gedenya buat saya aja, ya." Kata Kris yang sedang memangku Jani.

     Jani memang mudah akrab dengan orang lain. Apa lagi dengan lawan jenis, mungkin karena dia sudah kehilangan sosok ayah dari kecil.

"Jangan boleh, Bu! Kris itu pedofil." seru  Uky. Kata Bintang namanya Lucky, tapi mereka sering memanggilnya Uki.

"Jangan dengerin Uki, Bu. saya bisa kok jaga perempuan, apa lagi perempuanya cantik kaya Jani gini, iya kan, Jun?" Tanya Kris pada Juni.

"Namanya itu Jani cocoknya ya sama aku, Juni. Jani dan Juni cocok banget kan itu nanti di undangan."

"Jangan boleh sama Juni, Bu. Dia pacarnya banyak, sama saya aja inshaAllah amanah." ucap Kriss ikut menyela.

"Enak aja, tuh si Bintang yang banyak pacarnya. Dedek Gemes diputusin dulu dong Bin kalau mau ngegebet Gendis!"

Dedek gemes ?

"Apaan sih, Jun!" Uki menoyor kepala Jun membuatnya seketika mendesis kesal.

      Saat aku menoleh pada Bintang yang duduk di sebelahku, tiba tiba ingatanku kembali pada Sarah.

Broken Home [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang