Bahagialah, tapi bukan denganku

12.7K 746 51
                                    

      Sepanjang perjalanan pulang kami hanya saling diam. Tidak ada yang membuka suara meskipun kami tengah berhenti di traffic light.
Aku merasa mungkin Gavin kurang nyaman ketika Bunda memaksanya mengantarku, atau mungkin karena dia takut Vierna cemburu.

Dunia kenapa harus sesempit ini, sampai aku harus mencintai lelaki yang kini juga dekat dengan adik tiriku sendiri?

Apa nasibku nanti akan sama seperti Mama?

Aku menunduk. Pandanganku langsung tertuju pada jaket yang terpasang kebesaran di tubuhku.
Sepertinya aku harus mengucapkan terimakasih pada Bintang, sebab dia sudah menyelamatkanku dari udara malam yang dingin ini.

Semakin dingin, karena lelaki yang tengah memboncengku sekarang hanya diam sama sekali tak membuka suara.

Tahu begini aku mending pulang memesan taxi.

Menatap pungung tegap Gavin, mendadak terlintas bayangan bagaimana Vierna memeluk tubuhnya dari belakang beberapa hari yang lalu dan terlihat jelas Gavin tidak keberatan sama sekali.

Sementara aku?
Hanya berani memegang sisi jaketnya, tapi kemudian memilih melepaskan setelah sadar Gavin kurang nyaman.

"Kenapa?"

"Apa?" tanyaku sedikit memajukan kepala ketika Gavin membuka suara.

"Kenapa pegangannya dilepas?"

"Nanti kamu marah kalau aku pegangan."

Gavin tidak menjawab apapun, tapi sorot matanya tak lepas menatapku dari kaca spion.

     Sampai kami tiba di depan gerbang rumah, aku langsung turun sembari mengucapkan kata terimakasih.

"Terimakasih aja?" tanya Gavin ketika aku hendak berbalik kedalam rumah.

"Memang mau apa? Ongkos?"

Dia tersenyum miring sembari mengedikan bahunya.

"Tadi bicara apa saja sama Bunda?"

"Bicara apa?" tanyaku tak mengerti.

"Bunda enggak biasanya sampai kaya gitu kalau ketemu temanku."

Ucapan Gavin seketika membuatku mengerutkan dahi, "sampai peluk-peluk gitu maksudnya," Jelasnya seakan tahu kebingunganku.

"Emang sama Vierna nggak gitu?"

"Kok jadi Vierna?" tanyanya kemudian.

"Iya, kan, kalian dekat? setahuku Vierna justru lebih mudah akrab sama orang lain. Dia juga lebih sopan dibandingkan aku."

"Kami memang dekat, tapi Vierna belum pernah aku ajak kerumah."

"Kenapa?"

"Karena Bunda enggak suka aku ngajak main perempuan kerumah,"
Jawaban Gavin bikin aku mendengus kesal.
"Emangnya aku bukan perempuan?"

"Kita kan ngerjain tugas."

"Emang kalau sama Vierna ngerjain apa?"

Tunggu, ini sedari tadi kami ngobrol?
Maksudku, yang mengajakku bicara ini Gavin kan?

Gavin mendengus pelan lalu kembali menarik masker hingga menutupi hidung dan memakai helmnya kembali.

"Aku balik ya," pamit Gavin kemudian.

Aku hanya diam tak menjawab, karena sebenarnya ada banyak pertanyaan di kepalaku, tapi aku takut mengutarakannya.

"Gav," panggilku setelah menimang beberapa resiko. Lebih baik, aku bertanya kemudian mengambil sikap setelah mendengar jawabannya nanti.

Broken Home [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang