Traffic light

8.7K 536 11
                                    

     Bahagia.

Ini adalah pengalaman pertamaku pergi ke pasar malam.
Dulu Eyang cukup keras membatasi pergaulan dan jam mainku.
Jangankan pergi ke tempat-tempat seperti ini. Aku bahkan jarang liburan kecuali dengan Yangti dan Yangkung.
Dino bahkan harus kerja keras bujukin Yangti kalau mau bawa ku pergi.

Memang setelah Beliau pergi, aku jadi bebas untuk pergi kemana-mana.
Bisa berlibur menginap beberapa hari di manapun tanpa takut dimarahi.
Tapi yang bikin aku ingin pergi bukan karena aku butuh liburan, melainkan keadaan rumah yang udah bikin aku tak lagi nyaman.

Disitulah aku mulai berani menjelajahi tempat baru, tempat yang sering dianggap salah bagi kebanyakan orang.

"Kamu kayak nggak pernah main ke tempat beginian," ucap Bintang, mungkin karena aku terlalu heboh dari tadi.

Aku menerima jagung bakar yang tadi dipesannya. Kami lagi duduk lesehan dekat pasar malam, di sini banyak pedagang menjajakan berbagai macam makanan.

"Emang nggak pernah Ini pengalaman pertama ke pasar malam," Jawabku sambil tersenyum tulus pada Bintang
"Terimakasih, ya."

Dahi Bintang tercetak garis-garis berkerut, mungkin tidak percaya dengan jawabanku, "Beneran belum pernah?"

Aku menggeleng mantap
"Dulu Eyang agak membatasi ke mana aku pergi dan dengan siapa. Dino aja yang udah deket banget sama Eyang harus bujuk-bujuk dulu."

"Tapi sering pergi keluar negeri kan?"

"Kalau Eyang lagi pengen atau kalau aku merengek kita baru akan pergi. Tapi sih keseringan ke Bogor atau Bandung. Di sana Eyang ada home stay sekaligus kebun."

Eyang, Beliau suka sekali berkebun.
Kebun yang lumayan luas yang di tanami berbagai macam bunga dan sayur bahkan sekarang jadi semacam tempat wisata disana.

Ahh aku kangen Eyang,  kangen juga berkebun sama Beliau.

"Aku nggak nyangka kamu sekuper itu" Kekeh Bintang lalu mengacak rambutku.

"Enak aja, itu dulu." sunggutku kesal dan mulai menurunkan tangan Bintang yang masih berada di atas kepalaku.

Kondisi ini bikin kesehatan jantungku nggak baik.

"Sekarang aku bisa pergi kemana aja. Cuma karena nggak ada yang ngajakin aja. Dino nggak pernah mau diajak ke tempat ramai beginian."

Bintang tertawa semakin keras,  bahkan beberapa pengunjung sampai lihatin kami. Aku sampai harus menutup mulut Bintang menggunakan telapak tanganku karena tawa dia makin keras.

Malu!

Setelah tawanya mereda aku menatapnya cemberut, dia benar-benar meledekku kah?

Nyebelinya kambuh.

Aku mulai memilih untuk berdiri, membersihkan belakang celanaku lalu bergegas pergi meninggalkan Bintang yang tahu-tahu menyusulku.

Aku membuang jagung bakar yang baru kumakan setengah.

Kesal bukan main sama Bintang.

"Buang-buang makanan," ucap Bintang yang tahu-tahu merangkul bahuku.

Baru aku mau bergerak buat lepasin tangannya, justru Dia menarik kian rapat padanya.

"Mulai besok aku bakalan sering ngajak kamu jalan-jalan biar kalau lagi sedih mainnya bukan ke Club."

Aku masih diam tak menyaut,  pandanganku hanya tertuju pada kaki kami yang melangkah bersama ngelewatin jalan-jalan berumput.

"Kamu kacau kalau lagi mabuk<"

Broken Home [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang