Tara

8.3K 601 16
                                    

selamat membaca...

💞💞💞

Seperti yang dikatakan Bintang, seharian ini dia tidak menampakan diri ke Sekolah. Bukan hanya orangnya yang tidak nampak, bahkan satu pesanpun tak dia kirimkan. Terakhir dia mengabari bahwa dia sudah sampai di gedung Dinas Pendidikan pagi tadi.

Memang persiapan camp olimpiade sesibuk itu?

Tak sadar aku menggerutu dalam hati. Memunguti buku dan peralatan tulis ke dalam tas, aku lalu bersiap untuk keluar kelas.

Baru hendak berdiri aku dikagetkan dengan cowok yang tiba-tiba datang padaku dengan napas tersengal.

"Ikut aku!" ucapnya lalu menyeret tangan dan membawaku keluar kelas.
Siswa-siswa yang ramai di koridor sampai berhenti dan memberikan kami jalan karena dia menariku dengan kasar dan langkah lebar.

"Jun, mau kemana sih?" Seruku kesal pada Juni yang bukannya mengendurkan cekalan di tangganku tapi justru malah memperkuat ketika aku memberontak.

"Ini jawaban yang kamu cari, ayo buruan!" jawab Juni tanpa menoleh padaku. Langkah Juni membawa kami ke arah gudang belakang sekolah.

"Sssttt"
Juni memberikanku isyarat agar diam dan memelankan langkah.
Melihat Juni yang berjalan mengendap penuh waspada, secara refleks aku justru mengikutinya.

Juni melepaskan tanganku setelah mengintip sedikit ke bagian belakang gudang. Kedua alisku terangkat saat Juni tiba-tiba mengambil ponselnya, entah apa yang dia lakukan.

Dia yang seperti tengah membidik buruannya lalu tersenyum menyeringai.

"Bawa ponselku" Katanya, menyodorkan ponselnya padaku, "Lihat itu," bisik Juni kemudian memberiku ruang untuk mengintip bagian bekalang gudang.

Tanganku bergerak menutup mulut sendiri agar tak membuat kegaduhan meskipun yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri membuat ku gementaran.

Aku tidak tahu siapa cewek yang sedang dihimpit kasar sama murid cowok yang juga tak kelihatan karena badannya membelakangi kami.
Yang ku dengar sayup-sayup hanya suara tangis dan jeritan tertahan.

Tepukan di pungungku membuat kesadaranku kembali.
"Bawa ponselku, dan pinjam kunci mobil Lucky," perintah Juni lalu menyodorkan ponsel dan kunci motor lagi padaku.
Aku mengangguk mengerti, lalu mengambil alih ponselnya.

"Cari Lucky di lapangan basket, Dis." Pesan Juni yang membuatku mengangguk sekali lagi.

Kakiku baru berjalan beberapa langkah lalu kembali menoleh kebelakang saat mendengar suara teriakan disertai keributan.

Aku berlari kearah lapangan, tidak peduli beberapa murid yang menyumpahiku karena aku menabrak pungung mereka.
Detak jantungku nyaris putus karena berlari tanpa jeda.

Mataku menjelajah seisi lapangan basket, kulihat beberapa siswa cowok mulai pemanasan sebelum bertanding.

"Lucky! " panggilku setengah berteriak membuat mereka yang tengah berada di lapangan menoleh padaku. Termasuk cewek-cewek yang berdiri di pinggir lapangan untuk nonton latihan basket hari ini.

" Kenapa, Dis?" Tanya Lucky menyusulku yang sedang menunggunya di luar garis lapangan "Bintang nggak ikut latihan hari ini" ucapnya padaku.

Aku menggeleng dengan napas berat, ternyata capek juga lari dari gudang kelapangan.
"Pinjam kunci mobil, Ini," aku menyerahkan kunci motor Juni yang langsung diterima Lucky meski kedua alisnya menukik tajam, aku tahu dia bingung tapi aku nggak ada waktu buat jelasinnya.
"Aku nggak bisa jelasin, please. Aku butuh mobilmu sekarang"

Broken Home [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang