Sakit Tapi Tak Berdarah

14.6K 694 13
                                    

Aku nggak memaksa kalian akan membaca ulang cerita ini.
Tapi, akan ada banyak konflik yang berubah dari brokenhome versi lama.



       Aku menutup kepalaku dengan bantal, ingin sekali berteriak saking frustasinya menghadapi cowok bernama Bintang Semesta itu.

Sedari malam dia terus menerorku, mengirimi  banyak pesan dan menelponku tanpa henti.

Jujur, aku malas menanggapinya.

Berbanding terbalik dengan Bintang, puluhan pesan yang ku kirim pada Gavin tak ada satupun yang dibalas.

Iya, akhirnya aku mendapatkan nomer ponselnya kemarin setelah aku nekat masuk ruang tata usaha untuk mencari data diri siswa di Bakti Nusa.

Bicara soal Gavin, sebenarnya aku tidak mengerti kenapa aku bisa senekat ini, mungkin terkesan bodoh. Tapi aku merasa mulai menyukainya sejak pandangan pertama.

Dia bukan seperti tokoh novel yang sering dibaca Mila, dia bukan termasuk cowok populer yang punya sifat bad boy.
Dia justru lebih pendiam, mukanya datar dan jarang tersenyum itu barang kali yang membuatku tertarik ingin mengenalnya lebih dalam.

Ahh bukan hanya mengenalnya jujur aku menginginkan dia menjadi milik ku.

Apa aku salah?

Aku tahu cewek sepertiku ini bukan tipenya, bukan bermaksud tidak percaya diri.
Aku sadar kelakuanku sedikit agak absurd sejak meninggalnya Yangti. Beliau adalah satu-satunya orang yang ku anggap paling menyayangiku di rumah ini.

Bukan bermaksud menelanjangi keluargaku sendiri, juga hanya saja kurasa kalian perlu tahu keluargaku ini ibarat bunga mawar yang terlihat indah tetapi sebenarnya berduri.

Semua karena kedua orang tuaku. Mama dan Papa, beliau berakting sempurna bak pemain film handal dihadapan orang lain.
Pura pura hidup harmonis dengan tiga anak dan mencintai satu sama lain.
Padahal di rumah ini, Papa menyimpan satu duri tajam yang beberapa tahun lalu merenggut semua milikku.

Mama dan papa menikah karena perjodohan, setidaknya itu yang dulu Yangti ceritakan padaku.
Usiaku dulu masih delapan tahun, wajar jika aku kurang mengerti maksud Yangti, yang kuingat beliau pernah memberiku pesan setelah aku tahu aku punya orang tua yang berbeda dari teman temanku.

"Nanti, jika kamu besar dan Yangti tidak bisa selalu menjagamu.
Kamu harus menjadi orang yang kuat dan apapun yang kamu lakukan harus membawa manfaat untuk orang lain. Cintai yang kamu miliki sebab semua hal yang kamu punya hanya titipan dan kita tidak tahu kapan titipan itu akan diambil."

Setelah aku mulai beranjak dewasa, aku perlahan memahami keadaan Papa dan Mama.

Bertahun-tahun bersama, mereka tidak pernah saling mencintai, mungkin itu sebabnya mereka tidak pernah mau mengajaku bermain atau mengendongku saat aku menangis atau bahkan saat sakit.

kata mereka aku ini adalah kesalahan paling besar sepanjang hidup mereka.
Aku ingat ketika usiaku enam tahun Papa pulang mengendong anak perempuan seusiaku.
Awalnya aku senang papa membawakanku teman bermain, tapi semua perasaanku berubah kala tak sengaja aku mendengar pertengkaran antara Yangti dengan papa.
Ternyata adik kecil yang Beliau bawa adalah adik tiriku.

Broken Home [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang