Dua belas

178 14 1
                                    

ARASYA berulang kali melirik ke arah lorong bandara. Tetapi pilot yang berjanji akan mengembalikan charger ponselnya tak kunjung datang.

"Yah, nanti Bang Andrean marah-marah lagi." Arasya mengesah pelan. Matanya kembali melirik ke lorong yang ramai itu.

Lelah berdiri, akhirnya Arasya berjongkok. Tidak peduli dirinya berada ditengah-tengah orang banyak.

Sebuah tangan terulur. "Charger gue!" seru Arasya menyambar charger yang berada dalam genggaman tangan itu.

Arasya mendongak. Pilot itu melempar senyum, "Makasih ya."

"Iya, sama-sama." Pilot itu menggaruk lehernya grogi, "Saya.. Boleh minta WA kamu? Kalo nggak boleh juga ng-"

"Boleh kok." Arasya langsung mengeluarkan ponselnya, "Itung-itung tadi kamu udah nolongin saya."

Pilot tersebut tersenyum, "Kamu yang nyatet WA saya, atau...?"

"Iya, Arasya aja." Arasya menutup mulut, menyadari ia baru saja menyebutkan namanya, dan padahal ia belum memperkenalkan diri pada pilot itu.

"Austin." sebut Pilot tersebut mengetahui ke-refleks-an Arasya.

Arasya tersenyum salah tingkah. "I-iya, Austin. Arasya duluan ya?"

"Nanti kapan-kapan kita bisa bertemu?" Austin mengangkat alisnya.

Arasya mengangguk, "Atur aja." jeda, "Eh, nomor kamu belum aku catet! Sebutin deh,"

Austin menyebutkan nomor ponselnya, Arasya mencatatnya.

"Oke. Duluan ya?"

Austin mengangguk mantap, memberi jalan pada Arasya. "See you next time." bisiknya pada Arasya sebelum gadis itu berlari pergi. []

HI, ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang