(bukan) extra part

250 17 4
                                    

SAAT Arga ingin mengambil cokelat dan boneka yang tadi terjatuh, lalu pulang,

"Sejak kapan lo jadi pengecut?"

Arga menengadah. "Bang Andrean?" ia terkejut dan langsung bangkit setelah mengambil cokelat dan bonekanya.

"Apa waktu bertahun-tahun nggak cukup buat lo?"

"Buat gue? Buat apa?"

"Buat lo sadar, Arasya sadar. Kalau kalian itu saling mencintai."

"Dia sama Austin, bang." ucap Arga sedikit kesal.

Andrean tertawa sinis, menaikkan alisnya. "Emang Arasya nerima dia?"

"Dia pelukan." Emosi Arga mulai tersulut. "Coba lo jadi gue, niatnya mau ngasih kejutan, eh malah gue yang dikejutin pake acara pelukan dan pegangan tangan."

"Lo ngerti sebuah usaha melupakan?"

Walau Arga masih kesal, tak urung juga ia menggeleng.

"Dia dalam proses itu." Andrean menarik Arga kedalam toko.

"Yaudah, lupain aja gue. Biarin dia sama Austin." Arga menjawab sinis, wajahnya ditekuk.

"Bocah banget sih lo." Andrean tertawa, "Cemburunya ketauan banget."

"Ko cemburu? Apaansi, ga jelas." Arga makin julid.

Andrean hanya menggeleng-gelengkan kepala dan terus tertawa.

"Ngapain tau kesini." Arga duduk membelakangi Andrean saat cowok itu menariknya kesebuah meja dengan dua kursi didalam toko.

"Nggak mau cobain kue nya Ara?" goda Andrean.

"Nggak, nanti gue pesen aja online.." Arga memelankan suaranya, "Kalau ada."

"Ada. Nanti Arasya yang anter."

"Dih, ga jelas." ketus Arga.

"Bocah." cibir Andrean

Arga tak menjawab, cowok itu hanya memainkan bibirnya tak jelas. Menggerutu karena Andrean yang terus-terus mencoba mengkomporinya.

"Nggak ada yang mau lo omongin?" Andrean kembali bersuara.

"Nggak. Ngapain ngomong sama lo."

Suara tawa Andrean terdengar, "Gue pikir lo merhatiin desain toko ini."

"Apa yang mau diperhatiin." Arga menatap kebawah.

Tiba-tiba saja tatapannya berhasil di bekukan oleh lantai toko yang ternyata didesain serupa mirip dengan lapangan basket.

Andrean yang memperhatikan Arga, sudah tau bahwa cowok itu mulai menyadari sesuatu.

"Menurut lo mungkin nggak Austin suka basket sedangkan dia Pilot?" tanya Andrean.

Arga menggeleng tanpa suara. Matanya mulai meneliti seluruh interior toko, yang... Menurutnya sangat gila. Karena ini semua tentang dirinya.

"Keren banget lemari dindingnya." seru Andrean tiba-tiba.

Membuat fokus Arga beralih pada benda itu. Disana terdapat fotonya dan Arasya yang ditempel dengan selotip dimasing-masing sisinya.

"Pasti sekarang lo sadar." Andrean menatap Arga yang menatapnya balik. "Arasya nggak pernah berhasil ngelupain lo. Sampai detik ini, dan seterusnya, selamanya."

Tatapan Arga perlahan kosong. Memorinya kembali mengulang masa lalunya dengan Arasya.

"Dia nggak pernah bisa ngelupain lo, karena lo dateng disaat dia jatuh." Andrean memainkan kunci mobilnya, "Kalau lo mau dilupakan dengan mudah. Seharusnya lo nggak dateng dan ada buat dia saat itu."

HI, ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang