Tiga belas

187 16 0
                                    

Taksi yang Arasya, Andrean, dan Erland tumpangi melaju kencang.

"Abang kan punya kenalan disini. Nanti kamu sama Erland abang titip sama dia."

Arasya menautkan alisnya, "Kok gitu?"

"Dia tinggal sendiri kok, kamu tenang aja." ucap Andrean tanpa menatap Arasya, cowok itu sibuk memperhatikan keluar jendela.

"Abang lepas tanggung jawab kalau kayak gini caranya." Arasya mendesis, mulai kesal dengan sikap Andrean. "Tau gini Arasya mending ditinggal, daripada ikut tapi abang lepasin Arasya gitu aja disini."

Andrean tak menjawab.

"Ini negeri orang, bang. Arasya belum tau jelas disini kaya gimana peraturannya, dan sebagainya. Nanti kalau salah sikap terus tau-tau masuk penjara, gimana?"

"Jangan sampe lah."

Arasya mulai gerah dengan sikap Andrean, ia menarik tangan cowok itu hingga mereka saling tatap. "Jelasin kenapa kelakuan lo disini begini!"

Andrean hanya tertawa, lalu kembali memalingkan wajah.

"Andrean!" sentak Arasya.

Andrean tidak merespon.

"Gue—"

"Have arrived, sir."

Arasya memperhatikan taksi telah berhenti. Andrean turun, mengambil kopernya di bagasi dan berbicara pada supir taksi menggunakan bahasa inggris dengan sangat cepat.

Yang Arasya dengar adalah kalimat terakhir Andrean, sebelum taksi kembali melaju tanpa menurunkan Arasya dan Erland. Thank you, sir. Yang artinya Terima kasih, tuan. Hanya itu. []

HI, ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang