Lima belas

179 17 2
                                    

SEORANG pria dengan baju tidur beruang, sosok di hadapan Arasya sekarang.

Arasya tercengang, nyaris tak berkutik. Bayangkan seorang laki-laki mengenakan baju tidur bergambar beruang, nyaris tak dapat dipercaya.

"Ini baju..., Lo?" Arasya mengucap tanpa sadar.

Cowok itu menarik sudut bibirnya, "Oh, Indo. Lo Arasya? Gue bener apa salah?"

"Bener." Arasya menatap iris cokelat cowok itu.

"Gue Marvel." Dia mengulurkan tangan.

Arasya menjabatnya.

"Kalo lo mau tau kenapa nama gue Marvel, karena bokap gue kapten amerika dan nyokap gue titisan iron man." ucap Marvel, datar.

Arasya memalingkan wajah, menahan tawa.

"Ayo masuk. Gue takut diketawain tetangga kelamaan diluar." cetus Marvel menarik koper Arasya dan Erland masuk.

Arasya menggedong Erland, mengekor dibelakang Marvel. Bibirnya masih berkedut, menahan tawa.

"Ini rumah gue, estetik banget kan?"

Arasya mengedarkan pandangan, benar, estetik. Banyak lukisan abstrak yang dipajang, disudut ruangan juga terdapat lampu tumblr berwarna gold. "Random?" tanyanya pada Marvel.

"Yoi."

"Ade lo..., Namanya Erland, kan?" Arasya mengangguk. "Suruh tidur dikamar aja."

Arasya mencari-cari kamar, ia hanya menemukan satu. Arasya termenung, dimana ia akan tidur malam nanti?

"Disini?" Arasya bertanya pada Marvel, menunjuk ruangan dengan pintu terbuka—yang memperlihatkan sedikit kasur yang berantakan.

"Iya."

Usai menjawab Marvel berbaring disofa ruang tengah. "Arasya.." Marvel menggumamkan nama Arasya. "Gue manggil lo Arasya, or...?"

"Iya, Arasya. Ara juga bisa, atau Rasy..." Arasya tidak mau melanjutkan ucapannya.

Rasya, panggilan dari Arga. Yang dulu favorit bagi gadis itu.

"Lo kesini naik taksi, right?" Terka Marvel, matanya memandang Arasya.

"Iya, tapi masa ya!" Arasya mendekat ke arah Marvel, duduk di dekat cowok itu. "Gue nggak disuruh bayar tadi."

Marvel tertawa pelan. "Iyalah, yang negosiasi sama taksi itu kan gue."

"S E R I U S ?"

"Nggak, lah. Bocah kaya gue mana mau suruh bayarin taksi orang," Arasya mengerucutkan bibirnya, "Palingan si Andre yang bayar apa gimana. Gue nggak tau."

Andrean... Arasya kembali teringat lami-laki itu. "Lo kenal abang gue darimana, Mar-vel?"

"Dari temen gue, orang Indonesia." jawab Marvel tenang.

Arasya terdiam. "Indonesia bagian mana?"

"Bagian yang hilang." ucap Marvel mendramatisir.

Arasya reflek menggeplak punggung cowok itu. "Serius, ih."

"Eh, gue serius." Marvel merubah posisinya, duduk. "Gue mau cerita, sya. Sama lo."

"Apa?"

"Belom lama gue ninggalin cewek!" Ekspresi Marvel terlihat sangat bahagia. "Lagian dia ngelecehin gue! Coba, kalo lu jadi gua. Kesel ga?"

"Di lecehin gimana?"

"Waktu itu gue sama dia abis jalan."

"Iya, terus?"

"Dia nanya gini, 'Kenapa nama kamu Marvel sih?' gue jawab, 'Mami Papi aku yang ngasih nama'. Eh dia bilang gini, sya! 'Nama kamu jelek tau, norak. Nama kok nama film'." Marvel menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mentang-mentang waktu itu film Marvel lagi tenar."

Arasya tertawa. Bersiap mendengarkan kelanjutannya.

"Abis itu gue bangun. Tadinya kan gue pegangan tangan sama dia, gue lepas. Terus gue bilang gini, 'Daripada kamu. Nama kok nama patung'." jeda, "Terus dia ngambek, marah-marah. Gue pergi aja. Untungnya, itu cewek ga gue aduin Papi, sya! Coba kalo gue ngadu..., gue yang diketawain."

Arasya tertawa geli. "Emang namanya dia siapa sih?"

"Sophia Liberty."

Sontak keduanya tertawa terbahak-bahak. []

Seneng ngeliat Arasya seneng, hehe.

HI, ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang