Tiga puluh dua

167 9 2
                                    

AUSTIN tidak menyerah, keesokannya ia kembali menghubungi Arasya.

Ragu-tidak-ragu-tidak, Austin menelfon Arasya.

Satu,

Dua,

Ti—

Telfon tersambung.

"Halo?"

SUARA ARASYA! Bibir Austin tersenyum lebar, dengan semangat membara ia menyahut. "Halo, ini gue Austin."

Sunyi, senyap. "Au-Austin?"

Yah, lupa lagi dia sama gue. "Pilot Soekarno-Hatta - Britania Raya."

"OHH IYA-IYA. Apa kabar?"

Hati Austin menghangat. "Baik. Lo apa kabar?"

"Baik." jeda, "Tumben ngga pake saya-kamu? Hehe."

"Kan saya-kamu dipakai pas menjalankan tugas, biar kelihatan profesional. Kalau diluar tugas, lo-gue aja, hehe."

Terdengar gelak tawa. "Iya deh yang profesional."

Austin ikut tertawa, "Apaansi? Engga ah, biasa itu mah."

"Iya-iya. Ada apa telfon?"

"Gue mau ketemu." Austin tau, ia sangat to the point.

"Emang rumah kamu dimana?"

Kamu? Jika Austin keju diatas martabak, maka ia sudah meleleh. "Deket Bandara."

"Oh, kita janjian dimana?"

"Gue kerumah Lo aja."

"Boleh, alamatnya nanti aku kirim."

Iya, sayang. "Oke." []

HI, ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang