° Budayakan Follow, Vote, Comment, karena kalian membaca gak di tarikin biaya°
"Dia sudah lebih membaik dari beberapa tahun yang lalu. Kau bisa memberhentikan jadwal check psikisnya denganku," Tiffany berjalan beriringan dengan Sehun dan menatap Yoona yang sedang membaca novel favoritenya di taman yang ada di klinik kecil milik Tiffany. Yoona baru saja mendapatkan terapinya. Kunjungan setiap dua kali dalam satu minggu.
Sehun tidak pernah melepaskan pandangannya pada Yoona, walau sudah ada dua bodyguard yang setia di belakang Yoona, "Aku berterima kasih padamu. Setelah kejadian Brian dua tahun lalu, dia mengalami trauma baru. Tetapi akhir-akhir ini, sepertinya dia dapat tidur dengan tenang walau aku tak menemaninya,"
"Sudah kewajibanku, Sehun," Tiffany tersenyum menatap Yoona, "Dia menjadi gadis yang cantik dan anggun,"
Sehun mengikuti arah pandang Tiffany, dan menatap Yoona lekat-lekat. Ia sudah lama menyadari, bahwa puterinya akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan anggun.
"Yoona," Sehun mencoba mengganggu acara membaca Yoona. Gadis itu menoleh, memberikan perhatiannya pada Sehun yang memanggilnya.
Yoona menutup bukunya dan tersenyum. Ia beranjak mendekati Sehun yang masih bersisian dengan Tiffany, "Daddy, Tiffany eonnie,"
Tiffany mengusap kepala Yoona dengan lembut, "Ada kabar baik untukmu. Traumamu sudah sembuh. Kau tidak perlu takut, jika traumamu akan kambuh kembali. Kau sudah sepenuhnya sembuh. Terima kasih sudah bekerja sama selama beberapa tahun ini, Yoona,"
Mata Yoona berbinar senang, "Bernarkah?!" tetapi sesaat kemudian meredup, "Aku tidak bisa bertemu eonnie lagi?"
Tiffany menggeleng, "Tidak. Kau bisa mengunjungiku di klinik. Atau, jika aku mempunyai waktu luang, aku yang akan mengunjungimu,"
Yoona tersenyum dan memeluk Tiffany. Selama teraphi dengan Tiffany, ia sudah menganggap wanita dengan eye smile itu sebagai kakak perempuannya, "Terima kasih banyak, eonnie," Tiffany membalas pelukan Yoona. Ia sudah menganggap gadis itu sebagai adiknya. Ia teringat ketika pertama kali Yoona di bawa oleh Sehun ke kliniknya. Saat itu juga, Tiffany merasa prihatin dengan keadaannya.
•
•
•"Kau ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, Yoona? Daddy melihat, kau memiliki ketertarikan di bidang tulis menulis," Sehun yang berada dalam mobil berdua dengan Yoona, bertanya pada Yoona. Puterinya baru saja menyelesaikan ujian kelulusan tingkat Senior High School-nya.
Yoona diam tak menjawab. Ia sebenarnya masih bingung dengan pilihannya. Ia menyukai menulis cerita, tetapi ia pun menyukai seni. Jika ia sedang senggang, ia akan menulis cerita dengan bermacam genre, atau terkadang membuat sketsa, "Buka dashboard. Daddy meminta Jongin untuk mencari informasi tentang universitas yang sesuai dengan passionmu. Kau hanya tinggal memilihnya saja,"
Yoona mengikuti perintah Sehun. Ia membuka dashboar dan beberapa brosur tentang beberapa universitas sudah menyapa dirinya. Yoona mengambilnya dan melihat-lihat. Mata Yoona terarah pada satu brosur, Art University of US. Yoona mengerutkan keningnya.
"Dad," Sehun menoleh ketika traffic light menunjukkan warna merah. Yoona menunjukkan brosur itu pada Sehun, "Apa ini berada di Korea?"
Sehun mengangguk, "Cabang dari US, dan baru di jalankan lima tahun, sudah meraih beberapa prestasi dari mahasiswanya," Yoona hanya bergumam dan melihat kembali brosurnya, "Jongin yang mengatakannya," Sehun merebut brosur itu dari tangan Yoona, dan Yoona mengikuti tangan Sehun yang mengambil brosurnya, "Lulusan dari Art University of US, terkenal di beberapa negara asing. Terutama di bidang musik dan seni lukisnya. Salah satu pengarang novel terkenal juga salah satu lulusan dari Universitas ini," Sehun mengembalikan brosur pada Yoona ketika melihat traffic light berwarna hijau.
YOU ARE READING
𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔
Random"Tidak masalah jika diriku tidak dibutuhkan di dunia," - Lim Yoon Ah Since, August 23th, 2018