• 45 •

1.2K 223 144
                                    

Malam yang panjang untuk seorang Oh Se-Hoon. Ia hanya berdiri di sudut, melihat beberapa orang berbicara, bercanda dan tertawa. Sebagian dari mereka menari di lantai dansa dengan iringan musik waltz. Ia seperti seorang pengawas di sudut ruangan yang menyesap dikit demi sedikit wine merah untuk melepas dahaganya. Terutama melepas tekanan dari tatapan lapar para lady yang menginginkan Sehun untuk menjadi partner dansa atau mungkin bisa lebih —hubungan satu malam, misal.

Seorang bujang tampan nan menawan, merintis usahanya dari nol hingga mencapai puncak seperti saat ini, berasal dari keluarga 'sangat berada', namun memiliki jiwa mandiri dan menyukai anak-anak. Katakan! Siapa wanita yang tak jatuh hati dengan sosok pria matang seperti itu? Setidaknya, jika memang tidak bisa memiliki, mungkin dengan sebuah 'kecelakaan' —mengandung anak Sehun, bukanlah pilihan yang buruk. Jika memang tidak bisa mendapatkan Sehun, para wanita berfikir mendapatkan benih unggul dari Sehun sudah cukup. Gila memang, tapi seperti itulah kenyataan. Mereka tergila-gila pada seorang Oh Se-Hoon yang bahkan tak menaruh minat pada mereka.

Pandangan Sehun bertemu dengan Irene yang merangkul tangannya pada lengan sahabatnya, Kim Jun Myeon. Wanita itu tersenyum ke arah Sehun, ketika tunangannya sedang berbicara pada koleganya. Lalu Irene seperti membisikkan sesuatu pada Jun Myeon, dan berjalan mendekati Sehun. Pria itu menghela nafas. Berharap jika wanita itu tak membuat perkara di acara pertunangannya sendiri.

"Sudah lama tidak bertemu, Oh Se-Hoon," sapa Irene dengan senyum yang mengembang lebar.

Sehun memasukkan satu tangannya ke saku celana, sedangkan tangan yang lain masih menahan beban dari gelas wine, "Yeah, sudah lama sekali sejak kita bertemu di pengadilan,"

Irene memutar bola matanya malas, "Oh, kau masih mengingatnya. Lupakan kejadian yang sudah terjadi. Aku sudah mengakui kesalahanku. Jangan menjadi seorang pendendam, Oh Se-Hoon,"

"Kau beruntung. Tidak ada luka sedikitpun di tubuh Yoona," pandangan Sehun tertuju lurus, tanpa minat menatap Irene, "Jika hasil visum terdapat luka pada tubuh Yoona, kupastikan kau membusuk di penjara,"

Irene terkekeh seakan mengejeknya, "Kau tidak menemukan luka sedikit pun pada tubuh gadismu. Percayalah, aku tak suka melukai sesama wanita,"

"Ya. Kau memang tidak suka melukai sesama wanita. Tetapi aku tidak tahu, apa kau menyukai anak buahmu melukai wanita? Who knows,"

Irene mendengus pasrah. Image-nya sudah sangat buruk di mata pria yang ada di hadapannya ini. Mungkin Sehun tidak tahu, jika ia masih mengagumi pria yang bertubuh gagah itu. Benar! Tubuh Sehun memang seperti memiliki magnet. Daya tarik yang besar membuat wanita ingin melakukan lebih jika berada di hadapannya. Tubuhnya yang mengeluarkan aroma maskulin menambah kesan pria yang ingin dimiliki sejuta wanita.

Telapak tangan Irene menempel di lengan Sehun yang masih memegang gelas wine. Sedikit berjinjit seperti seorang penari balet profesional dan terlatih, Irene mendekatkan bibirnya pada rahang Sehun. Ia ingin sekedar mengecupnya untuk terakhir kali. Atau.. Jika Sehun tak menolak, Irene pun tak menolak bila ia melakukan affair dengan Sehun.

"Jika kau berani mendekat, aku akan dengan senang hati menyeretmu kehadapan Jun Myeon dan keluarganya. Kau, juga keluargamu akan menanggung malu seumur hidup," Sehun memberi peringatan pada Irene tanpa menoleh pada wanita itu. Membuat wanita itu mengurungkan niat oleh sepatah kalimat yang diucapkan Sehun, "Fikirkan itu untuk kebaikan jantung ayahmu dan keberlangsungan perusahaan ayahmu," Sehun menepis pelan tangan Irene dan pergi dari hadapannya. Sungguh, pesta yang sangat memusingkan. Bagaimana bisa teman sekolahnya menjalin hubungan dengan wanita seperti Irene?

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now