Sehun menekan tuas pintu kamar Yoona. Ia baru saja selesai mengerjakan laporan untuk rapat yang di adakan esok hari. Sekretarisnya -Jongdae, meminta izin untuk tidak hadir menemaninya rapat. Di karenakan anaknya tengah terserang demam. Tiba-tiba fikiran Sehun menerawang. Seharusnya, di umurnya saat ini, ia sudah menimang, yeah setidaknya dua anak. Ia baru menyelesaikan laporannya pukul satu dini hari.
Sehun hanya ingin memastikan, bahwa Yoona tertidur tanpa rasa gelisah. Tetapi ternyata, keputusan yang salah untuk melihat Yoona yang tengah tertidur. Puterinya yang dulu memakai piyama yang berupa satu pasang baju dan celana, kini puterinya beralih lebih menyukai mengenakan dress tipis dengan satu tali.
Sehun melihat dengan jelas, bagaimana bawahan dress itu tersingkap hingga hampir ke pangkal paha Yoona. Di tambah, talinya mengendur dan menunjukkan payudara yang sedikit menyembul dari balik dress. Rambutnya pun tidak menutupi leher jenjang puterinya yang putih dan mulus.
Terkutuklah hormon 'lelaki' Sehun.
Dengan gerakan cepat, Sehun menutupi seluruh tubuh Yoona dengan selimut. Selain untuk meredakan gairahnya yang 'tidak sehat', ia harus menjaga puterinya agar tidak sakit karena angin dari air conditioner.
•
•
•Pagi hari menyapa Yoona. Bunyi siulan dari burung menyapa indra pendengaran Yoona. Cahaya matahari sedikit mengintip dari celah gorden yang ada di kamarnya. Yoona mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya, sebelum ia benar-benar terbangun.
Rutinitas pagi ini, ia mulai dari membuka gorden dan pintu geser di kamarnya. Menghirup udara pagi yang menyejukkan dan merasakan terik matahari yang menghangatkan. Setelah itu, ia bergegas untuk membersihkan dirinya, sebelum makan pagi dengan Sehun.
Tidak memakan waktu lama, karena sesaat kemudian, Yoona sudah tampil dengan pakaian kasualnya, rambut hitamnya di biarkan tergerai, kontras dengan kaos putih yang ia pakai saat ini.
Yoona menuruni tangga, dan melihat Sehun sudah terduduk di kursi meja makan, dengan menyeruput kopi hitamnya, di tambah dengan surat kabar yang ada di tangannya.
"Selamat pagi, dad," Yoona menghampiri Sehun dan mengecup pipi Sehun singkat.
Sehun tersenyum menatap Yoona, "Selamat pagi, little deer,"
Yoona menatap hidangan di atas meja makan. Salad, telur dan bacon sudah tersedia, berserta segelas susu. Yoona mulai memakan saladnya dengan gerakan anggun. Entah sejak kapan, dirinya berubah menjadi feminin. Dahulu, ia tak se-feminin itu.
"Kapan acara kelulusanmu di sekolah?" Sehun memecah keheningan di antara mereka. Bukan tanpa alasan Sehun lebih banyak diam. Ia teringat tentang semalam. Sedangkan Yoona, ia memang selalu tenang ketika makan.
Gerakan Yoona terhenti dan menatap Sehun, "Kemungkinan besok lusa, dad. Apa kau bisa datang?"
Hari kelulusan, dimana hari Yoona akan resmi lulus dari jenjang Senior High School-nya. Di hari kelulusan, para orangtua di wajibkan oleh sekolah untuk menghadiri acara itu, guna melihat anaknya maju ke podium dan menerima surat kelulusannya. Beberapa anak yang mendapat nilai tertinggi, akan mendapatkan penghormatan. Berupa pin berlogo lambang sekolah. Tidak semua orang mendapatkan itu. Dan Yoona, menjadi salah satunya. Ia meraih nilai paling tinggi di angkatannya. Untuk peraih tertinggi, akan di berikan pin berlogo sekolah. Umumnya, lambang sekolah berwarna biru. Tetapi khusus untuk satu siswa peraih nilai tertinggi, lambangnya akan berwarna merah dengan batu permata di tengahnya sebagai simbol siswa kehormatan.
"Daddy akan mencoba untuk mengosongkan jadwal," Yoona hanya mengangguk menjawabnya, "Bagaimana dengan universitas? Apa kau sudah membuat pilihan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/159520778-288-k771466.jpg)
YOU ARE READING
𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔
Random"Tidak masalah jika diriku tidak dibutuhkan di dunia," - Lim Yoon Ah Since, August 23th, 2018