• 10 •

2.6K 428 83
                                    

Sehun membuat jadwal pertemuan terapi kembali dengan Tiffany. Yoona akan kembali rutin melakukan terapinya. Ia sudah tenang setelah mendapat penanganan berupa obat penenang yang biasanya di konsumsi ketika dalam keadaan tertentu. Sehun menatap wajah Yoona yang terlelap. Mungkin, luka di balik pakaiannya akan sulit untuk hilang. Tetapi luka secara psikisnya, harus hilang tak tersisa. Ia tidak ingin Yoona kembali merasakan dejavu seperti yang ia alami tadi.

Ver memang maidnya yang gesit dan cepat tanggap. Melihat kondisi Yoona yang tidak stabil, Ver dengan sigap segera menghubungi Sehun yang berada di tengah-tengah rapat penting. Sehun mengalihkan tugasnya pada sekretarisnya yang terbilang sudah profesional, Kim Jongdae. Dan dengan cepat, ia segera meninggalkan rapat untuk kembali ke rumah menemui Yoona.

Ya. Setidaknya malam ini, Yoona tidak perlu di bawa ke rumah sakit atau pun ke kediaman Tiffany.

Sehun meninggalkan Yoona yang terbaring di kamarnya. Ia mengingat bagaimana gadis kecilnya itu memeluknya dan menangis pilu. Yoona selalu bergumam, 'Apa salahku? Mengapa ibuku sangat membenciku?'. Sehun bahkan tidak tahu, apa yang harus ia jawab ketika Yoona selalu bertanya seperti itu. Ia hanya ingin, saat pagi menjelang, Yoona telah kembali seperti biasa.



Pagi pun telah tiba. Matahari menyapa dunia. Dan saat Sehun terbangun, gadis kecilnya menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Yoona tersenyum, "Selamat pagi, daddy. Bibi San sudah menyiapkan sarapan. Lekaslah bagun, dan jangan buat aku terlambat hari ini!" setelah mengatakan itu, Yoona bergegas keluar dari kamar Sehun.

Yoona mengatakan suatu hal, seakan itu adalah sebuah perintah yang sukses membuat Sehun menarik kedua sudut bibirnya. Yoona telah kembali seperti biasanya.

Sehun berpindah posisi yang sebelumnya ia masih berbaring, kini ia terduduk dan melakukan peregangan pada tubuhnya. Sehun menyisir rambutnya ke belakang sebelum ia beranjak untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk mengantarkan Yoona ke sekolah, dan dirinya berangkat untuk bekerja.

Sehun memang sengaja tidak menyewa supir pribadi untuk puteri angkatnya. Karena menjamin keselamatan Yoona, merupakan prioritas utamanya. Yoona akan tetap menunggu di sekolah, saat Sehun memberitahu bahwa ia akan telat untuk menjemputnya.

Setelah membersihkan diri dan berpakaian rapih, Sehun keluar dari kamar dan turun dari tangga. Ia dapat melihat senyuman Yoona pagi ini. Yoona sedang tertawa ringan dengan San dan Ver. Di pandangnya gadis kecilnya. Memakai seragam yang fit di tubuhnya. Kaus kaki hitam sebatas betisnya. Sepatu kets berwarna putih menghias di kakinya. Dan yang paling utama, rambutnya di buat ponitail. Terlihat cantik untuk anak seumurannya. Ah, lihat! Jiwa posesif seorang Oh Sehun mulai muncul ke permukaan. Ia tidak menyukai fakta bahwa puterinya berada di sekolah campuran, yang ia yakini banyak pria yang mencoba mencuri pandang pada puteri cantiknya.

Sehun mendekat dan semakin mendekat. Ver dan San berhenti tertawa, dan beralih membungkukkan tubuhnya sedikit. Yoona melihat arah pandang Ver dan San. Ia membalikkan tubuhnya dan menemukan tubuh Sehun yang tinggi menjulang dengan wajah datarnya.

"Selamat pagi, dad,"

Sehun tersenyum, membungkukkan tubuhnya untuk mengecup puncak kepala puterinya. Ucapan selamat pagi yang biasa di lakukan ayah dan anak angkat itu, "Kau sudah mengucapkannya dua kali,"

Yoona terkekeh pelan mendengar ayahnya menggerutu karena salam yang di ucapkan lebih dari satu kali.

Sehun mengambil tempat di hadapan Yoona. San dengan sigap menyiapkan roti panggang dengan selai kacang kesukaan Sehun. Kopi hitam menjadi pelengkap sarapan pagi ini.

Sehun membuka lebar lembaran surat kabar hariannya yang berhasil menutup wajahnya, "Kau akan pergi ke sekolah? Apa kau sudah baik-baik saja, Yoona?"

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now