• 25 •

2.5K 467 124
                                    

Soojung duduk berhadapan dengan Jongin. Pria itu menyanggupi permintaan Soojung untuk bertemu di cafe kesukaannya dengan Yoona. Macaroon di cafe Bon Appetit sungguh lezat, di tambah Greentea milkshake. Tetapi bukan makananlah yang menjadi tujuan Soojung. Yang menjadi tujuannya saat ini adalah pria yang berada di hadapannya.

Jongin melihat jam yang setia menempel di tangannya, dan memecah keheningan ketika Soojung masih memilih untuk bungkam, "Aku tidak bisa lama menemuimu. Aku harus kembali untuk rapat petinggi,"

Soojung sudah memantapkan dirinya, dan berlatih berbicara di depan cermin. Namun, ketika berhadapan dengan Jongin, bibirnya menjadi kelu. Bibirnya terbuka hendak mengatakan sesuatu, tetapi belum mengatakan satu patah kata, bibirnya kembali menempel.

Hal itu tak lepas dari pandangan Jongin, "Soojung? Kau ingin berbicara denganku?" Soojun mengangguk kaku, "Katakanlah. Jam istirahat sudah semakin menipis,"

Soojung tidak tahu, apa yang harus ia katakan. Ia hanya menggigit bibirnya. Lalu dalam waktu singkat, ia mengeluarkan ponselnya dan terlihat mengetik sesuatu. Jongin masih tak melepaskan pandangannya dari pergerakan Soojung. Melihat gadis, ah ralat —wanita, itu fokus pada ponselnya, membuat Jongin mengernyit tak suka.

Lalu sedetik kemudian, ponsel Jongin berdenting, tanda notifikasi. Jongin merogoh ponselnya yang tersimpan di saku dalam jasnya. Keningnya berkerut melihat nama Soojung tertera di layar.

Soojung
Apa Paman mencintaiku?

Karena perbuatan Soojung, Jongin tertawa keras dan membuat para pengunjung cafe memfokuskan pandangannya pada Jongin, "Astaga, Soojung! Kau bisa bicara padaku!" lalu kembali terkekeh dan mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya.

Soojung membuang wajahnya ke arah lain, untuk menghindari wajahnya yang memerah, tak ingin Jongin melihatnya, "Aku.. Tidak tahu bagaimana berbicara tentang hal ini pada Paman,"

Kembali, Jongin merogoh sakunya. Tetapi, ia merogoh saku di luar jas formalnya, "Kemarikan tanganmu,"

Soojung mengernyit, namun tetap melakukan perintah dari Jongin. Ia mengulurkan tangan kirinya, dan di sambut hangat oleh Jongin.

Soojung membulatkan mata ketika benda kecil di pasangkan Jongin di jari manisnya, "P-Paman, ini.."

"Mungkin, kau tidak akan nyaman dengan pemberianku yang bersifat mengikat ini. Sebelumnya, belum ada wanita yang pernah kuberikan hadiah seperti ini. Kau adalah satu-satunya wanita, yang setiap harinya ingin kubawa ke ranjang untuk menghangatkan ranjang dan tubuhku,"

Soojung menatap benda bulat di jari manisnya. Terlihat simpel, tetapi untuk wanita seumur Soojung, cincin merupakan hadiah yang mewah. Soojung melihat cincin yang menghiasi jarinya dengan mata berkaca-kaca.

"Untuk jaminan. Aku akan menyatakan perasaanku, ketika kau sudah dewasa. Dan cincin itu, sebagai janjiku," Jongin berkata dengan wajah yang berbeda dari biasanya. Ia terlihat serius, dan tidak terlihat seperti seorang Kim Jongin yang brengsek.

Soojung menangis terharu. Ia tak percaya, dirinya jatuh ke dalam pesona Jongin yang sudah berumur, dan katakanlah, mereka saling mengenal dalam kurun waktu dua tahun. Terlalu cepat? Itulah cinta, tak memandang waktu dan umur. Situasi, bahkan kondisi.



Masa orientasi mahasiswa baru pun di mulai. Yoona tidak tahu, bahwa ternyata keturunan dari kalangan atas sangat berminat pada Art University of US. Bila di tinjau dari latar belakang prestasi yang di raih, memang menggiurkan untuk sebagian kalangan atas untuk memasukkan putera puterinya ke universitas bergengsi tersebut. Hanya saja, melihat aura mereka yang berbeda dengan orang kebanyakan, membuat nyalinya mengendur. Terutama, saat ia menyadari, siapa dirinya jika di sandingkan dengan 'mereka' yang benar-benar berdarah biru.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now