"Apa yang membawamu kemari?" Jae Joong mengambil atensi putera sulungnya dari beberapa tumpukan dokumen yang tersebar di atas meja. Wajahnya yang aristokrat memancarkan kewibawaan dengan sentuhan kelelahan menghiasi wajah Jae Joong. Mungkin beberapa orang memahami, darimana wajah tampan nan rupawan Sehun berasal.
Sehun menghentikan kegiatannya ketika ia hendak memberikan noda hitam di atas putih, atau singkatnya, ia ingin membubuhkan tanda tangan persetujuan untuk kerjasama berikutnya, "Kau.. Tua dan lelah, aboeji,"
Jae Joong meletakkan scarfnya di gantungan yang tersedia di ruangan tersebut, "Aku tidak meminta pendapatmu, dan itu bukan jawaban," Jae Joong menjatuhkan dirinya di sofa nyaman yang berada tepat berhadapan dengan meja kerja Sehun, "Kau.. Bertengkar dengan Yoona? Dan memilih untuk menghindarinya? Apa itu yang membuatmu kemari?"
Sehun terkekeh sebelum menyandarkan punggungnya agar tubuhnya lebih rileks, "Kau selalu beranggapan seperti itu. Aboeji, aku sudah berumur. Bertengkar dengan menghindarinya bukanlah solusi yang tepat,"
Jae Joong tertawa lepas, "Kau pernah melakukannya satu sampai dua kali. Kau bertengkar dengan Yoona, lalu membawa dirimu kemari. Hanya untuk beberapa jam, lalu kau menyadari kesalahanmu dan kau pulang karena khawatir pada puteri angkatmu,"
Sehun mengangkat bahunya acuh, "Yeah, aku tidak menyangkalnya. Bukankah seorang ayah akan lebih protektif pada puterinya dibandingkan seorang putera? Ah, aku lupa. Kau tidak memiliki seorang puteri," sindir Sehun dan mendapatkan tatapan tajam dari Jae Joong. Dahulu, ayahnya memang ingin sekali mendapatkan seorang putera, dan seorang puteri. Hidupnya akan menjadi lebih lengkap. Tetapi, takdir memang tidak pernah sejalan dengan fikirannya. Isterinya meninggal dan tidak akan pernah memenuhi harapannya.
Sehun tahu, bahwa fikiran Jae Joong tengah berkelana, "Aku merindukan ibumu," ia berucap tiba-tiba yang membuat Sehun sedikit terkejut. Jae Joong merupakan pria yang tinggi akan harga diri. Ia tidak pernah berucap yang menurutnya sedikit menurunkan harga dirinya. Bahkan pria lanjut usia itu menatap bingkai dimana figure isterinya yang merupakan ibu kandung Sehun, terpampang jelas di ruangannya, "Dia cantik. Lembut dan juga hangat," Jae Joong tersenyum lembut, sedangkan Sehun memperhatikannya secara terperinci, "Walau kami di jodohkan, tetapi aku jatuh cinta pada ibumu dari pertama aku bertemu dengannya," Jae Joong terkekeh yang menyiratkan kesedihan, "Aku tidak menyangka ia pergi secepat ini. Bahkan, sampai akhir hayatnya, aku tidak memberikan perhatian penuh padanya,"
Sehun berjalan mendekati Jae Joong. Mengusap bahu yang sedikit menurun milik seorang pria tua ringkih, "Kau sudah memberikan segala hal yang terbaik untuknya. Jangan menyalahkan dirimu, aboeji. Sejauh ini, kau adalah suami dan seorang ayah yang baik," Jae Joong tersenyum. Tangannya ia bawa untuk mengusap punggung tangan puteranya yang berada di bahunya, seakan mengatakan bahwa ia baik-baik saja saat ini, "Kau terlambat tiga jam, aboeji. Apa yang membuatmu pulang telat hari ini?"
"Mengunjungi adikmu. Beberapa bulan lagi, ia akan keluar dari sel,"
Aahh.. Sehun melupakan hal sepenting itu. Sudah beberapa tahun adiknya —Brian Oh, mendekam di penjara karena menyembunyikan Yoona dan ingin membawa kabur gadisnya. Ia mengingatnya kembali. Sejauh yang ia tahu, bahwa Mary yang merupakan ibu tirinya, masih berada di Korea Selatan untuk menunggu puteranya dibebaskan, selagi dirinya diasingkan oleh Jae Joong. Mungkin membuat Yoona sementara menjauh dari Korea Selatan adalah hal yang baik. Lebih melegakan karena tidak ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi pada Yoona. Mungkin menghubungi Vernon untuk menjaga Yoona di Amerika adalah keputusan yang bijak. Ingatkan Sehun untuk melakukannya nanti.
Sehun duduk di sofa yang berseberangan dengan Jae Joong, "Lalu? Apa yang akan kau lakukan pada mereka setelah Brian keluar dari sel?" Jae Joong mengambil kotak yang berada di dalam saku jasnya. Ia membuka dan mengambil sebuah cerutu mahal. Dengan alat tertentu, ia memotong ujungnya dan menyalakan api untuk membakar ujung cerutu yang sudah dipotongnya, "Aboeji, berhentilah menghirup nikotin itu, dan mulai perhatikan kesehatanmu,"
Jae Joong menghisap dan melepaskan asapnya, "Aku hanya membutuhkannya ketika stress,"
Sehun hanya menghela nafas. Ia beranjak dan membuka lebar-lebar jendela ruang kerjanya hanya untuk menghilangkan bau asap yang berasal dari cerutu Jae Joong, "Kau belum menjawab pertanyaanku, aboeji," Sehun memutar dan kembali duduk dihadapan Jae Joong.
"Bercerai dengan Mary, dan memberikan satu perempat dari hartaku," jawab Jae Joong acuh. Mary tidak akan bisa menuntutnya tentang harta. Karena yang ia tahu, sekeras apapun Mary berusaha, ia akan tetap kalah dari seorang Oh Jae Joong yang agung, "Apa satu perempat kekayaan Oh akan kurang untuknya? Aku akan tetap memberikan uang bulanan untuk Brian. Biaya pendidikan akan kutanggung hingga ia lulus. Jikalau ia ingin berkerja di Oh Coporation, maka aku akan menerimanya dengan senang hati,"
Sehun mengangguk. Walau sebesar apapun kesalahan Brian, mereka besar bersama. Walau ia dibenci oleh Brian, pria muda itu adalah adiknya, "Itu usul yang bagus,"
"Kau tidak membencinya?"
Sehun menggeleng pelan, "Tidak. Ia tetaplah adikku. Pun jika nanti kau bercerai dengan Mary, Brian tetaplah adikku," Jae Joong tersenyum mendengarnya, "Lalu? Bagaimana kabar Brian selama di sel? Apa ia baik-baik saja?"
Jae Joong membuang asap cerutunya, "Hanya sedikit kurus. Tidak seperti dahulu, badannya kekar dan bugar. Penjaga sel berkata, jika Brian terkadang tidak menghabiskan makanannya. Bahkan aku sudah mengatakan untuk mengabulkan segala yang Brian inginkan. Tetapi adikmu tak menginginkan apapun,"
"Mungkin, mengeluarkannya lebih cepat adalah pilihan yang bagus, abeoji,"
Jae Joong mengerutkan keningnya, "Kau tidak khawatir hal yang buruk akan terulang kembali?"
"Tentu saja ada rasa khawatir. Tetapi kurasa, Brian sudah merenungi kesalahannya. Aku sudah memaafkannya, dan Yoona sudah berdamai dengan masa lalunya. Kau tidak perlu khawatir, aboeji. Kejadian itu tidak akan terulang kembali,"
"Akan kufikirkan," Jae Joong mematikan cerutunya di asbak, dan saat itu mereka menghentikan pembicaraan.
•
•
•Sehun keluar dari kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Ia menggunakan handuk kimononya dan menampilkan dada bidangnya. Hari sudah mulai gelap, dan belum sedikitpun mendekati 18 jam. Ia sudah berpergian ke Amerika, dan itu benar-benar melelahkan jika melakukan penerbangan dengan maskapai berkelas ekonomi. Keputusan yang tepat melakukan penerbangan dengan pesawat pribadinya. Yoona dan Ver bisa beristirahat dengan tenang walau berada di ketinggian beribu-ribu meter dari permukaan tanah.
Sehun menggapai ponsel pintarnya yang berada di atas ranjang berukuran king size-nya. Ia menekan dial untuk melakukan panggilan dengan Vernon. Sehun tak menunggu lama, karena panggilannya sudah terjawab, "Selamat malam, Tuan,"
"Apa kau keberatan jika malam ini melakukan perjalanan ke Amerika dengan maskapai berkelas ekonomi?" Sehun tak suka berbasa-basi. Tentu saja. Ia mendudukkan dirinya di sofa yang terdapat di kamarnya. Ia meraih gelas kristal berkaki panjang yang didalamnya terdapat cairan merah —chateau margaux 1787, yang menemaninya malam ini.
"Tentu tidak, Tuan,"
Sehun tersenyum senang mendengarnya, "Siapkan pakaian yang akan kau bawa, lalu segera ke bandara Incheon malam ini. Sekretarisku akan menunggumu disana untuk memberikan tiket penerbangan padamu dan juga menyampaikan tugas yang akan kau terima selama di Amerika," Sehun menyesap cairan merah yang ada di gelas kristalnya, "Anggap saja kau sedang berlibur di Amerika. Menjadi turis disana tidaklah buruk, bukan? Setelah tugasmu selesai, kau dan kekasihmu akan mendapatkan tiket berlibur sebagai hadiah atas kerja kerasmu,"
Vernon jelas tahu, bahwa Sehun menyuruhnya untuk memata-matai seseorang dan menyamar sebagai turis yang berlibur di Amerika. Mungkin akan lebih baik jika Vernon menyamar menjadi perantau yang mengadu nasib dan sedang mencari pekerjaan. Karena bagaimana pun, wajahnya saja sudah mendukung ia menjadi warga lokal di Amerika. Salahkan ayahnya yang merupakan keturunan Negara Barat.
Sehun mematikan sambungannya ketika Vernon sudah mengerti. Ia meletakkan gelasnya di meja. Ia membawa kepalanya bersandar pada bahu sofa. Ia bisa gila jika terlalu lama seperti ini. Tak melihat Yoona dan tak bisa menghubunginya.
"Ah! Aku sudah merindukannya,"
Udah ah, hibernasi dulu
Bye.
YOU ARE READING
𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔
Random"Tidak masalah jika diriku tidak dibutuhkan di dunia," - Lim Yoon Ah Since, August 23th, 2018