• 47 •

1.2K 213 82
                                    

Yoona menerjapkan matanya beberapa kali. Sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai yang lebar. Ia tahu, semalam ia tertidur dengan posisi duduk dan menggenggam tangan ibunya. Namun, ia terbangun di sebuah ruangan yang jauh dari kata kamar inap di rumah sakit. Interiornya berbeda jauh dengan ruang inap di rumah sakit. Tunggu?!! Apakah ia di culik ketika sedang tidur? Yoona memaksa dirinya untuk mendapatkan kesadaran dengan cepat, membuat kepalanya sedikit pening. Ia memegang kepalanya, entah apakah ia kurang tidur, ataukah terlalu banyak menangisi Sohee yang terbaring lemah.

"Kau sudah bangun?" suara berat membuat Yoona meluruskan pandangannya, dan menemukan Sehun yang berbalut piama hitam sedang menuangkan susu ke dalam gelas. Beberapa makanan tersedia di hadapan Sehun.

Mata Yoona berkaca-kaca, "Dad?" Yoona menurunkan kakinya dari ranjang dan berjalan cepat menghampiri Sehun. Ia menjatuhkan diri ke dada bidang Sehun. Menangis sepuasnya seakan memberitahu pada pria itu, bahwa ia tidak baik-baik saja. Ia sudah menahannya begitu lama untuk tidak menangis seperti ini.

Sehun mengusap kepala Yoona dengan lembut dan penuh perhatian. Ia menyalurkan kekuatan untuk Yoona. Ia tidak tahu harus berbicara apa. Ia bukanlah tipikal pria penghibur yang baik. Ia hanya bisa mengusap, membalas pelukan Yoona, dan menghapus air mata gadisnya. Wajah Yoona sangat kacau. Mata yang terlihat sembab kemerahan, pipinya yang memerah bukan karena rayuannya —Sehun sangat membenci itu, hidung yang memerah bukan karena tangis bahagia ketika Sehun memberikan kejutan padanya. Tangisannya bukan karena bahagia, tetapi tangis kesakitan seorang puteri yang melihat ibunya sakit parah dan terbaring kaku dengan nyawa yang di ambang batas.

Sehun menangkup wajah Yoona, "Kau belum makan apapun, bukan?"

"Perutku menolak, dad," Yoona tidak berbohong. Perutnya seakan tidak menerima asupan makanan. Bahkan hanya melihat makanan saja, ia sudah merasa mual.

Sehun mengusap air mata Yoona dengan ibu jarinya, "Itu karena kau terlalu banyak menangis. Matamu terlalu banyak bekerja, sehingga perutmu merasa cemburu dan tak menerima asupan makanan,"

"Kau membodohiku,"

Sehun tersenyum melihat wajah merajuk gadisnya. Ia mengecup kening Yoona, "Jangan buat perutmu menunggu. Makanlah! Lalu bersihkan dirimu, dan kita kembali ke rumah sakit,"

"Aku tidak ingin memakan apapun,"

"Dan daddy tak ingin di bantah, Yoona," ucap Sehun cepat, membuat Yoona bungkam dan mengedarkan pandangan ke arah makanan yang ingin ia makan pertama.

Yoona mengambil sandwich yang berisi telur, sayuran dan beberapa daging dengan irisan tipis. Ia memakannya dan mengunyah dengan pelan, "Apa itu enak?" Yoona hanya mengangguk. Indera perasa pada lidahnya sedikit bisa menyecap rasa dari sandwich, setelah kemarin ia meminum jus jeruk namun tak tercipta rasa apapun. Sehun meraih tangan Yoona, dan ia membuat satu gigitan besar pada sandwich yang di makan oleh Yoona, "Mm, tidak buruk,"

Yoona mengerutkan keningnya, "Dad, kau menyebalkan!"

Sehun kembali tersenyum. Mendekatkan wajah pada Yoona membuat gadis itu dengan cepat menutup matanya. Sehun mengecup sudut bibir Yoona, "Bukankah tidak baik menyiakan makanan di sudut bibirmu?"

Yoona membulatkan matanya, "Daddy!"

Sehun tertawa. Memang bukan saat yang terpat bermesraan dan bersenda gurau dengan Yoona. Ia hanya ingin meningkatkan mood gadisnya yang sedang kacau balau.

Yoona menyandarkan punggungnya di sofa dengan tangan tetap memegang sandwich yang tersisa setengah, "Kapan kau tiba, dad?"

Sehun meneguk kopi paginya sebelum menjawab pertanyaan Yoona, "Pukul 23.10, kau sudah tertidur di sisi Sohee. Bukankah tidak nyaman tertidur dengan posisi duduk seperti itu? Saat kau bangun, punggungmu akan terasa nyeri,"

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now