• 5 •

2.8K 438 38
                                    

"Kondisinya semakin membaik. Ia hanya perlu mendapatkan satu kantong infusan. Setelah sadar, ia boleh kembali pulang," Ellena menjelaskan pada Sehun, dan Sehun mendengarkan dengan saksama.

Ellena melipat tangannya di depan dada, "Lalu, kau bisa menjelaskan padaku apa yang terjadi padanya? Mengapa tubuhnya penuh luka seperti itu?" Ellena menatap penuh curiga pada Sehun, "Kau tidak mencabulinya, bukan?"

Sehun mengetuk dahi Ellena, "Bodoh!"

Ellena Lewis, teman semasa kuliah Sehun yang baru beberapa bulan menikah dengan seorang pengusaha kaya, Adam Lewis. Ellena pernah jatuh cinta pada Sehun. Karena, biar pria itu dingin, tetapi sangat perhatian. Sehun yang melarangnya meminum-minuman keras ketika sedang dilaksanakannya kumpulan angkatan. Sehun yang mengatakan, jika Ellena cantik tanpa kacamata. Selama ini, dirinya di anggap sebagai seorang nerd yang buruk rupa. Tetapi Sehun menghapus image itu dengan cepat. Setelah mendapatkan saran dari Sehun, Ellena memutuskan untuk melepas kacamatanya dan melakukan laser untuk penyembuhan pada mata.

Sehun menghela nafas, "Apa dia mengalami trauma?"

Ellena menyadarkan lamunan nostalgianya, "Mungkin. Jika di lihat dari luka di tubuh anak sekecil itu, tidak mungkin ia tidak merasakan trauma. Kau hanya perlu membawanya ke psikiater, dan kau akan mengetahui kondisi psikisnya. Beruntung, jika ia tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut. Biasanya, pasien yang mengalami trauma berat akan mendapatkan penanganan berupa terapi rutin,"

Sehun memijat pangkal hidungnya, "Aku fikir, dia seorang gadis kecil yang kuat, dan tidak mempunyai trauma,"

"Jika aku menjadi dia, mungkin aku sudah memilih untuk bunuh diri daripada harus mendapatkan luka begitu banyaknya. Dia gadis kecil yang kuat," Ellena menepuk pelan punggung Sehun, mencoba untuk menyalurkan kekuatan.

Sehun tersenyum lemah dan mengangguk, "Bagaimana kabar suamimu?"

Ellena mendengus, "Dia meninggalkanku ke Jepang,"

"Bisnis?"

Ellena hanya mengangguk dan menampilkan senyuman yang enggan di tunjukkan. Mengingat usaha suaminya sudah merambah ke pasar Asia, ia harus menerima suaminya terus melakukan perjalanan bisnis, "Yup. Menyebalkan, bukan? Oh, aku ingin marah sangat mengingat dia!"

Sehun hanya tersenyum. Karena fikirannya sudah tentang kondisi Yoona yang memprihatinkan. Sehun kembali memandang wajah Yoona. Wajah pucatnya semakin lama semakin berangsur hilang. Rona merah muda yang ada di pipinya, perlahan kembali muncul.

Seperti tahu apa yang di lihat dan di fikirkan oleh Sehun, Ellena mencoba menghibur Sehun, "Dia tidak apa-apa. Percayalah padaku," Sehun hanya mengangguk, "Apa kau berniat mengadopsinya? Ia masih memiliki orangtua, bukan? Dan dia bukan berasal dari panti asuhan. Akan sulit mendapatkan akte kelahirannya. Kau akan menemui orangtua kandungnya?"

"Entahlah," satu kata yang terlontar dari Sehun, menyadarkan Ellena, bahwa pria itu sedang gusar dan khawatir, "Orangtuanya telah membuang dia. Kufikir, akan menjadi hal yang mudah jika bernegoisasi dengan mereka. Akan akan menyuruh pengacaraku mengurus semuanya,"

Ellena berdeham. Sekelebat fikiran buruk berputar di kepalanya, "Aku ingin bertanya sesuatu," Sehun mengalihkan pandangannya dari Yoona yang tengah tertidur, menuju ke wajah Ellena. Ekspresinya seakan mengatakan, bahwa Ellena boleh bertanya apapun, "Apa kau seorang.. Euhm, itu.."

Sehun mengerutkan keningnya karena mulai tidak mengerti dengan pembicaraan Ellena yang terlihat ragu, "Apa?"

Sebelum menjawab, Ellena menggigit bibir bawahnya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Cara agar seseorang dapat rileks, "Kau bukan seorang pedofil, bukan?"

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now