6

289 29 1
                                    

"Hyung, hyung gak tau anak itu siapa?" tanya Jongin pada Chanyeol.

Chanyeol mendecak kesal lalu meletakkan gelas cokenya yang sudah kosong. "Kamu ini kenapa penasaran sekali sih?!"

"Y-yaa...." Jongin tampak kebingungan. "Ya aku ingin tau saja! Bagaimanapun Kyungsoo hyung itu kan member kita. Kita sudah bersama sepuluh tahun, wajar aku penasaran. Lagipula hyung kan sepupunya!"

Chanyeol menghela nafas. "Aku juga gak tau itu anak siapa. Aku gak punya ponakan yang wajahnya mirip anak itu. Aku gak pernah melihat anak itu di pertemuan keluarga manapun" ujar Chanyeol. "Tapi kalau anak itu bukan keluarganya, rasanya aneh kan kalau Kyungsoo sedekat itu dengan anak itu?"

"Itu dia yang aku pikirkan" kata Jongin. "Apa dia sedang shooting ya kemarin itu?"

"Shooting apaan? Dia tidak ada job dengan acara semacam The Return of Superman. Lagipula di foto itu nggak ada kamera sama sekali di sekitarnya. Kyungsoo juga nggak memakai mic dan dia memakai masker. Kalau dia shooting dia nggak akan pakai masker" jelas Chanyeol.

"Iya juga ya" kata Jongin.

"Ah entahlah aku bingung" Chanyeol berdiri dan meninggalkan Jongin sendirian disana.

———

"Ibu" Soora mengetuk pintu kamar ibunya yang selalu tertutup itu. Hari ini hari Minggu, ibunya kerja setengah hari jadi jam satu siang begini ibunya sudah ada di rumah.

"Masuk Soora" balas Jihan dari dalam. Wajahnya datar tak berekspresi, seperti biasanya.

Soora membuka pintu itu sedikit, lalu mengintip ke dalam. "Bu, Soora mau minta uang, soalnya mau beli bahan-bahan untuk tugas prakarya" katanya pelan.

"Masuk saja" kata Jihan sambil bangkit dari duduknya, lalu mengambil tasnya. Soora pun masuk dan menutup kembali pintunya, lalu mendekati sang ibu yang tengah mencari dompetnya di dalam tas. "Uang bulanan yang ibu kasih, masih ada atau sudah habis?" tanyanya sambil membuka dompet.

"Sebetulnya masih ada, tapi terlanjur Soora masukkan celengan. Soora baru ingat kalau perlu beli bahan untuk tugas prakarya" jelasnya.

Jihan mengangguk, lalu wanita itu memberikan empat lembar lima puluh ribu won. Soora menerima uang itu, lalu ditatapnya uang yang ada di tangannya itu. "Segini terlalu banyak"

"Sisanya dimasukkan celengan aja" ujar Jihan datar.

Soora hanya mengangguk-angguk. "Terima kasih ibu, Soora pamit pergi dulu" katanya sambil segera keluar dari kamar itu.

Setelah menutup pintunya, Soora kembali menatap uang kertas di tangannya. "Kalau begini mah, Soora sebentar lagi jadi milyarder. Masa tiap minta uang dikasih dua ratus ribu? Belum lagi uang jajan bulanannya. Tapi, bu, Soora gak butuh uang banyak. Soora butuhnya ibu. Ibu bahkan gak tanya apa Soora gak akan kepanasan kalau keluar siang-siang begini" gumamnya pelan.

Sembari menepis perasaan sedihnya, anak perempuan berusia delapan tahun itu segera menuju garasi untuk meminta Pak Kim mengantarnya membeli bahan-bahan untuk tugas prakaryanya.

Sepeninggal Soora, Daehan yang baru bangun tidur siang berkeliling rumah mencari kakaknya yang tak nampak dimanapun. Ia terus berteriak, "Kakak? Kakaaak! Kakak manaa?" Namun, tak ada jawaban yang didapatnya. Seketika air matanya meleleh, takut kakaknya hilang. Selama ini Soora tak pernah pergi tanpa pamit, apalagi di hari Minggu seperti ini, makanya Daehan panik.

Father: dksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang