22

247 22 0
                                    

Cklek

Kyungsoo segera berdiri tatkala pintu ruang operasi terbuka setelah tertutup selama dua jam lamanya. Dua jam itu adalah dua jam terlama bagi di Kyungsoo, rasanya seperti ia sudah duduk berhari-hari di depan ruang operasi itu, padahal baru dua jam. Shiha muncul dari balik pintu besar ruang operasi yang menyeramkan itu.

"Kyungsoo, aku sungguh minta maaf" ujar Shiha pelan dengan raut bersalah. Kyungsoo tak menjawab, hanya menatap Shiha. Nafasnya memburu menanti kelanjutan ucapan Shiha.

"Kami berhasil menyelamatkan bayimu.... tapi tidak berhasil menyelamatkan Jihan" ujarnya sambil terisak.

Bahu Kyungsoo langsung turun, kakinya mendadak lemas. Rahangnya mengeras. Matanya langsung berkaca-kaca. Air mata dengan cepat menumpuk di pelupuk matanya.

"Maafkan aku, Jihan telah tiada" ujar Shiha lagi. "Kamu boleh melihatnya"

Kyungsoo langsung berlari masuk ke ruang operasi. Ia berjongkok di samping brankar dan memegang tangan Jihan. Kulitnya pucat dan dingin.

"Jihan-ah..." lirihnya sambil terisak pelan. "Kenapa kamu pergi?"

Kyungsoo memejamkan matanya lalu mencium tangan Jihan di genggamannya. "Terima kasih, terima kasih banyak. Terima kasih sudah berkorban begitu banyak. Maafkan aku... Aku sungguh minta maaf. Selama kamu hidup, aku belum sempat meminta maaf langsung padamu atas segala kesalahanku di masa lalu. Aku merenggut masa mudamu, aku merenggut kebebasanmu, aku merenggut segalanya darimu. Iya, kan? Maafkan aku Jihan. Maafkan aku" Kyungsoo makin terisak. Tangannya tak henti-hentinya mengelus punggung tangan yang halus namun pucat itu.

"Jihan, aku minta maaf. Aku minta maaf" Kyungsoo mengatakan itu berkali-kali, kalimat yang tak pernah diucapkannya semasa Jihan masih hidup, berharap Jihan dapat mendengarnya.

"Aku sangat mencintaimu..." bisiknya sambil mencium kening Jihan lama. Setelahnya, lelaki itu tak lagi mengatakan sepatah kata pun. Ia hanya terus menangis, menumpahkan segala rasa sedih dan rasa bersalahnya di samping jenazah wanita yang dicintainya, wanita yang sudah terlalu sering ia sakiti. Kepalanya ia sandarkan di lengan Jihan. Air mata tak berhenti mengalir dari matanya, pundaknya pun tak berhenti bergetar hebat.

"Kamu sudah selesai?" tanya Shiha ketika Kyungsoo keluar dari ruang operasi dengan lesu tiga puluh menit kemudian. Kyungsoo mengangguk pelan sambil menunduk. Rasanya tenaganya sudah terkuras habis karena menangis di ruang operasi tadi.

"Tolong ikut aku ke ruanganku, ada yang perlu kukatakan"

Shiha segera berjalan mendahului Kyungsoo. Kyungsoo pun mengekor di belakangnya. Sementara itu kedua anaknya tertidur di kursi tunggu rumah sakit bersama Jihwan yang masih setia menemani.

Shiha duduk di kursinya, lalu mempersilahkan Kyungsoo duduk di hadapannya. Kyungsoo memang sudah tak menangis lagi sekarang, namun Shiha tahu lelaki itu benar-benar hancur.

"Aku sungguh minta maaf sebesar-besarnya... Jihan sebenarnya mengalami komplikasi sejak kandungannya berusia lima bulan. Ia terkena kardiomiopati peripartum. Mudahnya, ini penyakit dimana otot jantung melemah. Ini kasus yang jarang terjadi dan tidak diketahui penyebab pastinya, tapi kemungkinan Jihan mengalaminya karena kinerja jantungnya memang jadi lebih berat karena hamil. Awalnya Jihan divonis bahwa ia tak akan bisa bertahan hidup lebih dari dua bulan jika ia tetap ingin mempertahankan bayinya. Namun ia bersikeras mempertahankan bayinya. Ternyata ia berhasil bertahan hingga sejauh ini" Shiha memulai penjelasannya.

"Sudah lama sekali mulutku gatal ingin memberitahu ini padamu, namun Jihan selalu berhasil mencegahku. Kamu tau kan Jihan sangat keras kepala? Dia selalu memintaku menyembunyikan ini darimu, karena dia pikir jika kamu tau kamu pasti akan langsung menyuruhnya menggugurkan bayinya" lanjut Shiha.

Father: dksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang