12

244 30 0
                                    

Kyungsoo membuka maskernya lalu mengetuk pintu nomor 162. Dari luar sudah terdengar suara tangisan anak kecil.

"Ayahh!" seru Soora senang. Gadis itu langsung berlari kearah sang ayah.

"Hai anak cantik, apa kabar?" tanya Kyungsoo sambil memeluk Soora erat.

"Baik. Soora kangenn" kata Soora.

"Ayah juga kangen sekalii sama Soora" jawab Kyungsoo.

"Yah.. yahh..." ujar Daehan lemah. Kyungsoo melepas pelukannya dari Soora lalu menghampiri Daehan. Ia duduk di pinggir kanan ranjang Daehan, sementara sisi kiri ada Jihan yang duduk di kursi. Chanyeol sendiri sudah menjatuhkan pantatnya di sofa bersama Soora.

Daehan langsung bangun dan memeluk Kyungsoo. Kyungsoo menghapus sisa air mata di pipi putranya. "Daehan kenapa rewel? Kan kasihan ibu"

"Daehan mau ayah" ujarnya pelan sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang ayah. Jihan hanya terdiam, namun dalam hatinya merasa tercabik-cabik dengan fakta bahwa anaknya sendiri tak dekat dengan dirinya.

"Iya-iya sekarang ada ayah disini. Tapi kalau nanti ayah gak ada kan Daehan cuma sama ibu. Daehan harus nurut sama ibu" kata Kyungsoo lembut. Ia memeluk erat tubuh kecil bungsunya.

"Daehan sudah makan belum?"

Daehan menggeleng.

"Loh kenapa? Nanti sembuhnya lama"

"Dia tidak mau kusuapi Soo" keluh Jihan. "Dia belum makan dari pagi tadi. Dia cuma minum susu"

"Daehan makan ya? Ayah suapi" bujuk Kyungsoo sambil mendudukkan Daehan di pangkuannya.

"Nooo" Daehan menggeleng.

"Kalau Daehan gak makan nanti lama sembuhnya. Daehan suka di rumah sakit? Daehan suka di infus lama-lama? Di rumah sakit lama-lama itu kan enggak enak. Kasihan juga ibu kalau Daehan lama di rumah sakit. Jadi Daehan makan ya?" bujuk Kyungsoo lagi. "Nanti kalau Daehan mau makan dan cepat sembuh... eumm... Apa ya? Ah, Daehan mau apa aja nanti ayah turuti deh"

"Benelan?" tanya Daehan dengan mata berbinar.

"Iya bener" Kyungsoo mengangguk lalu mengambil piring makanan Daehan yang belum tersentuh sama sekali kemudian menyendok nasi. Kyungsoo pun mulai menyuapi Daehan meski sangat membutuhkan kesabaran ekstra. Menyuapi Daehan saat ia sehat saja sulitnya minta ampun, apalagi saat ia sedang sakit. Chanyeol yang melihatnya saja rasanya mau keluar ruangan karena tak kuat melihat Daehan yang sangat susah makan. Chanyeol jadi gregetan sendiri.

"Eunggg!" Daehan menggeleng kuat-kuat sambil menutup mulutnya rapat-rapat. Matanya sudah berkaca-kaca. Kyungsoo paham lidah putranya saat ini pasti terasa pahit.

"Satu suap lagi ya? Terakhir ini, beneran terakhir" bujuk Kyungsoo. Daehan akhirnya membuka mulutnya dan sesendok nasi pun masuk ke mulutnya. Setelah itu Kyungsoo meletakkan piring di nakas di samping kasur Daehan. Daehan hanya makan tujuh suap, tapi setidaknya perutnya tidak kosong.

"Sekarang Daehan tidur aja ya biar cepat sembuh" Kyungsoo membaringkan tubuh Daehan di kasur.

Daehan menggeleng kuat-kuat. "Nanti ayah egi" kata Daehan.

"Enggak ayah enggak pergi. Ayah disini" jawab Kyungsoo sambil ikut berbaring di samping Daehan. Ia memeluk Daehan dan pura-pura memejamkan matanya. "Sudah, tidur"

Daehan menoleh sedikit kearah ibunya. Wanita itu langsung mengisyaratkan Daehan untuk tidur juga. Sedetik kemudian, Daehan ikut memejamkan matanya. Tangan mungilnya mencengkeram kaus putih Kyungsoo, seakan ayahnya itu akan hilang jika tidak dipegang. Kyungsoo tidak benar-benar tidur sebenarnya, ia hanya memejamkan matanya agar Daehan mau tidur juga. Jihan yang duduk di samping kasur tak bisa melepaskan pandangannya dari sosok yang tengah tidur bersama anaknya itu. Sudah lama sekali Jihan tak melihat wajah Kyungsoo, apalagi ketika sedang tidur begini.

Setelah beberapa belas menit, Kyungsoo membuka matanya. Daehan sudah benar-benar terlelap. Ia melepas cengkeraman tangan Daehan perlahan, bangkit lalu duduk sambil bersandar pada headboard kasur. "Sejak kapan Daehan masuk rumah sakit?" tanyanya sambil mengelus-elus rambut Daehan.

"Kemarin malam—eh malam atau sore ya? Kemarin sore kurasa" jawab Jihan ragu.

"Kenapa aku enggak diberitahu? Kenapa baru sekarang?" tanya Kyungsoo lagi.

"Pertama, aku terlalu panik jadi aku tidak ingat apa-apa. Kedua, aku tau kamu sibuk. Kalian kan baru comeback" jawab Jihan tenang.

"Meskipun kami comeback tapi aku kan bisa datang kesini malam-malam. Lagipula kamu tau darimana kami baru comeback?"

"Meskipun kamu bisa datang malam-malam tapi seharian jadwalmu pasti full, kamu pasti lelah. Ah, kamu lupa anakmu itu fans beratmu? Dia menontonmu setiap hari dan mengoceh, 'Aaaa ayah baru comeback. Aaaa ayah keren sekalii!'" Jihan menirukan nada bicara Soora.

"Ibuuuuu!! Ih ibu kok tau sih!" seru Soora tak suka. Soora itu sedikit tsundere. Tentu ia tak suka ibunya menceritakan bagaimana ia memuji-muji ayahnya sendiri saat menonton comeback stage.

"Ih, suaramu keras tau. Terdengar dari kamar ibu" balas Jihan. Soora hanya bisa mencebik kesal. Sepertinya mulai besok dia harus mulai memelankan suaranya.

"Hihihi" Kyungsoo terkekeh mendengarnya. "Eh iya, ayah mau beli roti. Kakak mau ikut?"

"Ikut!" seru Soora. Kyungsoo turun dari kasur perlahan agar tidak membangunkan Daehan. Ia mengenakan mantel lalu mengambil dompet di tasnya. "Kamu mau titip sesuatu Yeol?"

"Sprite yang kalengan tolong" kata Chanyeol.

"Gak mau roti? Atau nasi? Kamu belum makan sejak siang tadi kan?" tanya Kyungsoo.

"Eheheh tau aja" Chanyeol nyengir. "Kamu mau kemana? Minimarket? Belikan aku bento atau onigiri kalau ada. Kalau gak ada, roti saja"

"Oke" Kyungsoo mengangguk. "Ayo Soora" ajaknya sambil menggandeng tangan Soora. Keduanya pun segera keluar dari ruang rawat Daehan.

"Kenapa kamu gak ikut sekalian Yeol? Maksudku, daripada diam saja disini" ujar Jihan.

"Kamu mengusirku?" tanya Chanyeol bercanda.

"Ehehehe bukan begitu"

Chanyeol tersenyum. "Aku tau Kyungsoo mengajak Soora keluar supaya mereka bisa berduaan saja. Jika Kyungsoo bertemu anak-anak pasti Daehan selalu menempeli Kyungsoo, jadi ketika Daehan tidur begini kurasa Kyungsoo ingin berduaan saja dengan Soora. Aku gak mau mengganggu mereka jadi aku tunggu disini saja"

Jihan ikut tersenyum. "Ya, kamu benar, Kyungsoo memang ingin berduaan saja dengan Soora. Daehan selalu menempeli Kyungsoo memang. Aku mungkin jarang mengurusi anak-anakku, tapi aku tau mereka sedekat apa dengan Kyungsoo. Aku juga tau Daehan gak bisa lepas dari Kyungsoo, berbeda dengan Soora. Daehan sering sekali gak mengijinkan Kyungsoo pulang. Kadang juga kalau Kyungsoo gak datang ke rumah lebih dari tiga hari dia akan mulai menangis dan mencari Kyungsoo. Aku tau kebiasaan anak-anakku meski aku tidak mengurus mereka. Daehan lahir dengan keluarga tidak lengkap, dia lahir setelah aku bercerai dengan Kyungsoo, jadi dia haus kasih sayang ayahnya. Dulu waktu Soora seumur Daehan, Kyungsoo masih suamiku. Soora masih sempat merasakan yang namanya keluarga utuh. Mungkin itu juga alasan kenapa Soora bisa lebih dewasa di usianya yang masih kecil, dan lebih pengertian juga"

"Jangan tersinggung ya, tapi aku penasaran. Sejak aku bertemu denganmu seminggu yang lalu di rumahmu kadang aku berpikir kenapa kamu gak mengurus anak-anakmu sendiri padahal kamu mengerti anak-anakmu. Kamu juga tampak seperti ibu yang baik. Bukan wanita jahat yang benar-benar tidak menginginkan eksistensi anak-anaknya" komentar Chanyeol.

Jihan tertawa kecil. "Aku memang bukan wanita jahat yang tidak menginginkan eksistensi anak-anakku. Kalau iya untuk apa aku mengandung dan melahirkan dua orang anak? Kalau aku memang jahat dan tidak menginginkan mereka, aku pasti sudah menggugurkan kandunganku sejak awal. Buat apa repot-repot melahirkan mereka ke dunia? Melahirkan itu sangat menyiksa, asal kamu tau saja. Aku punya alasan kenapa tidak mau mengurus anak-anakku sendiri"

Chanyeol terdiam sebentar. "....boleh aku tau alasannya?"

Father: dksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang