.
.Dan kini, mereka telah sampai di desa yang menjadi tujuannya.
Baru mencapai gapura, beberapa rakyat terlihat langsung membungkuk hormat pada pangeran mereka. Jungkook tak turun, dia mulai menelusuri desa itu dengan Hoseoknya.
Sepanjang dia berjalan, rakyat desa itu berlutut sambil sesekali mengucapkan selamat datang. Jungkook hanya mengangguk dengan bibir yang tak mengulas senyum sama sekali.
Mata bulatnya menatap sekitar. Dia mulai memasuki kawasan pasar, sebelum nantinya berakhir di tempat kepala desa setempat.
Sedikit menggibaskan tangan di depan hidung, saat bau amis ikan menusuk penciumannya. Namanya pun pangeran, tak terbiasa dengan kehidupan seperti ini.
Namun kefokusannya teralih saat Hoseok tiba-tiba berhenti. Jungkook berusaha melihat apa penyebab sehingga kudanya tak mau berjalan.
Dengan semilir angin yang menghempaskan beberapa helai rambutnya, Jungkook melihat seorang laki-laki tengah berdiri di depan Hoseok. Laki-laki itu terdiam. Iris kecoklatannya tanpa sengaja bertemu dengan manik hitam Jungkook.
Beberapa kelopak bunga berwarna pink jatuh tertiup oleh angin siang itu.
"Hei, Kau! Ada pangeran disini. Minggirlah!" Titah salah seorang prajurit dan langsung membuyarkan fikiran lelaki tersebut.
Orang itu membungkuk beberapa kali, sambil terdengar mengulang kata maaf. Dia menyingkir, dan membiarkan Jungkook meneruskan perjalanannya.
Laki-laki itu berdiri di samping jalan. Hanya menunduk, tidak membungkuk seperti rakyat lainnya.
Hoseok mulai berjalan pelan. Jungkook berbalik dan melihat ke arah pemuda tadi. Biasanya, dia akan marah jika ada yang menghalangi jalannya. Namun saat tanpa sengaja dia menatap mata lelaki tersebut, kekesalannya seolah lenyap begitu saja.
Beberapa menit berjalan hingga akhirnya dia sampai di rumah kepala desa. Fikiran Jungkook masih dikuasai akan orang itu. Mata kecoklatan, rambut hitam legam, namun separuh wajahnya terhalang oleh kepala Hoseok.
Dapat Jungkook rasakan jika garis matanya begitu tegas dan tajam. Alisnya yang sedikit berkerut saat manik coklatnya bersitatap dengan iris hitam Jungkook, menambah kesan berani bahkan hanya dari caranya berdiri.
Jungkook sedikit penasaran. Bagaimana wajahnya? Bahkan saat tadi Jungkook melewatinya, pemuda itu menunduk sehingga parasnya tak nampak jelas.
Baru kali ini Jungkook merasa penasaran akan seseorang. Berhubung satu hal berujung candu, hingga akhirnya dia sadar akan lamunannya.
.
.Jungkook menenggelamkan tubuhnya di kolam penuh mawar ini. Membiarkan hanya bagian wajah yang menyentuh permukaan.
Uap air yang bercampur dengan aroma bunga telah membuat Jungkook lebih merasa rileks. Dia pejamkan matanya, menikmati kenikmatan yang menerpa kulit halusnya.
Jungkook membuka matanya saat fikiran akan pemuda yang lagi-lagi berkecamuk dalam kalbunya. Hal ini semakin mengeratkan rasa penasaran terhadap orang itu.
Siapa dia?
Dua kata yang tiga hari ini menyebabkan dia gelisah. Cukup, terlalu banyak yang menghantui Jungkook. Dia harus segera menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Maka dia memutuskan untuk pergi ke desa itu lagi besok. Entah apa yang akan dijadikan alasannya dalam memperoleh izin sang ayah, yang penting dia bisa menemukan jawaban atas pertanyaannya pagi nanti.
Jungkook beranjak, memakai pakaian untuk mengeringkan tubuhnya, dan meninggalkan kamar mandi.
Dia sisir rambut basahnya dengan jemarinya. Keningnya terlihat jelas, membuat wanita manapun akan lemah saat melihatnya.
Jungkook memasuki kamar kebesarannya. Memakai pakaian untuk tidur, dan segera menaiki ranjang kesayangannya.
Jungkook menatap langit-langit kamar. Dia adalah tipe orang yang masa bodoh akan hal apapun. Namun sekalinya merasa penasaran, meski itu hal sepele, Jungkook akan terus memikirkan sebelum teka-tekinya terpecahkan.
Biarkanlah dia terpejam di tengah malam, sebelum besok dia mencari sendiri pemuda itu.
_______________
Hei hei:vJangan lupa vomment lah. Itu aja.
-14y-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince-[kth×jjk] [END]
Fanfiction[Completed] "Disini, saat sungai mengalir beriring dengan ikan di dalamnya, kau dan aku saling bertatap. Hingga segalanya mulai merunyam sandiwara tanpa jejak." Salahkah jika seorang nelayan sederhana mulai mencintai pangerannya? Baginya, cinta tak...