-7-

4.8K 555 50
                                    

.
.

Sinar sang surya masih berapi kian adanya. Angin seolah membisikkan keheningan yang telah lama terpenjara dalam nurani. Aliran sungai menjadi saksi padu akan dentuman detak jantung yang semakin membabi-buta. Kala meredup dan menebar, membuat salah satu dari mereka berdecit.

"Kau sudah lama menjadi nelayan?" Si pangeran memulai pembicaraan. Entah datang darimana kepercayaan diri itu, sehingga Jungkook berani membuka mulutnya di saat hening juga sepi menghinggapi harinya.

Yang bernama Taehyung menoleh, memindahkan atensinya pada Jungkook yang kini tengah menarikan jarinya di atas air. Sudut bibir Taehyung terangkat begitu saja. Tak lebar, bahkan hampir tak terlihat.

"Sejak kedua orangtuaku meninggal, dan aku harus menghidupi adik perempuanku. Sudah cukup lama." Taehyung memperhatikan dedaunan yang jatuh ke sungai. Mereka terbawa oleh arus air itu, lalu akhirnya menghilang dibalik jeram yang menghadangnya.

Jungkook menghembuskan nafasnya gusar, cukup merasa bersalah kendati dia yang kembali mengingatkan Taehyung akan kesedihannya. "Maafkan aku karena telah menanyakan hal itu. Aku sungguh tak tahu." Jungkook menggeser posisinya mendekati Taehyung.

Namun pemuda Kim tersebut juga menggeser tubuhnya menjauh. Keheranan nampak dari kening Jungkook yang mulai bertaut. "Kenapa?" Tanyanya.

"Maaf, Pangeran. Aku bau ikan. Aku tak mau kau terganggu." Taehyung membungkukkan tubuhnya beberapa kali.

Yang tadinya heran, kini berubah menjadi kekehan kecil yang lolos dari bilah bibirnya. "Kau sangat lucu. Dari tadi aku tak terganggu. Tapi baiklah jika itu maumu." Jungkook kembali pada posisinya semula.

"Boleh aku bertanya lagi?" Entah memang ingin atau apa, Jungkook berkata dengan mata yang tak terarah pada lawan bicaranya. Dia justru asyik mencipratkan air ke tengah sungai, seolah Taehyung memang tak ada disampingnya.

"Silakan. Aku tak keberatan."

"Kau tak pernah merasa kekurangan? Maksudku, maaf tapi... bukankah penghasilan nelayan itu tak seberapa? Terlebih, nelayan disini juga banyak, otomatis mereka juga menjadi sainganmu."

Taehyung mengalihkan atensinya pada pangeran satu ini. "Aku tak masalah dengan kekurangan, aku tak pernah bersuara atas itu. Dan semua nelayan disini adalah temanku. Terkadang kami menangkap ikan bersama-sama dan membagi hasilnya sama rata. Maaf jika aku lancang,, tapi aku selalu bersyukur atas apa pemberian Tuhan. Baik itu sedikit,  apalagi banyak."

Telinga Jungkook bak diisi dengan alunan menenangkan dari mulut Taehyung. Dia mendengarkan dengan seksama dan memperhatikan nelayan ini. Caranya berfikir begitu dewasa dan logis. Sedangkan dia? Kadang masih tak bersyukur atas pemberian Tuhan padanya.

"Aku menyukai caramu berfikir. Tak ada keraguan di dalamnya. Dan sepertinya, aku belajar banyak darimu hari ini." Jungkook tersenyum begitu saja.

Hati Taehyung serasa mencelos kala melihat senyuman ini. Tanpa ada kepalsuan sama sekali. Terlihat begitu tulus dan enngghhh... tampan? Ah, tidak... maksudnya, memang Taehyung setuju jika paras Jungkook itu menawan, tapi tak mungkin dia menyukainya kan? Toh mereka sesama lelaki.

Meow...

Taehyung dan Jungkook sama-sama menoleh ke asal suara. Seekor kucing terlihat mendekati kemudian langsung menyambar seekor ikan dari bakul milik Taehyung.

"Yak!! Kucing itu mencuri! Hey!" Oke, perlu diketahui jika itu adalah Jungkook. Pangeran itu berdiri dan berniat mengejar kucing malang tersebut.

Namun pergerakannya berhenti kala pergelangan tangannya dicekal oleh Taehyung. Jungkook menoleh, pemuda Kim itu menggeleng dengan senyuman di wajahnya. Di siang yang cukup terik ini, Jungkook merasakan sesuatu meneduhkannya. Dan itu adalah senyuman Taehyung. Bukan berlebihan, namun Jungkook cukup terpana dengan wajah Taehyung yang terbilang tampan.

Hey! Tentu saja dia tampan! Dia kan laki-laki!, cerca Jungkook dalam hati.

"Kenapa kau membiarkannya membawa ikanmu? Itu akan mengurangi penghasilanmu kan?" Jungkook berkata dengan nada cukup sewot. Taehyung terkekeh, namun segera dia berdehem untuk menghentikannya.

"Dia hanya membawa satu. Tak apa. Dia juga butuh makan bukan? Ini adalah hasil alam dan seluruh makhluk berhak untuk merasakannya." Taehyung kembali tersenyum dengan mata yang memeluk iris hitam Jungkook erat.

Pangeran itu merasakan wajahnya memanas. Bukan karena terik, melainkan karena gejolak aneh yang ditimbulkan oleh tatapan tajam Taehyung.

Dan Jungkook tak kuat untuk bertahan lama. Dia terlalu malu dan gugup sekarang. Detak jantung yang semakin cepat, telah membuatnya sesak dan ingin segera tenggelam ke dasar bumi.

Dan jangan lupakan tangan Taehyung yang masih menggenggam pergelangan tangan Jungkook.

"A..ah, Taehyung. Ayahku tak mengizinkanku lama-lama. Sepertinya aku harus pulang sekarang. Maaf jika kunjunganku kurang menarik atau tak bermanfaat sama sekali. Aku pamit." Dan Jungkook langsung berlalu begitu saja. Menaiki Hoseok, dan segera menjauh.

Taehyung mengedipkan matanya kentara heran. "Tadinya aku ingin mengajak dia makan ikan."

.

.

Jungkook ingin segera meninggalkan sungai itu sebelum kegugupannya semakin terlihat. Dan yeah, mari katakan bahwa Jungkook gila karena tersenyum sepanjang jalan. Bahkan sesekali dia menyapa rakyat yang lewat.

Benar katanya, bahwa kelamaan berada di bawah terik sang surya, mampu membuat seseorang berubah drastis.

________________
Aloha....

Leave your best vomment oke?? Pliseu :v

Sekian, wassalam.
-14y-

My Prince-[kth×jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang