..
Beberapa hari berlalu. Dan semakin hari, rasa penasaran Jungkook pada pemuda itu semakin besar. Entahlah, dia baru merasakan hal seperti ini. Terlebih pada seseorang yang baru dia kenal. Tidak, sebatas mengetahui tanpa mengenal namanya.
Pagi ini pula, Jungkook kembali memutuskan untuk datang ke desa itu dan langsung pergi ke sungai tempat si pemuda nelayan mencari ikan. Hanya demi menghilangkan pertanyaan—yang lagi-lagi—berkaitan dengan nelayan itu.
Karena dia tak memikirkan jalanan, alhasil perjalanan ke desa itu terasa cepat. Kini dia telah sampai. Mengingat kejadian beberapa hari lalu, dia merasa malu untuk melewati pasar.
Dia memutuskan untuk membawa Hoseok ke arah sungai. Dan kini dia memasuki wilayah perkebunan sebelum akhirnya sampai di tempat tujuan. Cukup sepi. Hanya terlihat beberapa orang yang pulang dari kebun dan langsung memberi hormat padanya.
Jungkook masih menaiki Hoseok yang kini tak lagi berlari. Dia ingat betul, bahwa ini tempat kemarin dia mengintip pemuda itu. Tapi kemana dia sekarang? Jungkook mengedarkan pandangannya.
Kekehan kecil lolos dari bibirnya mengingat bahwa mungkin pemuda itu mencari ikan di lain tempat. Tempat bekerja nelayan kan tidak tetap seperti pedagang pasar.
Jungkook memacu Hoseok untuk kembali berjalan menyusuri pinggiran sungai. Tak dapat dipungkiri jika Jungkook merasa kagum dengan pemandangan disini. Pepohonan dan bebatuan menghiasi sungai itu. Aliran disini juga cukup deras.
Beberapa kali dia melihat nelayan yang memancing ikan di tempat berbeda. Kemana pemuda yang dia cari? Astaga... Jungkook terlalu penasaran terhadap pemuda nelayan itu.
Hingga akhirnya, netra Jungkook terkunci pada seorang pemuda yang tengah duduk di batu pinggiran sungai dengan dua bakul berisi ikan di sampingnya. Matanya menatap aliran sungai dengan serius.
Ini sudah tengah hari dan wajahnya terlihat kelelahan. Entah itu air atau keringat, yang pasti tubuh dan lehernya basah. Rambutnya acak-acakan, cukup membuat... ugh, lupakan!
Jungkook turun. Membiarkan Hoseok mendudukkan dirinya di rumput. Pangeran itu membuang nafas kasar, dan berjalan menghampiri pemuda itu. Jungkook berdiri di sampingnya. Sama sekali tak bersuara.
Merasa ada orang lain selain dirinya, pemuda tersebut menoleh dan langsung membulatkan matanya. Antara kaget dan cemas yang kentara.
Dengan segera, dia berlutut dengan tangan yang digenggam di depan dada. "Hormat, Pangeran. Aku ingin meminta maaf padamu karena waktu itu aku tak sengaja menghalangi jalanmu. Tapi... t..tolong jangan hukum aku, Pangeran. Aku mempunyai seorang adik yang masih remaja. Aku mohon..." sebuah isakan kecil lolos dari bibirnya.
Jungkook memiringkan kepalanya. Sebetulnya dia ingin tertawa karena kelakuan orang ini. Sebuah senyum jahil terukir di bibir ranumnya. Orang ini lucu juga.
Jungkook mengeluarkan pedang dari sarungnya, dan mengarahkannya ke depan wajah pemuda itu. Kemudian dia memasang wajah sombong meski dia tahu bahwa pemuda ini tak melihatnya.
Yang berlutut tentu ketakutan dan tubuhnya langsung bergetar. "Aku mohon, Pangeran... hiks.. aku bersedia dihukum jika aku tak memiliki adik... tapi kasihanilah aku, Pangeran." Nada bicaranya juga begitu memohon dan parau.
Jungkook menahan tawanya sebisa mungkin. Kasihan juga terus menakuti orang ini. Jungkook menjatuhkan pedangnya sehingga benda berkilau itu tergeletak di hadapan pemuda tadi.
Tentu saja yang kastanya lebih rendah mendongkakkan wajahnya. Wajah yang sudah penuh dengan air mata. Juga kekhawatiran terpatri disana.
Jungkook terdiam. Memperhatikan wajah itu dari dekat. Tampan juga, fikirnya. Namun dia segera menggeleng dan tawanya langsung pecah begitu saja.
Pemuda itu menatap bingung. "M..Maaf, tapi Pangeran kenapa tertawa?" Bukan berhenti, Jungkook justru semakin semangat tertawa.
"Kakak yang baik. Aku hanya bercanda. Bangunlah. Aku tak ada maksud untuk menghukummu. Aku sama sekali tak marah. Kau tak perlu khawatir." Namun pemuda itu kembali menangis saat melihat senyuman tulus Jungkook.
"Terima kasih.. hiks... kau benar tak marah, Pangeran?" Tanyanya memastikan. Dia memberanikan diri menatap mata pangerannya.
Oke, Jungkook cukup gugup ditatap seperti itu. Secara, mata tajamnya masih sama dengan yang dulu. Dan rahang tegas itu semakin menambah pesonanya. Tunggu, apa yang Jungkook fikirkan?
"Aaaaa... bangkitlah, aku ingin sedikit berbincang denganmu."
________________Uwu, next chap ya!
Please tinggalkan jejak.
-14y-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince-[kth×jjk] [END]
Fanfiction[Completed] "Disini, saat sungai mengalir beriring dengan ikan di dalamnya, kau dan aku saling bertatap. Hingga segalanya mulai merunyam sandiwara tanpa jejak." Salahkah jika seorang nelayan sederhana mulai mencintai pangerannya? Baginya, cinta tak...