-26-

3.2K 378 39
                                    

.

.

.

Jungkook benar-benar tak bisa untuk tidur nyenyak. Dia tidur sebentar, lalu bangun, tidur, bangun lagi, dan begitu seterusnya. Entah itu dia harus terbangun karena fikiran kerajaannya, ataupun karena Taehyung. Yang pasti kedua penyebab itu adalah hal yang membuat Jungkook depresi.

Jungkook berdiri di balkon kamarnya. Menghirup udara segar di pagi yang masih gelap ini. Tak tahu ini pukul berapa, namun Jungkook yakin jika ini merupakan saat-saat terakhir di malam hari. Bulan terlihat begitu cerah.

"Apa aku harus pergi sekarang? Aku tak mau sampai kesana di siang hari. Aku ingin supaya aku lebih cepat kembali ke istana." Kemudian Jungkook memutuskan agar dirinya berangkat saat ini juga.

Beberapa langkah sebelum ke pintu, pergerakan kaki Jungkook terhenti saat dia melihat lukisan dirinya dengan sang ibu. Dia hampiri lukisan itu. Menatapnya dalam, kemudian fikirannya tertuju pada satu ingatan.

"Sepertinya fikiranku benar. Aku ingin bebas." Kemudian Jungkook melangkah dengan tergesa-gesa. Menghampiri kamar salah seorang pelayan muda, dan berbincang sesuatu dengan pemuda itu. Lalu Jungkook mendapatkan apa yang dia mau.

Raja muda itu kemudian memasuki kamar ibunya. Wanita itu sedang tidur dengan pulas. Jungkook menyimpan kulit kayu bertuliskan sebuah pesan di meja nakas sang ibu. Ditatapnya wajah wanita yang telah melahirkannya itu, lalu dia cium sayang pipi ibunya dan segera menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Jungkook naikkan selimut hingga menutup bahu sang ibu. Pemuda itu tersenyum getir.

"Aku pergi dulu, Ibu." Dan setetes air mata kembali jatuh saat dia menutup halus pintu kamar wanita tersebut.

Jungkook kemudian pergi menuju tempat penangkaran kuda kerajaan. Jungkook hanya membawa sebuah pedang, sebuah barang di dalam pakaiannya, alat penerang, dan pergi dengan kuda selain Hoseok.

Banyak penjaga yang nampak aneh dengan perilaku Jungkook. Namun mereka tak memiliki hak apapun untuk bertanya atau mencegah kepergian raja mereka. Saat ditawari pengawalan, Jungkook menolak dengan alasan tempat tujuannya itu berjarak dekat. Jungkook juga berkata, "Jangan memaksa. Jika kalian sampai mengikutiku, aku pastikan kalian tidak akan melihat matahari terbit di hari ini." Lalu setelah itu Jungkook memacu kudanya dan pergi begitu jauh.

Jauh.

Seakan tak akan ada orang yang bisa menjangkaunya.
.

.
Jungkook lupa satu hal. Ini masih gelap dan perjalanan ke rumah Taehyung juga beberapa kali melewati hutan. Meskipun hutan tak serimbun saat musim hujan, tapi tetap saja suasananya mencekam. Jungkook hanya membawa sebuah cempor sebagai penerangan.

Laju kudanya melambat. Jungkook menatap suasana sekitar. Tak ada apapun disana.

Ssrrskk

Jungkook otomatis menoleh ke arah suara. Dia tak menemukan apapun disana. Raja itu turun dari kudanya, kemudian menghampiri semak-semak itu.

Ssrrrsskkk

Tangan kanan Jungkook kemudian mengambil pedang yang tersampir di pinggangnya. Itu suara dari arah berbeda.

Langit tidak terlalu gelap. Banyak bintang disana. Dan warnanya pun lebih terang sehingga kegelapan tidak terlalu menyiksa disini. Jungkook semakin menghampiri semak belukar itu.

Tubuhnya tetap diam saat dia menemukan sesuatu dibaliknya.

*****

Ibunda Jungkook tak pernah merasakan tenang sejak dia tak menemukan sang putra di kamarnya, juga setelah membaca pesan yang ditulis oleh Jungkook untuk dirinya.

"Jangan khawatir, Ibu. Aku pergi untuk menemui dia. Aku menyayangi ibu."

Ceracau getir keluar dari bilah bibir wanita itu. Gemertak sengap hatinya kendati sang anak yang pergi dengan begitu tiba-tiba. Kenapa pula Jungkook tidak membangunkannya untuk pamit?

Wanita itu menyuruh beberapa penjaga untuk pergi ke desa itu. Dia memilih bungkam dari suaminya karena takut bahwa pria paruh baya itu akan kembali mengamuk atau bahkan ikut menyeret Taehyung ke dalam masalah ini.

.

.

Empat orang penjaga diperintahkan untuk pergi ke desa yang sama yang menjadi tujuan Jungkook. Mereka menyusuri hutan Pinus yang tidak begitu rindang di kemarau ini.

"Berhenti!! Lihat itu!"

Keempat orang laki-laki disana turun dari kudanya untuk menghampiri apa yang mereka temukan. Mereka mendekat. Mata keempat pria itu membulat seketika dan mereka memekik terkejut.

"Astaga, Raja!!!"
.

.

"Ibu Suri, Ibu Suri!!" Seorang pelayan wanita datang tergopoh-gopoh menghampiri Ibunda Jungkook. Yang dipanggil tentu membalas dengan hati cemas tak karuan.

Pelayan itu menangis, "Ibu Suri, para penjaga sudah datang... Dan... Dan mereka..."

"Mereka kenapa?!" Pelayan itu diam. Dengan jantung yang berdetak tak karuan, Ibu Suri berlari menuju halaman istana. Di sepanjang jalan yang dia lewati, beberapa pelayan menatapnya khawatir juga dengan tatapan sendu.

Ketika wanita itu sampai di tangga istana, jarum detik seakan berhenti berdetak, bumi seakan berhenti berputar. Saat dengan mata kepalanya sendiri, Ibu suri menyaksikan bagaimana keempat penjaga itu membawa kain yang sudah koyak dan berlumuran banyak darah.

"Ibu suri..." Itu adalah istri dari perdana menteri. Wanita paruh baya disana menghembuskan nafasnya tak karuan.

"Kami juga menemukan pedang ini di tempat, Ibu Suri."

Wanita tersebut masih dalam keterkejutannya. Kemudian salah seorang penjaga memberikan sesuatu ke tangan ibunda Jungkook. Itu adalah sebuah kalung.

"Jungkook, ini adalah hadiah untukmu."

"Terima kasih, Ibu!! Aku akan selalu memakainya!"

"Tidak... Tidak mungkin. Tidak... JUNGKOOOOOOOOOOKKK!!!" Wanita tersebut menangis seketika dan lututnya tak sanggup untuk terus berdiri. "AAAAAAARRRRRRRRGGGGGGHHHHHH... Hiks..."

Sang suami mengusap bahu istrinya pelan. Dia sama terkejut juga terpukulnya dengan wanita itu. "Bagaimana bisa?! Jungkook adalah laki-laki yang tangguh! Dia... KENAPA?!!!" Ibu suri kembali meraung kesakitan sambil menggenggam kalung yang berlumuran banyak darah.

"Yang Mulia, kemungkinan Raja diterkam hewan buas. Dari kerusakan pakaiannya, dapat disimpulkan demikian." Tutur penjaga itu.

Ibu suri menghampiri penjaga itu dengan marah. "Kenapa? Kenapa kalian semua membiarkan Jungkook pergi sendiri di pagi yang masih gelap?! Kenapa kalian tidak antisipasi untuk mengawalnya?!!"

"Raja yang tidak mau, Ibu Suri. Berulang kali kami meminta untuk menemaninya, tapi Raja terus menolak. Kami tak dapat menolak perintahnya."

Pertahanan wanita tersebut kembali ambruk. "JUNGKOOOOOOOKKKK!!!!" Kemudian kesadaran ibu suri hilang.

*****

Hari itu, semua orang di kerajaan melupakan masalah kekeringan mereka. Semuanya berduka atas meninggalnya Raja yang baru beberapa bulan ini memimpin kerajaannya.

Sebuah upacara terakhir dilaksanakan di istana. Dimana pakaian Jungkook yang bersimbah darah langsung dimasukkan ke dalam peti tanpa dicuci terlebih dahulu. Pedang sang raja juga turut dimakamkan.

Hanya saja, kabar ini terlalu lama untuk sampai ke desa-desa yang jauh.

Termasuk kepadanya.
________________
Ga akan lebih dari 5 chapter lagi kayanya
Tetep vomment readers-nim!! Bye bye

-14y-

My Prince-[kth×jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang