-11-

3.8K 445 38
                                    

.

.

"Aku ingin segera bertemu Taehyung." Adalah sederet kata yang diucapkan Pangeran Korea itu ketika menaiki kuda kesayangannya. Dan ayolah, bahkan Jungkook tak bisa tidur semalam jika saja dia tak meminum ramuan yang diberikan dokter istana untuk dirinya. Karena apa? Karena seorang pemuda nelayan bernama Kim Taehyung.

Jungkook terus menatap langit-langit kamarnya seolah benda datar itu adalah sebuah kanvas yang sedang melukiskan sosok yang teramat dia cintai. Hari yang mulai merangkai minggu, telah membuat Jungkook kian berubah.

Dingin juga suasana yang masih gelap tak menyurutkan tekadnya untuk menemui orang yang begitu dia rindukan. Jungkook merasa hangat selalu menyelimutinya setiap waktu. Dan dia berkata, bahwa semua itu karena cintanya pada Taehyung.

Bahkan Jungkook seolah lupa jika beberapa hari lagi, gelar Raja akan tersemat pada dirinya. Mahkota raja akan bersinggasana di atas rambutnya, juga kekuasaan tiada tara yang akan ada dalam genggamannya.

Pagi ini, disaat sang surya masih duduk di pelataran timur, menunggu giliran dari bumi untuk menyinari bagian Korea, sebuah senyum bak sapaan jelaga merah tercipta di antara sejuknya embun, diatas gagahnya seekor kuda, juga deretan pohon pinus.

Pangeran Jungkook. Manusia biasa yang sedang dibuai indahnya cinta pertama. Cintanya,

Kim Taehyung.

.

Seperti sebuah teori konspirasi yang sulit untuk ditemukan jawabannya, Jungkook sendiri tak mengerti dengan jalan fikiran tersebut. Dimana pangeran idaman semua wanita di Korea, sekarang berubah menjadi penyuka lelaki.

Jungkook tak pernah belajar mencintai untuk sebelumnya. Hanya sekedar suka, dan tak ada niatan untuk berhubungan lebih. Namun biarlah untuk kali ini, dia merasakan cinta pertamanya.

Untuk pertama, dan dia bertekad untuk merubahnya menjadi terakhir pula. Ya,, tak ada yang lebih indah dari cinta pertama dan terakhir dalam hidupmu bukan? Terlebih gelar itu tersemat pada satu orang saja.

Dan hidup ini hanya tentang cinta.

.

.

Mata laki-laki itu perlahan terbuka saat seorang gadis remaja mengguncang pelan tubuhnya. Meregangkan otot untuk pemanasan di pagi hari. Lebih tepatnya, pagi menuju siang.

Taehyung si pemuda nelayan bangkit, menatap sekitar untuk memastikan bahwa dia masih ada di bumi. "Ini masih pagi, Chae... kenapa kau sudah membangunkanku?"

Gadis itu mendesah khawatir. Dapat dilihat dari kerutan di dahinya, juga dari mimik muka baru bangunnya yang tampak masam. "Kakak, Pangeran Jungkook datang kemari. Aku takut... dia bilang jika dia ingin bertemu denganmu. Kau tidak macam-macam kan dengannya?"

Mendengar penuturan dari sang adik, sorot sayu dari mata Taehyung berubah seketika menjadi tatapan penuh keterkejutan. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.

Dengan segera, dia berlari tanpa memedulikan adiknya yang membeku di tempat. Taehyung bahkan melupakan sebuah fakta bahwa dia baru bangun dan belum mandi atau sekedar cuci muka.

Dia membuka pintu kayu rumahnya, dan sesosok pemuda tampan tengah berdiri dengan pakaian kebangsawanannya.

Pemuda itu adalah Jungkook. Menatap teduh iris kecoklatan si pemuda nelayan, juga senyuman yang rasanya semakin manis tiap waktunya.

Taehyung terpana. Tentu saja. Saat ini, matahari mulai muncul dari pelupuk timur. Cahaya semunya menyinari Jungkook dari bagian belakang. Juga seberkas sinar yang terpantul dari rambut hitam Si Pangeran.

"Halo, Taehyung..." dan dua kata tersebut telah berhasil menyadarkan Taehyung dari acara 'terpesona'nya. Pemuda yang masih belum mandi itu tersenyum canggung, untuk kemudian sekedar membalas ucapan Jungkook sekena hatinya. "Hai, Pangeran."

Senyum Jungkook memudar, lalu tak lama kemudian berganti dengan kekehan kecil. "Sudah berapa kali kuperintahkan kau agar memanggil namaku saja?"

Usakan di belakang kepala telah menjadi bahan pelampiasan dari rasa malu Taehyung pagi ini. "Aku lupa, Pang—Jungkook."

Kebetulan ada kursi kayu panjang di depan rumah itu. Jungkook meliriknya, lalu berjalan untuk duduk disana. Taehyung diam. Jungkook melirik nelayan itu, menatap mata sayunya yang sedikit merah. Bibir ranumnya tersungging semakin lebar.

"Taehyung, kau baru bangun kan? Cepatlah mandi. Supaya kau semakin terlihat tampan." Jungkook jujur. Dan dia tak tahu jika kejujurannya itu bagai sebuah petir dalam jiwa si pemuda nelayan.

"Ap..Apa?"

"Tidak tidak... segeralah mandi. Aku ingin menghabiskan pagiku disini." Taehyung menggeleng untuk mengusir petir tadi, dan segera masuk.

Di dalam, Taehyung melihat sang adik tengah memeluk kedua lututnya di atas sofa. Nampak gemetar. Taehyung terkekeh. "Tenanglah. Dia tak akan macam-macam."

.

Di sisi lain, netra Jungkook terpaku pada deretan pohon di sekitar rumah Taehyung. Matahari sudah terlihat jelas. "Aku tak sabar untuk mengatakannya."

Marilah sebut Jungkook gila karena tersenyum sendiri di depan rumah seorang nelayan. Ya,, nelayan yang seolah telah memancing cinta dari dalam hati Jungkook.

________________

Still vomment guys...

-14y-

My Prince-[kth×jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang