-19-

3K 439 35
                                    

.

.

Tcckkk...

"Arrggghhh"

Ttccckkk

"Dasar anak tidak berguna! Tidak tahu diuntung-"

Tcckkk

"-Dan dengan kesakitan ini kau tidak mau juga memohon ampun?! Memang tidak tahu diri kau, Jungkook!!!"

Tcckkk...

"AAARRRGGGHHH"

Sudah beberapa kali cambukan itu dilayangkan pada kulit halusnya. Sedari tadi Jungkook hanya menahan sakit dan terus meringis. Tidak, dia tidak mau meminta maaf. Dia sudah teguh bahwa dia mencintai pemuda bernama Taehyung. Dan apapun yang akan dia terima, itu adalah sebuah resiko.

Air matanya seakan sudah habis. Yang Jungkook rasakan hanyalah perih yang terus merajam setiap bagian di tubuhnya. Dia dapat merasakan cairan mengalir di punggungnya. Jungkook cukup merasa pusing. Dengan kesakitan yang dia dera, ditambah teriknya sang Surya yang menyinari daerah itu.

Dia dapat melihat bagaimana lengan juga bahunya berdarah. Tapi dia tidak peduli. Dia hanya ingin merasa bebas. Dan jika dengan ini dirinya tidak jadi dinobatkan sebagai raja, Jungkook akan teramat bersyukur pada Tuhan.

Ttccckkk...

Darah juga ikut keluar dari mulutnya. Beginilah sifat sang ayah. Ini tidak jauh berbeda dari ekspektasinya sebelum dia mengungkapkan semua. Pasti ayahnya tak akan mudah mengampuni dirinya.

Jungkook terus mengatur nafasnya. Rasanya untuk menghirup udara saja sudah sulit. Mungkin Jungkook juga akan bersyukur jika dia akan mati setelah ini. Tak apa. Toh ujungnya juga manusia akan mati.

Entah sudah berapa belas kali cambukan itu dilayangkan pada tubuhnya. Yang pasti, punggung, dada, perut, dan kakinya sudah bersimbah darah. Jungkook benar-benar merasa pusing.

Tcckkk...

"Ngghhh" Jungkook merasakan sesuatu akan segera keluar dari mulutnya. Dan benar saja. Dia memuntahkan cukup banyak darah hingga kepalanya semakin terasa sakit.

"Dengan keadaan ini kau masih belum juga meminta ampun? MEMANG INGIN MATI YA DIRIMU, JUNGKOOK!!!"

Tcckkk....

"AAAARRGGGHHHH" Sudah. Jungkook tak sanggup lagi. Darahnya sudah terlalu banyak keluar dan itu amat menyakitkan. Tenggorokannya sakit, kepalanya sangat pusing, sekujur tubuhnya didera perih, dan matanya seakan mau copot.

"C...cukup." dan saat itu juga, Jungkook tersungkur dengan pipi menempel di tanah. Namun salah besar jika dia pingsan atau bahkan sudah tiada. Dia hanya tak kuat lagi bangkit. Matanya masih terbuka dan bisa berkedip.

Dengan bibir yang banyak darah, Jungkook menggumam, "Ibu..."

Pria paruh baya disana sudah siap dengan cambukan yang kesekian kalinya. Jungkook sudah tak peduli lagi. Persetan dengan malaikat maut yang mungkin kan segera menjemputnya. Telinganya masih bisa mendengar hembusan nafas dari sang ayah.

Dan saat cambukan itu siap dilayangkan,

Sesuatu melesat, mengenai dan membuat cambuk itu terlepas dari tangan si raja. Yang merasa tersinggung otomatis menoleh ke tempat benda itu berasal. Dan dilihatlah olehnya seseorang yang menunggangi kuda putih dengan separuh wajah ditutupi kain, dan busur yang dipegang tangan kirinya.

Jungkook menatap terkejut sekaligus tak percaya pada orang tersebut. Kedua mata dari orang itu menatap lurus mata sang raja. Tangan dari si penunggang kuda terangkat untuk membuka kain penutup wajahnya.



































Sang raja tak bisa berkutik.




































Hati Jungkook bergetar amat kuat, dan air matanya lolos begitu saja.






































"Ibu...." Bibir Jungkook secara spontan berucap.

"Kau tidak pernah berubah, Yang Mulia. Kau masih sama seperti saat dimana aku meninggalkanmu. Tak perlu bertanya kenapa alasannya. Dan melihat perilakumu pada putra kita, itu sudah cukup menjadi jawaban dari sebab aku menghilang. Kalian menyangka aku mati. Aku bersyukur akan hal itu. Namun untuk kali ini, jangan sampai apa yang aku rasakan, juga dialami oleh Jungkook." Si penunggang kuda berkata datar dengan suaranya yang setengah serak.

Wanita itu turun dari kudanya. Berlari untuk menghampiri putranya. "Ib....Bu..." Bibir Jungkook mengulas senyum. Namun tidak dengan sang ibu. Dia justru langsung menangis disana. Dia balikkan tubuh Jungkook sekuat tenaganya, kemudian menaruh kepala sang anak di pahanya. Wanita tersebut mengusap rahang Jungkook yang dihiasi darah. Bibirnya bergetar kendati tidak tega melihat keadaan putra semata wayangnya yang seperti ini.

Dia kemudian menatap nyalang pada mantan suaminya. "Lihat?! Puaskah dirimu menyiksa anakku?! Bayi yang selalu kau nantikan kelahirannya dahulu! Melihat apa yang kau lakukan pada Jungkook ku, kau tak pantas menjadi raja! Kau... Kau tak pantas disebut sebagai seorang ayah."

Raja hanya bisa mundur beberapa langkah untuk kemudian bersimpuh. Dia tidak berkutik. Ini semua terlalu mendadak untuknya.

"Aku menghilang, bukan berarti aku tak tahu perkembangan Jungkook. Aku seringkali mengawasinya ketika dia berjalan keluar istana. Dan kau memperlakukan penerusmu seperti ini?? Kau tidak memiliki perasaan, Yang Mulia."

Tangan Jungkook terangkat untuk mengusap air mata di pipi sang ibu. Bibirnya bergumam "Sudahlah" sebanyak beberapa kali. Wanita yang melahirkan pangeran itu tak henti-hentinya mengusap rahang dan pipi anaknya.

Kepanikan tiba-tiba melanda sang ibu tatkala mata Jungkook terpejam dan tangan pemuda tampan terkulai ke atas tubuhnya. "Jungkook? Jungkook!! Tidak! Tidak, Jungkook! Kau..."

Wanita itu menempelkan telinganya pada dada Jungkook. "PELAYAN!!! KENAPA KALIAN DIAM SAJA?! AYO BAWA JUNGKOOK KE DOKTER ISTANA!! HEYYY!!!! Aku akan membunuh kalian semua jika kalian membiarkan putraku mati disini!!"

Mengingat bahwa wanita tersebut masihlah berstatus sebagai ratu di kerajaannya, semua orang disana langsung menggotong Jungkook menuju ruang pengobatan. Sebelum pergi, Ibu Jungkook menatap suaminya–atau mantan suaminya–dengan datar.

"Dengar, Yang Mulia. Jika putraku tak selamat, aku bersumpah akan mencabut kedua tangan kotormu itu yang telah melukainya. Aku bersumpah akan membelah dadamu dengan kedua tanganku. Dan aku bersumpah akan memandikan jasad Jungkook dengan darahmu. Kau mengenal betul diriku. Dan aku harap para para pekerjamu akan berhasil menyelamatkan putraku."

Dia berbicara dengan emosi tertahan sebelum akhirnya dia pergi menyusul Jungkook dengan menunggangi kuda putihnya. Sedangkan raja disana hanya diam. Menatap kepergian wanita yang selama ini dia sangka telah mati dan lenyap dimakan bumi.

"Aku yakin Jungkook akan selamat. Dia kuat."
_________________
Tolong buat kalian readersku tetep vomment ya... Mendekati akhir nih hehe. Dan moment Taehyung belum aku ceritain  karena sekarang aku mau fokus sama sisi Jungkook.

-14y-


My Prince-[kth×jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang