.
.Dalam kegelapan yang masih memayungi pagi itu, seorang bangsawan tengah mengemudikan kudanya dengan alis bertaut fokus.
Suara langkah kaki kuda membelah keheningan di saat sang surya belum menyapa bumi dengan kehangatannya. Embun yang memeluk ujung daun dengan erat, kini terjatuh karena hempasan lirih dari angin akibat lewatnya hewan tersebut.
Sudah 4 hari sejak pertemuan terakhirnya dengan nelayan muda bernama Taehyung itu. Saat terakhir kali dia berbicara dengannya, menjadi awal mula bagaimana sikap Jungkook berubah secara perlahan. Ucapan sederhana dari pemuda Kim itu, bagaimana cara dewasanya dalam menyikapi satu hal, telah memberikan banyak pelajaran pada pangeran tersebut.
Dan hari ini, disaat nurani membisikkan sebuah sukma, disaat kegelapan akan berganti siang, Jungkook merasa bahwa dirinya ingin bertemu Taehyung lagi. Tak ada alasan jelas akan keputusannya satu ini, seolah kesempatan yang disia-siakan bersama berpendarnya embun di pagi buta, nama Taehyung mengisi fikirannya beberapa hari ini. Dan Jungkook tak tahan untuk sekedar menahannya.
Jarum detik terasa berdenting dua kali lebih lambat. Semburat jingga yang menggoda mata, kini membentang dari ufuk timur. Memberi isyarat pada nalar bahwa raja hari mulai mengirimkan pasukan cahayanya ke langit.
Dalam kesengajaan yang mengisi angan, Jungkook memilih datang di pagi hari, lalu pulang di siang hari. Entahlah, Jungkook merasa kapok karena waktu itu, kulitnya terasa matang dengan terik matahari yang berapi-api ingin membakarnya.
.
.
Cahaya surya telah sempurna menerangi Korea dengan merata. Dan disinilah Jungkook berada. Tepat beberapa belas meter dari posisi berdiamnya seorang pemuda.
Orang yang menjadi tujuannya datang kemari.
Taehyung terlihat bersiap untuk mulai menangkap ikan. Dia masukkan jala dan bakul ke dalam perahu kecilnya. Tanpa dia sadari, bahwa Jungkook sedang memperhatikannya.
Entah kenapa pula, sejak mengenal Taehyung empat hari lalu, Jungkook menjadi lebih mudah tersenyum. Dan inilah keadaannya. Sudut bibir Jungkook tersungging dengan lebar, keadaan hatinya pun tiba-tiba membaik. Entah karena ini pagi hari atau karena manusia itu.
Pangeran tersebut turun dari Hoseok, menuntun kuda putih itu mendekati Taehyung, dan mengingatkan tali jokinya pada salah satu pohon.
Jungkook tertawa kecil kendati Taehyung yang masih belum menyadari keberadaannya. Pangeran itu masih berjalan dengan santai, juga dengan degup jantung yang bertambah cepat.
Jungkook berdehem, Taehyung berhenti dari aktivitasnya, lalu menoleh ke asal suara. Matanya membulat terkejut, kemudian dia segera membungkuk.
"Selamat datang, Pangeran. Apa kau sudah lama disini?" Taehyung berkata panik seperti sedang dikejar tsunami.
"Bangunlah, Tae. Tak perlu bersikap seformal itu. Lagipun, kita sudah saling mengenal." Taehyung kembali pada posisi berdiri dan matanya mendapati Jungkook yang tengah tersenyum.
Baiklah, jantung Taehyung apa kabar?
Secara perlahan pula, senyum kecil terukir di bibir Taehyung. Jungkook begitu manis dan tak terkesan dingin seperti apa yang orang lain bilang. Sekarang, justru Taehyung merasakan hangat menjalar dari tatapan pangerannya tersebut. Memasuki dinding retinanya, terus hingga ulu hatinya.
Jungkook melambaikan tangannya di depan wajah Taehyung. Menyadarkan pemuda itu dari lamunan yang mengisi waktunya tadi.
"A-ah, Pangeran. Ada apa datang kemari?" Taehyung tersenyum canggung dengan mata yang masih menatap Jungkook.
"Hanya berkunjung. Kau belum menangkap ikan?" Tanyanya sambil melirik ke arah perahu pemuda itu.
Taehyung menggeleng pelan. "Aku baru mau melakukannya, tapi keburu ada Pangeran."
Jungkook tertawa renyah. Entahlah, ucapan Taehyung itu terdengar lucu. Ck, selera humornya benar-benar rendah.
"Tinggal lakukan saja. Aku akan duduk disini. Memperhatikanmu."
Kini giliran Taehyung yang terkekeh. "Apa ada yang lucu?" Tanya Jungkook.
"Maaf, Pangeran. Tidak ada sama sekali. Tapi,, mendiang ibuku berkata jika kita tak boleh mengacuhkan tamu. Jadi, aku akan bersamamu selama kau disini." Tatapan Taehyung benar-benar hangat. Jungkook bak dibuai oleh balutan selimut tebal di tengah musim dingin. Nyaman sekali.
"Kau benar. Tapi aku tak akan membiarkanmu tak dapat uang hari ini. Boleh aku ikut menangkap ikan bersamamu?" Kali ini Jungkook berkata serius dengan alis yang ditautkan. Seperti anak kucing minta dipungut.
"Wae?"
_________________Kesibukan membuat semuanya merumit.
-14y-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince-[kth×jjk] [END]
Fanfiction[Completed] "Disini, saat sungai mengalir beriring dengan ikan di dalamnya, kau dan aku saling bertatap. Hingga segalanya mulai merunyam sandiwara tanpa jejak." Salahkah jika seorang nelayan sederhana mulai mencintai pangerannya? Baginya, cinta tak...