-12-

3.5K 420 27
                                    

.

.

Beberapa pucuk bunga direnggut angin dari tangkainya. Mereka terlepas, kemudian beterbangan menghiasai hari yang belum terlalu siang di desa itu.

Alunan yang diciptakan oleh hewan-hewan bersayap seolah menjadi lagu pengantar atas tertidurnya beragam helai daun ke atas tanah. Hari yang cukup berangin.

Saat ini, mungkin beberapa makhluk menyaksikan kedua orang itu berjalan bersama. Beriringan dengan jenis pakaian yang berbeda jauh berdasarkan alasan kasta. Seorang pangeran mahkota yang dengan senang hati mengajak orang spesialnya untuk berkeliling. Ummm, atau tepatnya, si pangeran meminta nelayan muda membawanya memutar.

Jungkook memandang daerah itu dengan penuh semangat. Ya, belakangan kan si pangeran sering merasa senang. Terlebih di pagi ini, dia sudah bertemu dengan orang yang teramat dia rindukan. Menahan rindu itu berat, Kawan!

Bagaimana dengan Taehyung? Pemuda nelayan tampan itu setia menunduk. Menyisihkan jarak yang cukup jauh antara dirinya dan Jungkook. Memundurkan sedikit langkah agar posisinya tak terkesan setara. Taehyung tersiksa tentunya. Dalam hati, sebetulnya dia ingin berdekatan dengan Sang Pangeran. Atau jika boleh, menyentuhnya sesuai keinginan. Jika boleh...

"Ada apa?" Tutur si nelayan saat secara tiba-tiba Jungkook menghentikan langkahnya. Mata bulat dengan manik hitam itu berpendar ke berbagai sudut tempat.

Jungkook kemudian menggenggam jemari Taehyung dan berjalan dengan cepat. Jangan menyangka jika Taehyung senang. Tentu tidak, dia justru khawatir karena ekspresi Jungkook benar-benar tak bisa dia tebak. Seperti khawatir.

Mereka melewati semak belukar, menelusuri perkebunan yang tentunya terdapat banyak orang, sampai akhirnya Jungkook berhenti di depan sebuah sabana yang cukup untuk menampung mereka berdua.

Taehyung melepas genggaman tangan itu, lalu bergerak mundur dari pemuda kelinci di depannya. "Kenapa, Taehyung?" Sebuah pertanyaan atas sebuah perlakuan yang Jungkook rasa telah melukai perasaannya. Katakanlah bahwa dia berlebihan. Namun, Taehyung menatapnya dengan tatapan aneh.

"Kenapa kau menarikku seperti tadi?
Kau tak tahu? Banyak orang memperhatikan kita dengan heran." Jungkook menunduk, sekedar kamuflase atas kegugupannya ditatap intens oleh Taehyung.

"Apa ada yang salah? Ahhhhh aku mengerti. Kau pasti kaget kan? Atau takut akan kuculik?" Taehyung menautkan kedua alisnya kendati tak tahu alasan pasti Jungkook terkekeh. Bukan terkekeh seperti biasa, namun lebih ke arah tertawa lepas.

"Jungkook, tak ada yang tahu pertemanan kita. Mereka pasti berfikir macam-macam." Taehyung gusar. Tentu saja.

"Hahaha, aku paham. Tak apa, biar kuurusi saja mereka. Ummm,, kita duduk saja. Pegal." Jungkook menjatuhkan bokongnya ke tempat kayu tersebut. Sedangkan Taehyung, memilih tetap berdiri dengan atensi tertunduk rendah.

Jungkook menghela nafas jengah. Kemudian jemarinya menarik tangan Taehyung lembut, lalu dibuatlah duduk pemuda itu dengan cara yang pelan. Dan sekarang berdampinganlah mereka berdua. Menatap deretan kebun sayur-mayur juga beberapa jenis buah disana.

"Apa kabarmu?" Jungkook memulai pembicaraan.

Taehyung menatap lawan bicaranya meski dalam hati dia merasa gugup. "Seperti yang kau lihat. Baik." Kemudian bibir itu tertarik dan menjadi senyum teduh bagi siapa pun yang melihatnya.

Jungkook menyentuh bahu lebar Taehyung, mengusapnya pelan, dan ikut tersenyum. "Kau tak menanyakan apapun tentangku?" Sedikit terkejut, lalu Taehyung terkekeh canggung.

"Ahhhhh,, kau sedang baik-baik saja. Aku melihatnya dari matamu. Kau terlihat sangat cerah dan bahagia hari ini. Bisa ceritakan alasannya, Jungkookie?"

Ah,, dan biarlah hati Jungkook menghangat ketika Taehyung menyebut namanya dengan nama panggilan dari mendiang sang ibu. Iris mereka masih saling menyatu. Hening tetap berpihak detik itu.

"Andai kau tahu bahwa kaulah penyebab kebahagiaanku, Taehyung."

Namun sesegera mungkin, Jungkook menormalkan ekspresinya semula. Berdehem sebentar, kemudian bersiap untuk bicara.

"Aku ingin memberikan ini." Pangeran itu menyodorkan sebuah gulungan kertas yang langsung disambut hangat oleh Taehyung. Sedikit penasaran karena sepertinya ini adalah surat resmi kerajaan.

"Apa ini?"

"Bacalah."

Taehyung mengerutkan senyumnya. Kemudian menatap kertas itu dalam diam. "Kau tahu? Aku adalah anak kasta rendah. Tak ada yang mau mengajari kami untuk membaca satu huruf pun. Aku tak tahu tulisan ini apa."

Jungkook membisu. Membalas tatapan netra Taehyung yang seolah menuntut untuk segera dijawab. Alhasil, Jungkook hanya menyunggingkan senyumnya dan kembali mengambil gulungan itu.

"Baiklah,, aku akan menjelaskannya." Jungkook menghela nafas panjang. Taehyung membenarkan posisinya agar terasa lebih nyaman.

"Kau pun tahu bahwa aku adalah pangeran mahkota. Dan... Berita baiknya adalah, bulan depan aku akan dinobatkan menjadi raja. Belum ada rakyat yang tahu. Kau yang pertama mengetahuinya. Dan aku ingin mengundangmu ke acara penobatan itu. Gulungan surat ini adalah undangan resmi kerajaan. Aku sendiri yang membuatnya."

Jungkook tersenyum penuh binar. Jemarinya tanpa sadar menggenggam sebelah tangan Taehyung, yang kastanya rendah pun secara sadar ataupun tidak, membalas genggaman itu. Taehyung terlihat senang dengan berita itu.

Tidak tidak, bukan karena dia diundang oleh Jungkook, melainkan karena Jungkook yang mengkhususkan undangan itu secara pribadi terhadapnya.

"Benarkah?" Anggukan Jungkook mewakili jawaban atas pertanyaan Taehyung.

Namun tiba-tiba senyum Taehyung menipis. Berganti ekspresi tak terjawab yang membuat siapapun bingung. "Tapi... Kenapa kau sendiri yang mengantarkan ini padaku? Kau adalah pangeran, Jungkook. Bukankah kurang etis jika ini dilakukan olehmu? Mengantarkan undangan?"

Dentuman di jantung Jungkook seketika berpacu. Senyuman telah berganti canggung yang meredam kebahagiaan.

Cukup lama mereka terdiam. Dan jangan lupakan tautan jemari itu. Taehyung masih menatap mata Jungkook. Iris hitam dan coklat itu saling menyatu.

Namun setelahnya, Jungkook menyunggingkan senyum. Berusaha meredakan gemuruh di hatinya. Inikah saatnya?

"Akan kuberi tahu apa alasanku." Dan kini giliran jantung Taehyung untuk membabi buta. Keadaan semakin menyudutkannya.

"Apa?" Taehyung menegak salivanya.

"Alasanku... Adalah dirimu."
__________________

-14y-

My Prince-[kth×jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang