.Jungkook hanya berdua dengan Hoseok dalam perjalanan. Dia sengaja menyuruh para prajurit kembali ke istana. Ini acara pribadi, katanya.
Sepanjang perjalanan, Jungkook terus terfikirkan akan pemuda itu. Pangeran itu tak ubahnya seperti orang yang sedang kasmaran dan tak sabar untuk bertemu pujaan hatinya. Namun tidak,, itu hanya pengibaratan.
Gapura yang sudah tak asing lagi kini berada di depan matanya.
Jungkook segera turun, mengikatkan tali kendali Hoseok pada pohon disana, sedikit merapikan pakaiannya, lalu melangkah santai.
"Ada pangeran!"
"Astaga, apa ini mimpi lagi?"
"Mari kita sambut dia."
Dan semua orang yang ada disana berlari menghampiri Jungkook, membungkuk untuk memberi hormat pada calon raja mereka.
"Pangeran, apa ada yang anda butuhkan?" Tanya salah seorang laki-laki dewasa dengan tubuh yang masih membungkuk
Jungkook menggeleng, meski dia tahu kendati orang ini tak akan melihatnya. "Tak apa. Aku ingin melihat-lihat desa ini sekali lagi. Sekaligus mencari seseorang." Kalimat terakhir itu tentu dia ucapkan dalam hati.
Maka dengan kepatuhan yang mereka miliki, orang-orang itu mengantar Jungkook berkeliling desa.
Namun di tengah jalan, Jungkook berhenti. "Umm... aku ingin ke pasar saja. Karena ayahku meminta laporan tentang perkembangan ekonomi disini." Bohongnya untuk kedua kali.
Yeah, siapa tahu Jungkook bertemu orang itu? Jika sudah bertemu, dia pasti bisa membunuh rasa penasarannya kan?
.
Inilah yang Jungkook tak suka dari pasar. Bau menyengat yang keluar dari berbagai jenis daging juga ikan.
Tapi demi menuntaskan pertanyaan dalam hatinya, Jungkook terus melangkah dengan sandiwara sok mengontrolnya. Matanya terus mengedar—mencari sosok yang beberapa hari ini mengisi relung dadanya. Tidak,, Jungkook sama sekali tak menyukainya.
Gerbang keluar pasar ada di depan mata. Padahal sudah seluruh kios yang Jungkook datangi, terutama kawasan penjual ikan. Kenapa kawasan ini? Karena saat itu dia menemukannya disini.
Jungkook menyerah. Dia tak ada. Pangeran itu memutuskan untuk mengikis rasa gengsinya, dan mendekati salah seorang pedagang ikan.
"Suatu keberuntungan karena kau mengunjungi kiosku." Pria paruh baya itu membungkuk beberapa kali.
"Tuan, apa kau ingat saat aku kemari beberapa hari lalu?" Jungkook berusaha menetralkan kedinginan dalam sikapnya.
"Tentu. Ada apa, Pangeran?"
"Apa kau ingat dengan seorang pemuda yang membuat kudaku berhenti berjalan?" Tanyanya lagi.
Pria itu tampak berfikir sebentar. "Iya, aku mengingatnya."
"Siapa dia? Dan,, aku tak menemukannya tadi. Bukankah dia berdagang disini?"
Pria itu tersenyum. "Dia memang tak berdagang dimari. Tapi dia selalu menitipkan ikan-ikannya untuk dijual di lapak-ku."
"Apa dia seorang nelayan?" Kini Jungkook terlihat seolah sedang mengintrogasi pedagang itu.
"Iya, Pangeran. Dia suka memancing di sungai sebelah desa ini." Jungkook mengangguk, mengucap terima kasih, dan pergi menuju tempat tujuannya.
Entah karena tak fokus atau apa, Jungkook memilih berjalan kaki—padahal jarak menuju sungai cukup jauh, dan bukankah dia membawa Hoseok?.
Jungkook meminta rakyat untuk menunjukkan jalan dan membiarkan dia berjalan sendiri selanjutnya.
Pangeran itu tak melupakan alasannya pada sang ayah tadi pagi. "Aku akan mengontrol keadaan desa itu lagi." Dan Jungkook melakukannya sekalian mencari pemuda itu.
Ibaratkan istilah, sambil menyelam minum air. Dua tujuan yang digabung dalam satu alasan. Itulah Jungkook. Dibalik caranya yang dingin, dia juga menjalankan apa yang dia katakan sebaik mungkin.
______________
Please tinggalkan jejak.-14y-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince-[kth×jjk] [END]
Fanfiction[Completed] "Disini, saat sungai mengalir beriring dengan ikan di dalamnya, kau dan aku saling bertatap. Hingga segalanya mulai merunyam sandiwara tanpa jejak." Salahkah jika seorang nelayan sederhana mulai mencintai pangerannya? Baginya, cinta tak...