-17-

3.1K 414 26
                                    

.

.

.

Tak ada yang sama.

Putra sulung keluarga Kim tak pernah mengira bahwa hidupnya akan jadi seperti ini. Tak ada lagi ketenangan dalam hatinya. Sesuatu yang telah terluka, terlalu sulit untuk kembali seperti semula.

Bayang-bayang tentang Jungkook selalu mengikutinya setiap saat. Ketika dia memancing ikan di sungai, ingatannya selalu kembali ke saat Jungkook yang memaksa untuk ikut memancing dengan dirinya. Setiap kali dia menarik jala, memori itu selalu kembali. Memori saat tanpa sadar dengan kekuatan, tangan Taehyung juga Jungkook sampai berdarah dibuatnya.

Salah besar jika Taehyung tidak lagi merasa bersalah. Seringkali pola tidurnya tidak teratur. Dia sering merasakan insomnia hingga larut malam. Dan itu semua hanya karena si pangeran. Putra mahkota bernama Jungkook. Jungkooknya.

Mari nobatkan Jungkook sebagai pembawa pengaruh terbesar dalam hidup Taehyung. Masih teringat kala pertama pertemuan mereka. Saat Taehyung yang asik menunduk menatap bakulnya, dia tak sengaja menghadang laju seekor kuda yang katanya membawa seorang pangeran. Dan disana, untuk pertama kali dia mengunci pandangannya dengan manik kelam milik seseorang. Ya, milik orang yang saat ini sedang dia fikirkan.

Astaga. Ingin sekali Taehyung memutar waktu, lalu memilih supaya dia tak pernah menghalangi perjalanan Jungkook saat itu. Bisa dikatakan bahwa Taehyung tak ingin mengenal Jungkook sebelumnya.

Namun beriringan dengan air mata yang menjelajah pipinya, sebuah senyuman mengembang otomatis saat dia kembali mengingat satu hal.

Bahwa seburuk apapun peristiwa itu, Jungkook tetaplah bagian hidup Taehyung yang berharga. Bahwa ada catatan dimana seorang nelayan pernah dicintai oleh seorang pangeran mahkota. Dan ada pula sejarah, dimana hati seorang pangeran harus hancur karena perkataan seorang nelayan.

Mereka ada,

Dengan luka.

.

.

.

Tiga hari lagi adalah hari dimana penantian itu berakhir. Hari dimana kekuasaan tertinggi akan ada ditangannya. Saat dimana sebuah mahkota tersemat indah diatas kepalanya. Waktu yang selalu Jungkook nantikan di masa kecilnya.

Yang artinya, hari ini adalah hari ke 27 setelah peristiwa itu. 27 hari dia dalam masalah yang seakan tiada henti menimpa hidupnya. Setiap waktu Jungkook selalu dihabiskan dengan bayang-bayang pemuda Kim. Bahkan Jungkook seringkali bermimpi tentang dia.

Jungkook selalu mencoba untuk bangkit namun dia tak bisa. Beberapa kali sang ayah melihat dirinya tengah dikerumuni lamunan, dan itu selalu jadi pertanyaan besar. Jungkook malas berurusan dengan pertanyaan. Itu selalu membuat fikirannya kusut.

Dan kali ini, Jungkook ingin hatinya sedikit tenang juga tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari ayahnya. Meskipun dia tahu resiko terbesar yang akan dialaminya ketika dia membeberkan semua. Tapi, meskipun dia akan mati di tangan ayahnya nanti, yang penting dia sudah jujur. Dan bebannya akan menghilang. Ya, Jungkook harap Raja angkuh itu akan membunuhnya segera.

Dia membuka pintu kamar sang ayah. Menatap sayu wajah pria paruh baya yang sedang duduk di kursi sana. Jungkook membulatkan tekadnya. Dia melangkah pelan, lalu duduk bersimpuh di depan kaki Raja.

"Ada apa kau kemari, Jungkook?" Yang jadi anak memejamkan matanya sebentar, merasakan degup jantung yang amat membabi buta.

"A..Aku ingin berkata sesuatu padamu, Ayah." Raja disana mengerutkan keningnya.

"Aku yakin ini pembicaraan serius. Silakan."

"Ayah... Maafkan kejujuranku. Aku... Aku mencintai seseorang dan itu tak pernah membuat hatiku tenang." Sang ayah membulatkan matanya kaget. Jungkook masih menunduk. Namun sesaat kemudian raja itu menghembuskan nafasnya sembari terkekeh.

"Aku tak menyangka, Jungkook. Kau sudah dewasa dan sudah mengenal cinta. Sekarang beritahu aku putri dari kerajaan mana yang telah mencuri hatimu." Jungkook tak menyangka bahwa ayahnya tertarik dengan pembicaraan ini.

"Ummm... D.. Dia bukan seorang putri, Ayah. A... Aku bertemu dengannya saat kau menugaskan ku untuk pergi ke sebuah desa." Kening sang raja lagi-lagi mengkerut. Tapi beberapa detik setelahnya dia tersenyum halus.

"Itu tak masalah. Aku yakin gadis itu sangat cantik sehingga dia dapat meluluhkan hati pangeran dingin sepertimu. Jungkook,, rupanya kau tak ingin duduk sendirian diatas singgasana nanti. Katakan, kau akan menikahinya kapan?"

Jantung Jungkook seakan mau copot. Bibirnya bergetar dan mulai pucat. Matanya menatap khawatir pada sang ayah. Raja disana tentu heran dengan kelakuan aneh putranya.

"Ada apa, Jungkook? Apa pertanyaanku salah?"

Jungkook yakin ini adalah saat yang tepat untuk jujur. Persetan dengan resiko. Toh dia juga hampir depresi selama ini. Dan itu semua karena Taehyungnya.

"Ayah... Dia... Dia..."

"Kenapa?"

Jungkook menarik nafasnya dalam. Pangeran itu sudah siap sekarang.













































"Dia tidak cantik. Tapi dia tampan."
_________________

Okee bentar lagi beres. So,, vommentnya ditunggu.

-14y-

My Prince-[kth×jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang