.
.
.
Hening serius melanda kamar yang luas ini. Raja tidak dapat berkutik. Otaknya seakan terlalu bodoh untuk memahami apa yang telah Jungkook katakan. Matanya memancarkan kekosongan yang kentara. Mulutnya membisu. Yang terdengar disana hanyalah suara nafas sepasang ayah dan anak.
Jungkook sudah pasrah seratus persen jikalau sang ayah akan menyiksa atau bahkan membunuhnya. Dia tak peduli. Sungguh. Dia hanya ingin tenang. Akan tetapi degupan jantung Jungkook belum reda dari kecepatannya. Netranya hanya memandang lantai dengan penuh kecemasan.
"Aku berharap kau tidak serius mengatakan itu, Jungkook." Sang anak kemudian memandang Raja dengan tatapan sulit.
"Tidak bisakah ayah merasakan keseriusanku?" Dan nafas pria paruh baya disana langsung memburu dengan tangan yang terkepal kuat.
Raja langsung menggebrak meja di hadapannya dengan begitu kencang. Bibirnya bergetar karena emosi. Matanya memerah memancarkan kemarahan. "KURANG AJAR KAU, JUNGKOOK!!"
"Tak pahamkah dirimu dengan dosa dan perlakuan menjijikan akan rasa cinta busuk itu?! KAU PENDOSA BERAT, JUNGKOOK!! Dengan beraninya dirimu menyimpang, bertingkah penuh dosa dengan hidup tidak sesuai kodratmu sebagai seorang lelaki!!"
"Tapi aku terlanjur mencintai pemuda itu, Ayah! Dia yang membuat hatiku bisa merasakan hangat. Dia satu-satunya lelaki yang memberiku perhatian penuh saat aku berada bersamanya. Dia yang menghargaiku sepenuh hatinya. Jadi wajar kan jika aku mencintainya?!"
"CUKUP ANAK SIALAN!! Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau utarakan?! Ada bermilyaran wanita di dunia ini dan kau memilih untuk mencintai seorang pria? Sejauh mana otakmu bergeser?! Aku tidak pernah mendidikmu untuk jadi seorang pecinta sesama jenis!"
"Apa? Ayah berkata jika ayah mendidikku? Maaf, Ayah. Ibu yang selalu mendidikku! Aku selalu belajar dari lingkungan sekitar dan itu yang membuatku jadi seperti ini. Dan pembelajaran terbesar dariku adalah ketika aku merenungi kehidupan orang yang aku cintai."
BRAKKK!!!!
"CUKUP!!! Aku menyesal memiliki anak sepertimu! Beritahu aku siapa pemuda yang kau cintai itu. Aku akan menyuruh pekerja istana untuk mencarinya dan menyeretnya kemari! Dia telah menyebabkan dirimu menyimpang. Karena itulah dirinya harus dihukum!"
"JANGAN PERNAH BERANI MELAKUKAN HAL ITU, AYAH!!! Sampai kapanpun aku tak akan rela para penyiksa menyentuh seujung rambutnya! Aku lebih rela diriku diterkam binatang buas daripada harus melihatnya kesakitan!"
Bugh...
Sebuah pukulan mendarat di pipi si pangeran. Dengan tenaga ayahnya yang kuat, otomatis Jungkook langsung tersungkur dengan rasa sakit melanda wajahnya. Dia tahu, jika ayahnya pasti tak akan pernah mengampuni dirinya.
Raja tersebut kemudian mencengkram lengan sang anak, membangkitkannya, lalu mendorong kuat Jungkook hingga dia terjatuh ke deretan guci di ruangan itu. "Aku tak akan mengampuni perbuatanmu satu ini!"
Jungkook meringis kesakitan kala sang ayah menyeretnya dengan kasar. Raja itu membawa putranya keluar kamar dengan posisi tidak manusiawi. Jungkook diseret dengan punggungnya yang berkali-kali membentur anak tangga. Jungkook kesakitan. Dia tidak menampik hal itu.
"Aku akan menghukummu." Beberapa pelayan dan pekerja disana merasa ngeri melihat pangeran mereka diperlakukan seperti itu.
Sang raja lalu membangkitkan anaknya, mencengkram kedua bahu pemuda itu, dan menatap penuh amarah pada wajah si anak yang memancarkan kesakitan, juga bibirnya yang tak henti meringis sakit.
Dengan emosi, raja tersebut mendorong kuat tubuh Jungkook hingga si pangeran menabrak beberapa pot istana yang besar. Keningnya membentuk benda keras itu, dan alhasil sedikit darah keluar dari balik kulitnya. Jungkook tidak baik-baik saja.
Sang ayah kemudian kembali menyeret anaknya, kembali membangkitkannya, dan menendang tubuh Jungkook hingga lagi-lagi pangeran mahkota disana tersungkur ke tempat penuh bebatuan.
Jungkook tahu kemana dia diarahkan. Dia sedang dibawa menuju tempat hukuman para penjahat. Senyum miris menghias wajahnya kala dia sadar bahwa dia sudah diperlakukan bak penjahat oleh ayahnya sendiri.
Dengan kening yang berdarah, sudut bibir terluka, beberapa goresan mengisi pipinya, dan wajah yang kotor, Jungkook menatap jalanan itu dengan yakin.
"Minta ampun padaku dan aku bersedia meringankan hukumanmu." Ketus sang raja dengan posisi di dekat telinga Jungkook. Namun yang jadi anak tidak menggubris. Dia hanya diam menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"MEMANG ANAK TAK TAHU DIUNTUNG!!" Dan saat itu pula pria itu menendang wajah Jungkook dengan marah. "Aarrgghhh..." Hanya itu yang dilontarkan Jungkook. Akibat tendangan itu, darah keluar dari bilah bibirnya. Jungkook menelan merah itu dengan pahit.
Jungkook seakan tak lagi merasakan sakit. Dan entah bagaimana kisahnya, dia sudah ada di tempat itu. Halaman kecil dengan banyak bebatuan, dikelilingi pilar batu, tempat dimana banyak orang jahat mati disini.
Raja angkuh itu menyobek baju kebangsawanan Jungkook dengan amat kasar. Bahkan kulit halus si pangeran sampai sedikit terluka dibuatnya. Jungkook sudah pasrah. Dia tak apa. Sungguh.
Sekarang Jungkook sudah bertelanjang dada. Menatap kosong ayahnya yang tengah berdiri di hadapannya. Dia sudah yakin dengan hal ini. Jungkook yakin dia tak akan apa-apa.
Namun sesaat pria itu menghilang dari hadapan Jungkook. Pemuda disana bangkit. Terduduk dengan dua tetes air mata lolos dari kedua maniknya. Senyum getir menghiasi tengah hari terik itu.
Beberapa detik kemudian dia menoleh. Menatap seseorang yang berdiri tegap dengan sesuatu di tangannya.
Itu sang ayah.
Jungkook lagi-lagi tersenyum aneh saat dia memperhatikan apa yang dibawa raja disana.
Jungkook mungkin segera menyerah.
Dan air mata terakhir keluar dari mata kanannya.
Itu sebuah cambuk.
________________
Please jangan esmosi hehehe-14y-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince-[kth×jjk] [END]
Fanfiction[Completed] "Disini, saat sungai mengalir beriring dengan ikan di dalamnya, kau dan aku saling bertatap. Hingga segalanya mulai merunyam sandiwara tanpa jejak." Salahkah jika seorang nelayan sederhana mulai mencintai pangerannya? Baginya, cinta tak...