Jangan lupa tegur kalau ceritaku mirip dengan cerita orang.
***
"Bisa tidak ada hari di mana aku mendapat jawaban dari pertanyaanku terhadap Tuhan tentang kebaikan apa yang telah kulakukan sehingga hidupku sebahagia ini."
***
Seorang perempuan tersenyum lebar melihat tampilan dirinya pada cermin besar yang ada di kamarnya. Riasan yang terlihat pas pada wajahnya membuat dirinya berkali-kali terlihat lebih cantik dibanding hari biasanya. Rambut panjangnya yang biasa tergerai kini digulung ke atas dan diberi beberapa pernak-pernik rambut yang membuatnya makin manis. Belum lagi gaun yang terlihat sangat elegan melekat sempurna pada tubuhnya. Untuk saat ini biarkan dia memuji dirinya habis-habisan.
Ceklek.
Pintu kamarnya terbuka, membuat atensi perempuan tersebut teralihkan. Senyum yang sedari tadi terpatri pada bibir mungilnya seketika sirna.
"Tersenyumlah untukku hari ini saja," ucap seorang perempuan yang baru saja masuk di kamar gadis tersebut. Memilih untuk tidak menganggap perempuan itu ada, dirinya kembali sibuk pada riasan rambutnya. Ya, hanya sebagai embel-embel saja, karena dia sangat malas untuk sekadar mengobrol dengan perempuan yang kini tengah berdiri di sampingnya itu.
"Hadiah pernikahanmu," ucap perempuan tersebut sembari meletakkan sebuah kotak mungil beludru berwarna hitam di hadapan perempuan tersebut.
Perempuan tersebut tersenyum miring. "Kau pasti bahagia karena sebentar lagi aku akan pergi dari rumah ini. Beruntung sekali kau karena Baekhyun Oppa sedang sakit, jika dia tidak sakit, kau bisa tinggal di luar rumah ini bersamanya. Bukannya malah tinggal di sini dan menguasai semuanya."
Perempuan tersebut perlahan memudarkan senyumnya. Sehina itukah dirinya di mata adik iparnya?
"Ah maaf, aku lupa. Justru kau di sini karena Baekhyun Oppa sedang sakit, jika dia tidak sakit, kau tidak akan pernah berada di sini dan mengotori penglihatanku."
"Apa kau sangat membenciku?" tanya perempuan tersebut tenang.
Naomi, perempuan tersebut menatap istri dari kakaknya yang sungguh tak sudi ia sebut namanya itu dengan tatapan seperti biasanya; penuh kebencian.
"Bukankah dari awal sudah aku katakan padamu? Jika kau menerima opsi ini, kau tidak akan pernah mendapatkan perlakuan semestinya dariku," geram Naomi.
"Apakah ini semua salahku? Kau membenciku atas semua yang terjadi saat kau sendiri tahu bukan aku yang meminta semua ini terjadi."
Naomi tersenyum miring. "Tapi membiarkan semuanya terjadi sama saja kau memintanya." Naomi menekankan semua kalimat yang ia ucapkan.
"Jika aku mengembalikan Rachel pada posisinya--"
"--apakah kau akan kembali seperti Naomi yang aku kenal dulu? Setidaknya kembalilah menjadi Naomi yang memanggilku dengan sebutan Eonnie." Ada nada putus asa yang keluar dari mulut perempuan tersebut saat memohon pada Naomi. Bohong jika Naomi tidak melihat keputus asaan tersebut. Tapi sayang, Naomi tidak mau mengakui jika yang ia lihat adalah sebuah ketulusan.
Baru saja Naomi hendak membuka mulutnya, kembali lagi pintu kamarnya terbuka lebar, menampilkan sosok sang ayah tengah berdiri di sana dengan setelan jas rapinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/175843751-288-k604579.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract 1 (RSB 4) (Complete).✔
FanfictionSemuanya tentang pernikahan. Pernikahan dua pasang insan yang terjalin tidak sewajarnya. Pernikahan yang terikat dengan kertas yang bertanda tangan. Pernikahan yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Pernikahan yang sama sekali tidak ada yang tahu bag...