Jangan lupa tegur kalau ceritaku mirip dengan cerita orang.
***
"Kata orang, takdir itu tidak bisa diubah. Itu adalah suatu ketetapan dari sang pencipta. Lantas, harus aku apakan takdir buruk yang selalu menimpaku ini? Apa aku egois jika meminta untuk diberi takdir baik sekali saja?"
***
"Jonghyun harus rajin meminum obat yang Dokter resepkan, yah? Jika nanti Jonghyun sudah sembuh, Dokter akan memberi Jonghyun permen yang banyak sekali. Sampai Jonghyun tidak akan bisa menghabiskannya," ucap seorang perempuan ber-snelli putih tersebut kepada seorang anak kecil yang hari ini menjadi pasiennya.
Anak kecil laki-laki tersebut mengangguk sembari tersenyum lebar. "Dokter janji?"
"Hm. Dokter berjanji," ucap dokter tersebut tersenyum lebar sembari membelai sayang kepala anak tersebut yang mulai kehilangan rambutnya.
Beda dengan raut wajah yang ditampilkan oleh sang ibu yang duduk di sebelahnya, wanita tersebut bahkan tidak sanggup melihat wajah putranya yang makin hari kian memucat itu.
Dokter tersebut menggenggam erat tangan milik wanita yang lebih tua darinya itu, mencoba menyalurkan kekuatan.
"Saya tidak mengerti kesedihan seorang ibu bagaimana, Nyonya. Tapi, yang saya mengerti adalah, kebahagiaan seorang anak. Jika ibuku tersenyum, maka saya juga akan bahagia. Jangan perlihatkan kesedihanmu di depan Jonghyun," bisik dokter tersebut; Rachel, pada sang ibu dari anak laki-laki bernama Jonghyun itu.
"Terima kasih, Dokter. Kelak, anak Anda pasti akan merasa beruntung karena memiliki seorang ibu seperti Anda."
Rachel tersenyum mendengar penuturan tulus dari wanita tersebut. Berkebalikan dengan hatinya yang kini seakan ingin menangis.
"Bahkan aku berniat untuk tidak memiliki anak. Bagaimana bisa aku membiarkan seorang anak terlahir oleh seorang yang tidak beruntung sepertiku," batinnya dalam hati.
Senyum Rachel terus mengembang selama anak dan ibu itu masih ada di ruangannya. Dan ketika keduanya mulai hilang di balik pintu, senyumnya mulai luntur.
Digantikan oleh matanya yang berkaca-kaca. Bahkan semesta tahu, bahwa anak kecil tersebut tidak akan berumur panjang lagi, tapi dengan bersikeras Rachel tidak mengakui hal tersebut. Dirinya bahkan terus mengatakan jika semuanya baik-baik saja.
"Dokter Kim, Anda baik-baik saja?" tanya asisten pribadinya ketika perempuan tersebut masuk ke dalam ruangan Rachel dan melihat atasannya itu mengusap matanya dengan beberapa lembar tisu.
"Hm. Aku baik. Tolong panggilkan pasien selanjutnya, yah?"
Perempuan tersebut mengangguk, kemudian beranjak untuk meneruskan tugasnya memanggil pasien.
Tak lama setelah itu, seseorang masuk. Bersamaan dengan Rachel yang mendongak, menatap kehadiran pria yang baru saja masuk ke dalam ruangannya itu.
"Semua dokter di sini akan memberikan senyum terbaiknya padaku ketika aku bersitatap dengannya. Beda denganmu. Bahkan sekarang kita merupakan keluarga dekat, Dokter Kim. Tapi, mengapa kau nampak tak menyukaiku?" tanya pria tersebut tenang sembari mendudukkan dirinya di hadapan Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract 1 (RSB 4) (Complete).✔
FanfictionSemuanya tentang pernikahan. Pernikahan dua pasang insan yang terjalin tidak sewajarnya. Pernikahan yang terikat dengan kertas yang bertanda tangan. Pernikahan yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Pernikahan yang sama sekali tidak ada yang tahu bag...