Jangan lupa tegur kalau ceritaku mirip dengan cerita orang.
***
"Pernah merasa kehilangan akan sesuatu yang sebenarnya memang bukan milikmu? Rasanya sakit, tapi warasmu kemudian berpikir, memangnya aku siapa? Namun, rasa sakit itu terus tercipta."
***
"Kau sudah terlambat satu jam, Rachel. Kau pikir aku menggajimu untuk keterlambatanmu? Ini sudah satu minggu! Dan kau selalu datang terlambat." Seorang wanita berumur kisaran tiga puluh tahun meneriaki seorang gadis belia yang masih berumur belasan tahun itu di depan semua orang.
"Maaf, Presdir. Saya sedang sekolah."
"Sekolah? Kau pikir mereka tidak sekolah?" tunjuk wanita tersebut pada karyawannya yang memang masih dalam status pelajar.
Gadis tersebut menunduk. Air matanya sudah meluruh.
"Maafkan saya, Presdir."
"Aku sudah lelah memaafkanmu, Kim Rachel. Sekarang kau pergi dari sini. Kau kupecat."
Rachel menatap sosok atasannya dengan linangan air matanya. Memohon agar atasannya itu tidak memecatnya. Tapi miris, bahkan sujudnya tidak diterima. Gadis itu diusir dan diseret dengan kejam.
Rachel menangis tersedu-sedu. Kakinya terus melangkah membawanya entah ke mana. Hingga tetesan air hujan jatuh menimpanya, membuat seluruh tubuhnya basah.
Di tengah hujan yang lebat, Rachel jatuh tersungkur di sebuah taman. Tangisnya semakin menjadi-jadi, air matanya menyatu dengan air langit yang kian menimpanya.
Hingga sebuah payung besar melindungi dirinya dari terpaan hujan.
Rachel mendongak, mendapati seorang anak lelaki yang tengah mengulurkan tangannya padanya.
"Ayo berdiri," ujar anak lelaki tersebut sambil tersenyum.
Dan untuk pertama kalinya, Rachel melihat sosok orang yang mau menolongnya di tengah penderitaannya.
***
"Kenapa cemberut?" pemuda tersebut mencubit pipi gadisnya yang sedang dalam mode marah kepadanya itu.
Gadis tersebut menepis tangan milik seorang lelaki yang sudah menjadi pacarnya sejak masih duduk di bangku kelas satu SMA itu.
"Kau merayu mereka," ujar gadis tersebut sembari menunjuk para gerombolan sang junior yang menatap kekasihnya dengan tatapan memuja itu.
"Aku hanya bercanda, Sayang," ujar lelaki tersebut sembari merangkul gadisnya yang marah karena dirinya kedapatan merayu para junior baru. Padahal dirinya hanya bercanda. Serius.
"Aku tidak mau tahu. Aku marah!" sarkas gadis tersebut sembari menjauh. Tapi, langkahnya berhenti tatkala lengannya dicekal.
Gadis tersebut menoleh. Mendapati kekasihnya yang menatapnya dengan lembut sembari menampilkan senyum kesukaannya.
Tak lama kemudian, senyumnya ikut mengembang.
"Sudah aku bilang jangan pura-pura marah. Kau tidak bisa marah padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract 1 (RSB 4) (Complete).✔
Fiksi PenggemarSemuanya tentang pernikahan. Pernikahan dua pasang insan yang terjalin tidak sewajarnya. Pernikahan yang terikat dengan kertas yang bertanda tangan. Pernikahan yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Pernikahan yang sama sekali tidak ada yang tahu bag...