By
Suara petir bergemuruh. Derasanya hujan jatuh menimpa atap rumah dengan keras semakin menambah kecekaman malam itu. Angin berdesir bergerak ribut menabraki pepohonan dan membuat rantingnya menggesek jendela rumah hingga menimbulkan suara geritan yang mencekik tenggorokan.Suara gemuruh petir kembali terdengar sekali lagi kali ini dengan diikuti teriakan kecil dari sudut ruangan. Membuat pasangan yang tadinya tengah saling tidur memeluk itu terbangung.
Taehyung adalah yang pertama menyadarinya, ketika hendak turun dari ranjang sang suami juga ikut bangkit dan menahannya. "Jim, itu Jungkook." Katanya dengan raut khawatir.
"Biar aku saja yang kekamarnya, oke? Kau kembalilah tidur." Balas sang suami berusaha membujuk, raut Taehyung pasi dan Jimin tahu pasti ia tidak bisa ikut panik seperti pasangannya itu.
"Kau pasti lelah seharian mengurus rumah, biar aku yang pergi kekamar anak kita."
Tadinya Taehyung ini menolak. Tetapi Jimin terus membujuknya agar tertidur kembali, berkata bahwa selama ini Taehyung lah yang selalu datang kekamar ketika Jungkook bayi saat anak mereka itu menangis. Jimin juga ingin melakukan hal serupa. Ia ingin juga merasakan betapa melelahkannya terbangun tengah malam dan terjaga semalaman saat menunggui anak mereka.
Setelah membuka pintu kamar itu, Jimin mendapati jagoan kesayangannya itu tengah bergumul dengan selimut, bahunya bergetar karena takut. Padahal biasanya Jungkook adalah anak yang sangat pemberani, ia sangat cerdas untuk bocah enam tahun.
Perlahan Jimin mengusap punggungnya untuk menenangkan. Anaknya itu sempat terkesikap namun segera memeluknya ketika menyadari itu adalah sang ayah.
"Takut petir, hm jagoan?" Jungkook kecil menggeleng. Tetapi lingakaran tangannya mengerat pada tubuh ayahnya. "Hanya terkejut, appa." Katanya lirih. Jimin terkekeh sebab merasa gemas. Ia kecup puncak kepala anaknya. Tetapi anak itu memang tidak menangis.
"Tidur lagi?" Tanya Jimin, Jungkook mendongak menatapnya dan binaran itu seakan memberitahu Jimin bahwa putra sulungnya itu tidak ingin ditinggal. "Ayah akan menunggu sampai kookoo tertidur. Bagaimana?"
Jungkook mengangguk, dan berbaring bersama ayahnya, meski jika boleh memilih ia lebih suka bersandar didada ibunya yang lembut.
"Kookoo ingin mendengar cerita, ayah."
"Ahh-benar, ibumu selalu membacakanmu sebuah cerita sebelum tidur bukan?"
Jungkook mengangguk antusias. Menunggu cerita macam apa yang akan diceritakan ayahnya. Apakah akan sejenis cerita penuh dunia ajaib yang seperti ibunya ceritakan? Atau kisah fantasi yang keren?"Bagaimana jika ayah bercerita mengenai mimpi ayah beberapa hari lalu?" Jungkook mengerjap. Tetapi kemudian mengangguk karena sepertinya ini akan terdengar sangat keren.
"Baiklah, pertama, malam itu ayah bermimpi bahwa ayah adalah seorang pelaut yang kaya raya. Ayah baru saja menikah dengan ibumu."
"Whoaaa-ada eomma juga disana?"
"Ibumu selalu ada disetiap mimpi ayah." Kata Jimin sambil tersenyum. Ia membenarkan posisi Jungkook yang tadi berbaring beralaskan lengannya. Anaknya itu nampak antusias hingga merosot.