By
hyyeyeWajah rupawan itu.
Nama dari pria yang akan selalu memenuhi pikiran.
Rasanya ingin segalanya aku bawa ke dalam mimpi, untuk malam ini.
Aku berputar, tidak peduli akan piyama panjang yang kusut masam dan rambut tersibak angin malam. Disini di kamarku yang terlintas oleh sepi.
Menampung air mata dalam pelupuk. Membayangkan kenyataan pahit bahwa sosok yang aku cintai tengah duduk berdua dalam kebahagiaan sedangkan aku dalam tangisan seorang diri.
Ah benar, Jeon Jungkook.
Sudah semenjak tiga minggu lalu pria itu telah menikah dengan perempuan lainnya. Tanganku dengan sayang mengelus frame berisikan pria tegap dan gagah yang tidak akan pernah lagi mampu aku sentuh.
Bahkan titipan salam rinduku untuknya lewat hembusan angin saja sudah terlarang. Apalagi bermimpi dapat menemuinya. Segala kenangan tentang aku dan Jungkook yang dulu menikmati alunan lambat kisah kami dalam deguk lagu cinta selamanya hanya akan menjadi cerita lama.
'Kau memang bukan tercipta untuk Jungkook.'
Aku berputar dengan air mata menganak sungai di pipi. Biarlah, biarlah rupawan Jungkook hanya akan ku simpan, biarlah nama indah itu hanya terukir dalam dadaku. Karena hanya dengan itu aku akan buktikan kesetiaanku padanya.
Biarkan aku mati hanya dengan itu, merajut hari penuh kekosongan yang mencekik. Hari ini, besok atau lusa, aku hanya akan tetap mati sendiri.CEKLEK
Mengapa Jungkook di sini?
Pria itu membuka pintu dengan raut pilu. Wajahnya penuh kesedihan dan pandangannya kosong kedepan. Kenapa? Bukankah pria itu seharusnya berbahagia dengan pernikahannya? Mengapa ia nampak tidak begitu?
Langkah kakinya gontai dan aku hanya dapat menatapnya penuh rasa cemas. Saat ia naik ke atas ranjang yang aku duduki, suara isakan terdengar.
Priaku yang hebat menangis. Ada apa?
Aku mendekatinya. Berusaha mengelus tangannya yang mencengkram sprei putih kasurku dengan erat. Ia tidak mengatakan apapun, bangkit dan hanya merebahkan tubuhnya di kasur. Tangisannya mengeras saat memelukku.
Memeluk jasadku yang seharusnya telah di kuburkan satu bulan yang lalu.