By
Dokumen mengenai pengambilan hak asuh tergeletak begitu saja didekat counter dapur. Antara penting dan tidak penting kehadirannya. Sedikit sembrono sebab meletakkan benda mudah rusak itu didekat wastafel air.
Taehyung kecil berdiri diatas kotak yang sengaja menumpu tubunya agar sedikitnya dapat berjajar dengan tinggi kran air wastafel. Sedang tidak berapa lama, dengkuran terasa dikakinya. Yeontan. Anjing kecil imut yang sibuk mengendus dibawahnya. Gesture khas binatang yang meminta jatah makannya.
Taehyung kecil tersenyum, membuka laci di kabinet bawah untuk meraih satu pisau daging besar demi mengoyak bungkus makanan khusus anjing. Turun dengan hati-hati lalu menuangkannya ke mangkok tempat Yeontan biasa memakan makanannya. Ia tersenyum tidak dapat menahan segala tindak tanduk menggemaskan anjing itu dan mengelus bulu halusnya dengan sayang.
Sebab semua gunting berada diruangan Jeon Jungkook. Ruangan dengan pintu terbuka, lampu menyala dengan lorong yang gelap yang biasanya menghubungkan dapur dengan ruang kerja pria itu.
Sudah tengah malam dan sudah waktunya bagi anak-anak seperti Taehyung untuk terlelap dalam alam mimpi, meskipun besok ia tidak pergi kesekolah dan hanya menunggu guru bayaran Jungkook datang dan membantunya belajar. Sialannya, ia mesti melewati lorong gelap itu. Karena disanalah kamarnya berada.
Taehyung tidak membenci gelap. Dia hanya harus berjalan sepelan mungkin dan tidak menimbulkan suara sekecil apapun demi mengundang telinga tajam Jungkook mendengarnya.
Ia berjinjit sedikit tertatih, meminimalisir bunyi 'kreit' yang dihasilkan lantai kayu. Sementara matanya menatap ruang kerja Jungkook dimana satu-satunya cahaya penerang hanya berasal dari komputer kerja pria itu. Segala kegelapan ini membuat Taehyung dapat melihat bayangnnya sendiri. Kecil, nampak tidak berdaya, dan juga lemah. Jauh berbeda dengan bayangan kekar Jungkook.
Saat akhirnya berhasil sampai dikamarnya, Taehyung menarik nafas lega. Ia menutup pintu dengan perlahan, bersiap mengganti pakaiannya dengan piyama rillakuma yang hangat. Pakaian yang menyangkut dilehernya membuat telinganya pasif akan suara pintu yang dibuka. Saat pakaiannya terlepas, suara langkah mendekat kini terdengar jelas dan tidak ada lagi cara bagi Taehyung untuk menghindar ketika tahu tubuhnya dipeluk dari belakang oleh tubuh keras yang jauh lebih besar, lebih kuat dalam menaunginya.
"Anak ayah akan tidur sekarang?"
Pipinya dikecup, rahangnya dikecup, lehernya dicium dan begitupun bahunya. Ciumannya basah dan mulai merambat. Taehyung tahu kemana ini akan berlanjut, dan ia sungguh sungguh membencinya. Hal sama yang selalu terjadi, sayangnya Taehyung tidak tahu bagaimana untuk menghentikan semua ini.
.
Malam berikutnya ia berdiri lagi didepan wastafel, kali ini jauh lebih murung. Ujung bibirnya sedikit lecet dan ada bekas ciuman dari leher hingga bahunya yang terpampang dari balik kemeja yang melorot. Taehyung benci ini.
Suara 'grr' lucu dari Yeontan mengalihkan perhatiannya. Ia segera melirik dan menemukan anjing kecil kembali bermanja dikakinya demi makan malamnya yang sedikit terlambat karena Taehyung sibuk melamun.
Ia kembali meraih pegangan laci kabinet, memegang kemasan makanan anjing dan pisau daging ditangan. Matanya yang sedikit sembab melirik benda tajam yang bahkan lebih besar dari ukuran lengannya. Kembali diliriknya lorong gelap dengan ujung ruangan kerja Jungkook yang diterangi cahaya lampu monitor komputer.
Taehyung melangkah perlahan namun lebih mantap daripada langkah jinjitnya dulu. Pisau dapur tersembunyi dibelakang punggungnya dan lorong yang redup membawa bayangan Taehyung lebih besar daripada bayangan ia yang biasanya.
Ia telah tiba di depan ruangan Jungkook. Menatap pria dewasa itu dengan mata bulatnya yang besar. Sementara Jungkook memperhatikannya penuh tanda tanya. Selagi Taehyung berjinjit mendekat pada Jungkook yang duduk di kursi kerjanya, ia mengecup rahang tegas itu sebelum mengayunkan pisau dalam genggamannya dengan telak ke arah leher.
.
Senyum Taehyung mengembang. Ia bersenandung kecil sambil memotong-motong daging di atas alas sebelum meletakkannya ke dalam wadah tempat makan Yeontan.
Ia melirik pada lorong redup dengan layar monitor Jungkook yang masih menyala, kali ini tanpa perasaan takut. Dapurnya kotor oleh noda merah tetapi ia sibuk menggosok bulu halus Yeontan yang tengah menyantap makanannya dengan senyum paling lebar hari itu.
Hari ini dia begitu bahagia. Mungkin agak sedikit menyesal sebab petugas kebersihan mesti membawa sampah lebih banyak hari ini daripada biasanya.
.
Gak paham? Silahkan tonton video diatas. Hiya hiya~